Putri Aiko, putri Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako, berusia 23 tahun pada hari Minggu.

Sang Putri lulus dari Universitas Gakushuin pada musim semi ini. Ia bekerja untuk Palang Merah Jepang. Ia juga menjalankan tugas sebagai anggota keluarga Kekaisaran.

Pada hari Minggu, sang Putri mengunjungi Kaisar Emeritus Akihito dan Permaisuri Emerita Michiko di kediaman mereka di Perkebunan Akasaka. Perayaan ulang tahun diadakan di Istana Kekaisaran.

Sumber: Nhkworld

Tetapi hukum Jepang mengharuskannya untuk melepaskan status kerajaannya dan meninggalkan keluarga jika dia menikah di luar keluarga kekaisaran.

Mayoritas masyarakat Jepang mendukung perubahan hukum agar ia tetap menjadi anggota kerajaan dan menjadi kaisar, tetapi kaum konservatif dalam partai yang berkuasa bersikeras mempertahankan suksesi yang hanya boleh diikuti oleh laki-laki. Keluarga kekaisaran Jepang yang menyusut dengan cepat hanya memiliki 16 anggota, termasuk empat laki-laki.

Undang-Undang Keluarga Kekaisaran tahun 1947, yang sebagian besar mempertahankan nilai-nilai keluarga praperang yang konservatif, hanya mengizinkan laki-laki untuk naik takhta dan memaksa bangsawan perempuan yang menikah dengan orang di luar keluarga untuk melepaskan status mereka. Dengan hanya satu anggota laki-laki muda, hal itu membahayakan kelangsungan hidup monarki yang telah berusia 2.000 tahun.

Pandangan Aiko sendiri tentang topik ini tidak diketahui. Ia hanya pernah menghadiri satu konferensi pers penuh, saat ia mencapai usia dewasa.

Bulan lalu, komite hak-hak perempuan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa mengeluarkan laporan yang menyerukan pemerintah Jepang untuk mengizinkan seorang kaisar wanita, di antara isu-isu lain yang menghambat kesetaraan gender di negara tersebut.

Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi menganggap laporan itu "disesalkan" dan "tidak pantas." Ia mengatakan suksesi kekaisaran adalah masalah identitas nasional yang fundamental dan tidak tercakup dalam hak-hak dasar konstitusional.

Sumber: Apnews