- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Airlangga Sebut Pelemahan Daya Beli Pukul Sektor Manufaktur


TS
jaguarxj220
Airlangga Sebut Pelemahan Daya Beli Pukul Sektor Manufaktur
Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengakui terjadi penurunan daya beli yang terjadi turut mendorong terkontraksinya Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia.
“Tentu kita akan melihat kalau bagi kita di Indonesia kita melihat juga dari segi domestik itu terjadi pelemahan konsumen juga. Nah tentu kita berharap ini bisa pulih,” kata Airlangga ditemui di kantornya, Jumat (1/11/2024).
Meski demikian Airlangga menyatakan masih mengkaji penyebab aktivitas manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama 4 bulan beruntun, baik dari sisi pasar domestik maupun ekspor.
Dengan demikian, Airlangga berharap bahwa daya beli konsumen dapat pulih dalam dekat agar aktivitas manufaktur dapat turut terungkit.
Lebih lanjut, ia menyatakan aktivitas manufaktur berbagai negara masih terkontraksi, termasuk di kawasan ASEAN. Pada kawasan ini, kata Airlangga, hanya Vietnam saja yang mencatatkan aktivitas manufaktur yang ekspansif.
“Ya tentu kita akan melihat baik domestik market maupun demand dari eksport market,” kata tutupnya.
Sebagai informasi, aktivitas manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama 4 bulan beruntun, tercermin dari data PMI yang dilansir S&P Global hari ini.
Menurut laporan S&P, PMI manufaktur di Tanah Air berada di 49,2 untuk periode Oktober, stagnan dari bulan sebelumnya. PMI di bawah 50 mencerminkan aktivitas yang berada di zona kontraksi, tidak ekspansi. Dengan demikian, aktivitas manufaktur Indonesia sudah berada di zona itu sejak Juli dan belum mampu bangkit.
“Produksi, pemesanan baru, dan perekrutan tenaga kerja melemah tipis seiring dengan pasar yang melemah. Keyakinan terhadap prospek ke depan, walau secara umum masih positif, tetapi turun ke level terendah dalam 4 bulan terakhir,” papar laporan S&P Global.
Daya beli konsumen, lanjut laporan S&P Global, dilaporkan menurun oleh dunia usaha, Ini terjadi baik di pasar domestik maupun ekspor. Pasar ekspor juga menurun dan mengalami koreksi selama 8 bulan beruntun.
Penurunan iklim usaha membuat perusahaan-perusahaan memangkas pegawai di pabrik mereka, dan menjadi yang ketiga selama 4 bulan terakhir. Beban kerja masih sama, dan malah terjadi penumpukan barang jadi karena lesunya permintaan. Ini sudah terjadi selama 4 bulan beruntun.
Pembelian bahan baku pun kembali menurun, menjadi 4 bulan beruntun. Ini selaras dengan tren penurunan pemesanan baru dan produksi seiring permintaan yang lemah.
Dunia usaha memandang situasi ke depan masih positif, dengan harapan situasi pasar akan kembali stabil. Namun, keyakinan ini turun ke level terendah dalam 4 bulan dan lebih rendah dari tingkat historisnya.
“Sektor manufaktur Indonesia melanjutkan performa yang menurun pada Oktober, dengan produksi, pemesanan baru, dan penciptaan lapangan kerja yang berkurang. Responden menyebut dalam beberapa kasus ini terkait dengan ketidakpastian geopolitik.
“Sebagai cerminan dari pasar yang melambat, inflasi pun melambat dan sekarang di bawah level historisnya. Dunia usaha berharap kondisi akan membaik pada tahun depan seiring dengan lingkungan ekonomi yang lebih stabil,” papar Paul Smith, Economics Director di S&P Global Market Intelligence, dalam siaran pers.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...tor-manufaktur
Akhirnya ada menteri yg mengakui daya beli memang turun.
Sangat terlambat, tapi ya sudahlah..
“Tentu kita akan melihat kalau bagi kita di Indonesia kita melihat juga dari segi domestik itu terjadi pelemahan konsumen juga. Nah tentu kita berharap ini bisa pulih,” kata Airlangga ditemui di kantornya, Jumat (1/11/2024).
Meski demikian Airlangga menyatakan masih mengkaji penyebab aktivitas manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama 4 bulan beruntun, baik dari sisi pasar domestik maupun ekspor.
Dengan demikian, Airlangga berharap bahwa daya beli konsumen dapat pulih dalam dekat agar aktivitas manufaktur dapat turut terungkit.
Lebih lanjut, ia menyatakan aktivitas manufaktur berbagai negara masih terkontraksi, termasuk di kawasan ASEAN. Pada kawasan ini, kata Airlangga, hanya Vietnam saja yang mencatatkan aktivitas manufaktur yang ekspansif.
“Ya tentu kita akan melihat baik domestik market maupun demand dari eksport market,” kata tutupnya.
Sebagai informasi, aktivitas manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama 4 bulan beruntun, tercermin dari data PMI yang dilansir S&P Global hari ini.
Menurut laporan S&P, PMI manufaktur di Tanah Air berada di 49,2 untuk periode Oktober, stagnan dari bulan sebelumnya. PMI di bawah 50 mencerminkan aktivitas yang berada di zona kontraksi, tidak ekspansi. Dengan demikian, aktivitas manufaktur Indonesia sudah berada di zona itu sejak Juli dan belum mampu bangkit.
“Produksi, pemesanan baru, dan perekrutan tenaga kerja melemah tipis seiring dengan pasar yang melemah. Keyakinan terhadap prospek ke depan, walau secara umum masih positif, tetapi turun ke level terendah dalam 4 bulan terakhir,” papar laporan S&P Global.
Daya beli konsumen, lanjut laporan S&P Global, dilaporkan menurun oleh dunia usaha, Ini terjadi baik di pasar domestik maupun ekspor. Pasar ekspor juga menurun dan mengalami koreksi selama 8 bulan beruntun.
Penurunan iklim usaha membuat perusahaan-perusahaan memangkas pegawai di pabrik mereka, dan menjadi yang ketiga selama 4 bulan terakhir. Beban kerja masih sama, dan malah terjadi penumpukan barang jadi karena lesunya permintaan. Ini sudah terjadi selama 4 bulan beruntun.
Pembelian bahan baku pun kembali menurun, menjadi 4 bulan beruntun. Ini selaras dengan tren penurunan pemesanan baru dan produksi seiring permintaan yang lemah.
Dunia usaha memandang situasi ke depan masih positif, dengan harapan situasi pasar akan kembali stabil. Namun, keyakinan ini turun ke level terendah dalam 4 bulan dan lebih rendah dari tingkat historisnya.
“Sektor manufaktur Indonesia melanjutkan performa yang menurun pada Oktober, dengan produksi, pemesanan baru, dan penciptaan lapangan kerja yang berkurang. Responden menyebut dalam beberapa kasus ini terkait dengan ketidakpastian geopolitik.
“Sebagai cerminan dari pasar yang melambat, inflasi pun melambat dan sekarang di bawah level historisnya. Dunia usaha berharap kondisi akan membaik pada tahun depan seiring dengan lingkungan ekonomi yang lebih stabil,” papar Paul Smith, Economics Director di S&P Global Market Intelligence, dalam siaran pers.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...tor-manufaktur
Akhirnya ada menteri yg mengakui daya beli memang turun.
Sangat terlambat, tapi ya sudahlah..




brucebanner23 dan soelojo4503 memberi reputasi
2
236
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan