Kaskus

News

medievalistAvatar border
TS
medievalist
Ingin ikut proses Jalan Salib Merah, belasan mahasiswa di Sentani ditangkap polisi
Ingin ikut proses Jalan Salib Merah, belasan mahasiswa di Sentani ditangkap polisi

Last updated: December 11, 2024 5:41 pm

Ingin ikut proses Jalan Salib Merah, belasan mahasiswa di Sentani ditangkap polisi
Sejumlah mahasiswa yang sempat ditangkap polisi di Sentani, Ibu Kota Kabupaten Jayapura, Papua, saat ingin mengikuti doa dan ratapan serta prosesi Jalan Salib Merah di Kota Jayapura, Papua, pada Selasa (10/12/2024).- Jubil/Larius Kogoya

Jayapura, Jubi – Belasan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi atau STT Walter Post yang ingin mengikuti acara doa dan ratapan Jalan Salib Merah di Kota Jayapura ditangkap polisi pada Selasa (10/12/2024), saat mereka berada di Sentani, Ibu Kota Kabupaten Jayapura. Mereka sempat dibawa ke Markas Kepolisian Resor Jayapura, namun sudah dibebaskan pada hari yang sama.
Salah satu mahasiswa yang sempat ditangkap polisi pada Selasa, Wahyu Heluka mengatakan belasan mahasiswa itu diadang polisi saat mendatangi di Lapangan Theys Hiyo Eluay, Sentani. Heluka menyatakan para mahasiswa datang ke sana karena lapangan itu merupakan titik kumpul bagi warga yang ingin menghadiri acara doa dan ratapan Jalan Salib Merah peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia di Lapangan Zakheus, Padang Bulan, Distrik Abepura, Kota Jayapura.

“Kami datang dengan tujuan mau ikut ibadah yang diselenggarakan Dewan Gereja Papua dan Pastor Pribumi Papua. Kami datang ke Lapangan Theys, [karena itu titik kumpul kami] sebelum berangkat ke Abepura. Lalu kami didatangi aparat keamanan, dan ditanyai. Kami sampaikan bahwa kami mau ikut ibadah doa dan ratapan,” kata Heluka.

Heluka mengatakan pihaknya sempat bernegosiasi dengan polisi, menjelaskan bahwa mereka hanya mau ikut ibadah saja. Namun polisi melarang mereka melanjutkan perjalanan ke Abepura.

“Kami sampaikan bahwa kami mau konfirmasi ke pimpinan kami, tapi aparat keamanan mengatakan ‘kami tidak butuh negosiasi dari pimpinan kalian atau gereja kalian’. Lalu mereka angkut kami pakai [truk] Dalmas ke [Markas] Kepolisian Resor Jayapura, ditahan dari jam 08.00 sampai 11.00 WP saat ada pemberi bantuan hukum sudah ada,” katanya.

Para mahasiswa yang dibawa ke Markas Polres Jayapura itu adalah Sadrak Lagowan (20), Kenias Payage (24), Wahyu Heluka (24), Maikel Siep (21), Beddy Mallo (17), Manu Hisage (16), Agus Deal (17), Yanto Mirin (18), Lukas Deal (19), Aluri Wandik (17), Tepanus Mallo (19), Nasman Mallo (17), Yosia Meklu (14), Pilatus Lokon (23), Lukas wisal (19), dan Temanus Deal (21). Di sana, polisi sempat mendata identitas dan menahan gawai/telepon genggam para mahasiswa.

Polisi kemudian mengembalikan gawai/telepon genggam para mahasiswa. Sekitar pukul 11.20 WP, mereka dikeluarkan. “Kami dikeluarkan ternyata pemberi bantuan hukum sudah ada di sana. Kami keluar tanpa ada keterangan, hanya disuruh pulang saja,” kata Wahyu Heluka.

Salah satu mahasiswa lain yang juga dibawa ke Markas Polres Jayapura, Sadrak Logowan mengatakan polisi melarang para mahasiswa melanjutkan perjalanan ke Abepura. “Kami dilarang dan disuruh pulang, tidak boleh ikut kegiatan apa pun, tidak boleh menggunakan transportasi juga. Kami negosiasi bahwa kami mau jalan saja, pakai transportasi umum. [Polisi bilang] ‘kamu jalan sampai di tengah jalan juga saya akan kasih pulang’,” kata Logowan.

Logowan merasa aneh, karena ia dan teman-temannya mau ibadah saja dilarang, diadang, sampai ditahan. Ia membandingkannya dengan kebijakan polisi membiarkan pengumpulan massa pendukung pasangan calon kepala daerah.

“Kami sebenarnya mau ikut ibadah doa ratapan dan jalan salib saja, dengan para pimpinan gereja. Kami tidak berbuat sesuatu mengganggu lalu lintas bahkan meresahkan warga,” katanya.

Kepala Kepolisian Resor atau Kapolres Jayapura, AKBP Umar Nasatekay saat dikonfirmasi tentang masalah itu mengatakan pihaknya hanya mengamankan sejumlah orang yang mengatasnamakan mahasiswa. Ia menyatakan belasan orang itu diamankan karena mau melakukan long march dari Sentani ke Abepura.

“Kita tidak menangkap atau menahan, tapi hanya mengamankan saja, karena mereka mau long march di jalan. Kita juga [sudah] bersedia untuk mengantar mereka ke Abepura, [ke] tempat ibadah, tapi adik-adik tidak mau” kata Nasatekay saat dikonfirmasi Jubi pada Rabu (11/12/2024).

Umat Nasatekay menyatakan bahwa sebagia putra asli Papua ia tidak mungkin menghalangi atau membatasi orang yang mau beribadah. Ia menyatakan polisi hanya ingin mengawal agar perjalanan para mahasiswa aman. Ia juga menyatakan tidak mengizinkan long march, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. (*)

https://jubi.id/polhukam/2024/ingin-...angkap-polisi/
kakekane.cellAvatar border
kakekane.cell memberi reputasi
1
428
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan