Jangan Mudah Terhanyut dengan Omongan! Agus Buntung Resmi jadi Tersangka Pelecehan Seksual 15 Wanita, 5 Diantaranya bahkan sampai Trauma!

Suatu peristiwa yang mengejutkan, tetapi sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Ini berkaitan dengan seseorang yang tidak sempurna, namun mampu melakukan hal-hal yang bahkan orang biasa pun sulit untuk melakukannya.

Dia berhasil mempengaruhi banyak perempuan dengan kata-katanya, sehingga perempuan itu bersedia melakukan apa pun yang diinginkannya. Tindakan manipulasi semacam ini memang sering terjadi di sekitar kita, baik oleh orang biasa maupun oleh para politisi yang sering memanfaatkan situasi untuk kepentingan mereka sendiri.

Contoh yang paling mudah kita lihat adalah ketika teman kita meminta pinjaman uang. Dalam situasi seperti ini, kita bisa melihat bagaimana mereka berusaha memanipulasi kita. Banyak dari kita cenderung langsung setuju untuk meminjamkan uang, karena sifat empati yang kuat dalam diri kita, terutama dalam budaya Indonesia yang sering kali merasa trenyuh atau iba terhadap kesulitan orang lain.







Menurut informasi yang diperoleh dari pihak kepolisian, Agus Buntung telah menggunakan taktik manipulasi emosional dan ancaman psikologis untuk memaksa para korban mengikuti kehendaknya. Tindakan ini menunjukkan betapa seriusnya masalah yang dihadapi oleh para korban, yang tidak hanya mengalami pelecehan fisik tetapi juga tekanan mental yang berat.

Ade Latifa Fitri, pendamping para korban, mengungkapkan bahwa dari 15 perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual oleh Agus Buntung, lima di antaranya mengalami trauma yang sangat mendalam. Trauma ini membuat mereka merasa terasing dan takut untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga mereka memilih untuk mengurung diri dan menghindari keramaian.

Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan dan kepedulian terhadap tindakan yang dilakukan oleh orang lain, terutama terhadap perempuan yang sering kali menjadi sasaran manipulasi. Banyak wanita yang menjadi korban hipnotis dibandingkan pria, dan ini bukan berarti perempuan lebih lemah, melainkan data statistik yang menunjukkan kerentanan mereka dalam situasi tertentu.


Sumber Tulisan dan Gambar:

Radar Surabaya

Tribunnews