Kaskus

News

mnotorious19150Avatar border
TS
mnotorious19150
Kontroversi Model Virtual untuk Iklan, Akankah Geser Eksistensi Model Manusia?
Kontroversi Model Virtual untuk Iklan, Akankah Geser Eksistensi Model Manusia?

Jakarta -

Perkembangan teknologi, khususnya artificial intelligence, semakin memengaruhi banyak sektor industri termasuk dunia fashion. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah penggunaan model virtual alih-alih model manusia.

Retailer fashion asal Spanyol, Mango, menjadi salah satu yang pertama menampilkan model virtual dalam iklan mereka pada Juli 2024.

"Ini tentang pembuatan konten yang lebih cepat," kata CEO Mango Toni Ruiz, seperti dikutip dari New York Post.

Bulan ini, Mango kembali meluncurkan kampanye AI lainnya untuk koleksi busana remaja. Toni mengatakan bahwa di masa depan, perusahaannya berharap bisa memperluas teknologi AI untuk koleksi pria dan wanita.

Selain Mango, brand fashion besar seperti Louis Vuitton, Nike dan Etro mulai beralih ke model virtual untuk kampanye mereka. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi AI dalam industri kreatif mulai diperhitungkan.

Model Virtual di kampanye Mango. Foto: Dok. Mango

Berdasarkan laporan Bloomberg, model virtual menghabiskan biaya jauh lebih murah ketimbang model manusia. Sebagai contoh, satu model asli bisa mematok bayaran USD35 per jam, sementara agensi model virtual hanya memungut bayaran mulai dari USD29 per bulan.

Selain itu memakai model virtual juga bisa menekan bujet lainnya, misalnya saja biaya transportasi, akomodasi, makeup, dan sebagainya. Model virtual, yang bisa di-generate secara digital, memungkinkan brand untuk lebih fleksibel dalam pengaturan waktu dan tempat pemotretan.

Brand juga dapat sepenuhnya mengontrol penampilan model. Misalnya, mereka bisa mendesain model dengan penampilan yang sesuai dengan visi merek, atau bahkan menciptakan 'model' yang tidak mungkin ada di dunia nyata. Hal ini memberikan kebebasan kreatif yang tidak terbatas.

Namun di sisi lain, kemunculan model virtual juga menimbulkan kekhawatiran. Para model manusia bisa terancam kehilangan peluang kerja. Meskipun AI dan model virtual membuka peluang baru di dunia digital, ini juga berpotensi mengurangi kebutuhan akan model fisik untuk kampanye pemasaran atau pemotretan produk.

Model virtual yang memungkinkan brand untuk menciptakan penampilan sangat ideal, bahkan tidak realistis, bisa memperburuk standar kecantikan yang tidak sehat. Hal ini bisa memperburuk masalah body image, terutama di kalangan konsumen muda yang merasa harus memenuhi standar kecantikan digital yang sering kali mustahil dicapai

Selain itu meskipun model virtual bisa sangat realistis, mereka tetap tidak bisa menggantikan interaksi manusia yang sering kali menjadi bagian dari pengalaman pemotretan atau kampanye pemasaran. Ada juga masalah etika mengenai hak cipta dan identitas digital, terutama jika model virtual dibuat berdasarkan data yang mirip dengan individu nyata tanpa izin.

Sementara itu dari kacamata pekerja kreatif di industri fashion, teknologi AI dan manusia sebenarnya bisa diselaraskan. Meski ada kekhawatiran tentang model manusia versus model virtual, perkembangan ini bukan hanya soal menggantikan peran, tapi juga inovasi dalam industri.

"Dari sudut pandang kreatif, ini luar biasa. Sentuhan manusia tetap menjadi aspek penting dalam proses kreatif. Ini mengubah realitas, tapi itulah yang coba dilakukan oleh setiap [orang] kreatif. Tugas kita adalah mencoba bereksperimen, setiap hari. Terkadang realitas saja tidak cukup, Marco De Vincenzo, creative director brand Italia Etro, kepada Financial Times.

"AI hanyalah sebuah metode baru untuk mengekspresikan kreativitas. Mengapa tidak menggunakannya?" pungkasnya.

detik.com
bang.toyipAvatar border
combustorAvatar border
ivanindAvatar border
ivanind dan 5 lainnya memberi reputasi
6
974
35
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan