[hr]
Pengadilan Negeri Surabaya kini menjadi pusat skandal dan pengkhianatan setelah tiga hakimnya, yaitu Erintuah Damanik, Mangapul, dan Heru Hanindyo, dituduh menerima suap dalam jumlah besar untuk membebaskan Ronald Tannur dalam kasus penganiayaan dan pembunuhan terhadap pacarnya, Dini Sera Afrianti. Tannur, seorang pemuda yang memiliki koneksi dengan tokoh politik berpengaruh, sebelumnya dibebaskan dalam putusan yang sangat kontroversial, bertolak belakang dengan tuntutan awal yang meminta hukuman 12 tahun penjara atas tindakan kejamnya. Putusan mengejutkan ini menuai badai kemarahan publik, diperparah dengan pujian resmi dari Ketua PN Surabaya, Dadi Rachmadi, yang mengagungkan para hakim tersebut sebagai "patriot" atas dedikasi mereka dalam menegakkan keadilan. Namun, penghargaan ini akhirnya terungkap sebagai ironi ketika tuduhan suap mencuat, mengungkapkan kenyataan yang lebih kelam.



Kasus ini berubah tajam saat Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, menyuarakan kekhawatiran atas keputusan Pengadilan Negeri Surabaya. Ia secara terbuka mempertanyakan integritas Rachmadi, menegaskan agar keterlibatannya dalam mendukung pembebasan tersebut diselidiki secara menyeluruh. Sementara itu, Rachmadi sendiri diam seribu bahasa mengenai kasus ini, membuat banyak pihak berspekulasi tentang kemungkinan keterlibatannya atau, setidaknya, kegagalannya dalam mengawasi standar etika pengadilan.lanjutkan membaca