Kaskus

Regional

whyabd08Avatar border
TS
whyabd08
Saya Malu Mengaku Orang Madura, Tapi Bangga Mengaku Orang Sumenep!
Saya Malu Mengaku Orang Madura, Tapi Bangga Mengaku Orang Sumenep!

Sebelum memulai cerita ini, saya ingin memohon maaf terlebih dahulu kepada semua pihak yang mungkin akan tersinggung dengan pendapat saya. Saya sangat memahami bahwa setiap orang memiliki pandangan dan pengalaman yang berbeda, dan saya yakin beberapa dari kalian mungkin akan merasa tersinggung. Namun, dengan berat hati, saya merasa perlu untuk menyampaikan apa yang ada di dalam hati dan pikiran saya.

Dalam perjalanan hidup, kita sering kali dihadapkan pada kenyataan yang sulit. Ada kalanya kita merasa tertekan untuk tidak mengungkapkan pendapat kita karena takut akan reaksi orang lain. Namun, saya percaya bahwa keberanian untuk berbicara adalah langkah penting dalam menciptakan perubahan.

***

Selama enam tahun saya tinggal di perantauan, saya sering kali merasakan betapa beratnya beban identitas. Setiap kali saya memperkenalkan diri sebagai orang Madura, saya melihat tatapan yang penuh stereotip dan prasangka buruk. Banyak orang luar Madura yang mengaitkan kami dengan kisah-kisah kelam, seperti carok, kekerasan, dan kehidupan yang dianggap primitif.

Carok, sebuah istilah yang begitu melekat di benak mereka, menjadi simbol dari ketidakadilan yang berujung kekerasan. Tidak jarang, mereka yang tidak memahami budaya kami menganggap carok sebagai tradisi, padahal sebenarnya itu hanyalah satu dari sekian banyak kisah yang terdistorsi dan bukan bagian dari tradisi kami. Ini adalah warisan yang tidak mencerminkan keseluruhan budaya Madura yang kaya dan beragam.

Di tengah stigma itu, saya merasa malu mengaku sebagai orang Madura. Namun, di sisi lain, saya bangga mengaku sebagai orang Sumenep. Di mata banyak orang, Sumenep dianggap lebih elegan, lebih berbudaya, dan lebih maju pemikirannya. Kami punya akar keraton yang kuat, dan reputasi kami jarang tercemar oleh tindak kekerasan yang sering dikaitkan dengan Madura secara umum.

Lihat saja, banyak tindakan kriminal terjadi di Madura bagian barat. Perang Sampit dan Sampang adalah contoh yang paling mencolok. Saya pertegas kembali, ini Perang Sampit dengan Sampang bukan Sampit dengan Madura, karena hanya melibatkan segelintir orang dari Sampang. Mirisnya, secara kolektif kami di Madura harus menanggung konsekuensinya.

Belakangan ini, terjadi insiden pembacokan terhadap seorang saksi pilkada 2024 di Sampang bagian utara menambah daftar panjang stigma yang kami hadapi. Sekali lagi, tindakan tersebut disamakan dengan identitas kami. "Itulah orang Madura," pikir mereka, tanpa melihat realitas yang lebih kompleks.

Dan yang terbaru, kasus pembunuhan di Kecamatan Galis, Bangkalan, merupakan tragedi yang sangat mengkhawatirkan. Seorang mahasiswi asal Tulungagung menjadi korban setelah dipaksa untuk menggugurkan kandungan. Karena menolak, pelaku, yang merupakan pacarnya sendiri, mengambil tindakan yang sangat kejam dengan membunuhnya dan kemudian membakar jenazahnya.

Lagi dan lagi, Madura bagian barat terus-terusan membuat ulah. Belum selesai masalah sebelumnya, sudah muncul masalah baru lagi. Kasus di atas hanya sebagian kecil dari sekian banyak kasus yang terjadi.

Dari saking muaknya, saya sampai berpikir liar; lebih baik Madura dipecah saja seperti masa feodal-primordial, Madura Wetan (timur) dan Madura Kulon (barat). Itu akan lebih baik daripada kami dari Madura Timur ikut menanggung beban stereotip yang tidak kami lakukan.

Saya ingin berteriak kepada mereka yang berasal dari Madura bagian barat: kami dari Madura timur sudah jengah dengan perilaku terbelakang kalian. Kami berusaha keras memperbaiki citra Madura, selalu mengklarifikasi dengan mengatakan, "Tidak semua Madura seperti itu, itu hanya oknum." Namun, apalah daya kami, jumlah oknum yang meresahkan ini semakin banyak dan justru bangga dengan stereotip tersebut.

Jangan bangga dianggap keras. Sebaliknya, malu sama sarung dan peci yang kalian gunakan, perilaku dan tindakan kalian terus mencoreng nama baik kami. Kami ingin membanggakan identitas Madura, tetapi kalian selalu melakukan tindakan yang dipenuhi stigma negatif.

***

Sebagai penutup, saya meminta kepada seluruh pihak untuk merenungkan pendapat saya dengan bijak. Saya tidak ingin ada yang tersinggung meski sebagian pasti ada yang tersinggung dan bahkan menghujat saya karena tidak sependapat.

Saya yakin orang-orang di Madura Barat akan sepemikiran dengan saya. Jika tidak sependapat, itu pasti oknum yang bersangkutan.

Mari gunakan kesempatan ini untuk berdiskusi dengan kepala dingin dan hati terbuka. Setiap opini memiliki nilai, dan dengan saling menghargai kita akan menemukan solusi yang lebih baik ke depannya.

Oleh : Wahyu Abadi
Diubah oleh whyabd08 03-12-2024 06:43
setiadirumaAvatar border
maryantingetehAvatar border
outsiders1609Avatar border
outsiders1609 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
1.6K
72
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan