- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Menyoal Serangan Brutal Anggota TNI ke Warga di Deli Serdang


TS
kissmybutt007
Menyoal Serangan Brutal Anggota TNI ke Warga di Deli Serdang
Menyoal Serangan Brutal Anggota TNI ke Warga di Deli Serdang, Ada yang Diseret, Dihajar hingga Ditodong Pistol Halaman all - Kompas.com
Rachmawati
12–16 minutes
KOMPAS.com - Sejumlah lembaga masyarakat sipil mengecam tindakan “arogan dan sewenang-wenang” puluhan anggota TNI yang menyerang warga sipil di Desa Selamat, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara pada Jumat (08/11).
TNI diminta menindak tegas semua pihak yang terlibat dan tak melanggengkan impunitas terhadap anggotanya yang terbukti bersalah agar kasus serupa tak terulang mengingat ada puluhan kasus kekerasan militer terhadap sipil pada 2024 saja, menurut lembaga pegiat HAM.
“Kami tidak minta nyawa diganti nyawa, tapi kami hanya minta harus sesuailah hukuman buat mereka, karena kami manusia yang masih punya iman,” kata Salamta Tarigan dengan lantang ketika ditemui pada Senin (11/11).
Keponakannya, Raden Barus, tewas pada malam penyerangan itu. Laki-laki berusia 61 tahun itu ditemukan tergeletak di pinggir jalan dalam kondisi sekarat.
Warga sempat membawa tetua adat mereka itu ke klinik terdekat, namun nyawanya tak tertolong.
Menurut laporan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Raden tewas dengan luka bacok di punggung, kepala retak, dan mata tertusuk benda tajam.
Selain itu, ada delapan warga yang dirawat di rumah sakit karena luka berat. Beberapa orang lainnya mengalami luka ringan.
TNI menyebut ada 33 prajurit dari Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumagan yang diduga terlibat dalam penyerangan itu. Sedangkan warga mengeklaim ada ratusan orang yang datang dalam tiga gelombang.
Serangan itu, menurut warga, terjadi secara “brutal, membabi buta, dan tidak pandang bulu”.
Panglima Kodam I Bukit Barisan, Letjen Mochammad Hasan, kemudian meminta maaf atas tindakan anak buahnya itu. Hasan menyatakan bahwa dia bersedia bertukar nyawa dengan korban yang tewas.
"Saya, bersama keluarga besar Bukit Barisan, memohon maaf sebesar-besarnya. Kalaupun saya harus menggantikan almarhum, saya siap melakukan itu sekarang. Saya ikhlas," kata Hasan ketika menghadiri pemakaman Raden Barus.
Dia juga berjanji bahwa kasus ini tak akan terulang lagi. Janji senada juga diutarakan oleh Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Hariyanto juga berjanji bahwa kasus ini akan diusut tuntas.
“Semua akan terjawab sejauh mana keterlibatan anggota dan motifnya. Tunggu sampai pengusutan tuntas. Mabes TNI akan terus mengawal proses anggota TNI tersebut,” kata Hariyanto.
Pegiat HAM dari Imparsial dan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Pidana Kekerasan (Kontras) mendesak TNI menepati janji itu dengan mengevaluasi secara menyeluruh mengapa kasus kekerasan terhadap sipil terus berulang dilakukan oleh prajurit mereka.
Sepanjang Januari hingga Oktober 2024 saja, Imparsial mencatat telah terjadi 24 kasus kekerasan militer terhadap sipil.
Data lainnya dari Kontras menunjukkan ada 64 kasus sejak Oktober 2023 – September 2024 dengan 75 korban luka dan 18 korban meninggal.
Menurut Ardi, kasus yang memakan nyawa di Desa Selamat sekali lagi membuktikan bahwa tak ada upaya serius dari TNI untuk menghentikan siklus kekerasan terhadap masyarakat sipil.
https://regional.kompas.com/read/202...page=all#page4
bersambung ke bawah
Rachmawati
12–16 minutes
KOMPAS.com - Sejumlah lembaga masyarakat sipil mengecam tindakan “arogan dan sewenang-wenang” puluhan anggota TNI yang menyerang warga sipil di Desa Selamat, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara pada Jumat (08/11).
TNI diminta menindak tegas semua pihak yang terlibat dan tak melanggengkan impunitas terhadap anggotanya yang terbukti bersalah agar kasus serupa tak terulang mengingat ada puluhan kasus kekerasan militer terhadap sipil pada 2024 saja, menurut lembaga pegiat HAM.
“Kami tidak minta nyawa diganti nyawa, tapi kami hanya minta harus sesuailah hukuman buat mereka, karena kami manusia yang masih punya iman,” kata Salamta Tarigan dengan lantang ketika ditemui pada Senin (11/11).
Keponakannya, Raden Barus, tewas pada malam penyerangan itu. Laki-laki berusia 61 tahun itu ditemukan tergeletak di pinggir jalan dalam kondisi sekarat.
Warga sempat membawa tetua adat mereka itu ke klinik terdekat, namun nyawanya tak tertolong.
Menurut laporan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Raden tewas dengan luka bacok di punggung, kepala retak, dan mata tertusuk benda tajam.
Selain itu, ada delapan warga yang dirawat di rumah sakit karena luka berat. Beberapa orang lainnya mengalami luka ringan.
TNI menyebut ada 33 prajurit dari Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumagan yang diduga terlibat dalam penyerangan itu. Sedangkan warga mengeklaim ada ratusan orang yang datang dalam tiga gelombang.
Serangan itu, menurut warga, terjadi secara “brutal, membabi buta, dan tidak pandang bulu”.
Panglima Kodam I Bukit Barisan, Letjen Mochammad Hasan, kemudian meminta maaf atas tindakan anak buahnya itu. Hasan menyatakan bahwa dia bersedia bertukar nyawa dengan korban yang tewas.
"Saya, bersama keluarga besar Bukit Barisan, memohon maaf sebesar-besarnya. Kalaupun saya harus menggantikan almarhum, saya siap melakukan itu sekarang. Saya ikhlas," kata Hasan ketika menghadiri pemakaman Raden Barus.
Dia juga berjanji bahwa kasus ini tak akan terulang lagi. Janji senada juga diutarakan oleh Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Hariyanto juga berjanji bahwa kasus ini akan diusut tuntas.
“Semua akan terjawab sejauh mana keterlibatan anggota dan motifnya. Tunggu sampai pengusutan tuntas. Mabes TNI akan terus mengawal proses anggota TNI tersebut,” kata Hariyanto.
Pegiat HAM dari Imparsial dan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Pidana Kekerasan (Kontras) mendesak TNI menepati janji itu dengan mengevaluasi secara menyeluruh mengapa kasus kekerasan terhadap sipil terus berulang dilakukan oleh prajurit mereka.
Sepanjang Januari hingga Oktober 2024 saja, Imparsial mencatat telah terjadi 24 kasus kekerasan militer terhadap sipil.
Data lainnya dari Kontras menunjukkan ada 64 kasus sejak Oktober 2023 – September 2024 dengan 75 korban luka dan 18 korban meninggal.
Menurut Ardi, kasus yang memakan nyawa di Desa Selamat sekali lagi membuktikan bahwa tak ada upaya serius dari TNI untuk menghentikan siklus kekerasan terhadap masyarakat sipil.
https://regional.kompas.com/read/202...page=all#page4
bersambung ke bawah




dragunov762mm dan servesiwi memberi reputasi
2
279
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan