Kaskus

Story

avselAvatar border
TS
avsel
BERLIANA DAN ASEP YANG TIDAK PEKA
BERLIANA DAN ASEP YANG TIDAK PEKA

Aku menatap piring pecel yang ada di depanku, sambil menikmati aroma sambalnya yang khas. Setiap kali aku datang ke warung ini, rasanya selalu ada yang berbeda. Entah itu suasana yang nyaman, atau mungkin… Asep.

Asep adalah sosok yang jauh dari kata sempurna. Dia bukan pria tampan, rupawan ataupun mapan secara financial, bahkan sepertinya hidupnya jauh kesan normal.

Hari - harinya dia habiskan di warung berjualan pecel. Harusnya dia menikmati masa muda seperti orang pada umumnnya. Tapi kayaknya emang Asep ini nggak umum deh.

Meskipun begitu, ada sesuatu di dirinya yang menarik hatiku. Mungkin, itu karena kesederhanaannya. Dia selalu tersenyum ramah, meski aku tahu dia tidak pernah peka dengan apa yang aku rasakan.

Aku mengambil sendok dan mencicipi pecel buatannya. Rasanya memang tak pernah berubah, selalu enak. Tapi hari ini, rasanya ada yang mengganjal di hatiku. Aku sudah mencoba berulang kali memberi kode, mencoba berbicara lebih terbuka, namun Asep sepertinya tidak pernah menangkap maksudku.

"Sep, pecel 1. Kek biasa" kataku pelan, berusaha membuka percakapan.

Asep mengangkat wajahnya dari mangkuk sambal dan menatapku dengan ekspresi datar. "Emang kamu gak bosen makan pecel tiap hari, Ber?"

Aku terkejut dengan pertanyaannya, dan untuk sejenak, aku terdiam. Aku berpikir, apakah dia benar-benar tidak sadar kalau aku hampir setiap hari mampir untuk beli pecel buatannya? Akh sudah lah.

Aku tersenyum, berusaha untuk menutupi perasaan kecewaku. "Enggak kok, Sep. Pecel kamu selalu enak, gak ada yang bisa ngalahin rasa pecel ini."

Asep hanya mengangguk pelan dan kembali sibuk mengaduk sambalnya. "Bagus deh. Tapi, kalau bosen ya tinggal makan yang lain aja Ber. Nggak usah nggak enakan"

Aku menatapnya dari meja, sedikit kecewa. Aku ingin dia tahu bahwa aku tidak hanya bicara soal pecel. Aku ingin dia tahu bahwa aku mulai merasa lebih dari sekadar pembeli pecel di warungnya, tapi ternyata… Aku hanya mendapat jawaban yang begitu datar.

Besoknya aku memutuskan untuk mencobanya lagi, mungkin dengan cara yang lebih halus. Semoga kali ini dia menangkap maksudku.

"Asep," kataku lebih pelan, sambil menatapnya. "Kadang aku mikir, kalau kita udah terbiasa dengan sesuatu, kita malah gak sadar kalau ada hal lain yang bisa lebih menyenangkan."

Asep berhenti sejenak, menatapku dengan wajah serius, tapi tidak ada tanda-tanda kalau dia mengerti. "Maksudnya gimana, Ber?"

Aku menghela napas pelan. Mungkin aku harus lebih jelas, lebih jujur. "Maksudku... mungkin ada hal-hal di sekitar kita yang lebih menarik, cuma kadang kita terlalu terbiasa sama yang kita punya. Seperti pecel ini, misalnya."

Asep mengangguk, tampak serius mendengarkan, tapi aku merasa dia tetap tidak paham. "Oh, jadi kamu bilang kalau kamu pengen coba makanan lain? Ya, gak apa-apa, kalau kamu bosen kan bisa cari makanan lain juga."

Aku merasa kecewa, lebih dalam daripada sebelumnya.

"Duh asep 😞, di otakmu cuma pecel doang apa gimana sih?"

Aku tertawa pelan, meski hatiku merasa agak sakit. "Iya, sih... Mungkin... Tapi aku juga kadang mikir, kalau ada hal-hal yang memang buat kita nyaman, itu gak perlu dicari lagi, kan?"

Asep masih dengan ekspresi bingungnya, tapi dia hanya mengangguk dan berkata, "Yaudah, kalau begitu. Pecelnya udah siap, Semoga hari ini tetap enak ya Ber."

"Ok makasih, nih uangnya. Kembaliannya ambil aja," sambil menaruh uang 50rb dan pergi begitu saja.

"Ber, seriusan? Ini kebanyakan lho."
"Tau akh.. ambil aja."

Segera aku menghampiri motor dan langsung meninggalkan warung pecel Asep.

=====

Sementara itu di warung, Asep lanjut mengurusi dagangannya yang sedikit lagi ludes.

Bersumbang....
leobersamage107Avatar border
pulaukapokAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan 17 lainnya memberi reputasi
18
2.1K
81
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan