Setelah lebih dari dua bulan hidup di tengah keterbatasan, seorang anak perempuan Palestina harus menghadapi penderitaan yang tak terbayangkan. Selama 60 hari, ia bertahan dengan meminum air limbah dan tanpa makanan yang cukup. Kehidupannya diwarnai ketakutan karena harus berpindah-pindah tempat akibat terusir dari rumahnya, diburu, dan menghadapi ancaman bom yang dijatuhkan oleh teroris Zionis.
Ketakutan terus menghantui anak kecil ini, menggambarkan bagaimana perang dan kekejaman menghancurkan kehidupan anak-anak tak berdosa di Palestina. Situasi yang dialaminya menjadi salah satu potret nyata dari penderitaan ribuan warga Palestina yang hidup dalam blokade dan serangan yang tak berkesudahan.
Tragedi ini menggambarkan tidak hanya hilangnya tempat tinggal dan rasa aman, tetapi juga pengabaian terhadap hak-hak dasar anak seperti makanan, air bersih, dan perlindungan. Situasi yang dialami anak perempuan Palestina ini adalah peringatan bagi dunia untuk segera bertindak demi menghentikan kekerasan dan memberikan perlindungan kepada mereka yang rentan, terutama anak-anak.
Krisis kemanusiaan di Palestina terus berlanjut, dengan ribuan korban yang membutuhkan perhatian global. Bantuan kemanusiaan yang mendesak sangat diperlukan untuk memastikan mereka yang terdampak, terutama anak-anak, dapat bertahan dan mendapatkan hak-hak dasar yang layak sebagai manusia.