- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Senja Untuk Fajar


TS
juzie.wowwowwow
Senja Untuk Fajar
Hai teman-teman
kembali ane mencoba membuat cerita dan semoga ada yang suka

Senja tampak begitu bahagia memakai gamis pertunangannya yang serba putih. Ia benar-benar sangat cantik dengan pasmina putih lembut yang membalut aurat kepalanya sebagai hijab.
Ayahnya tersenyum haru memandang Senja yang kini duduk di meja rias. Anak gadisnya yang telah berusia dua puluh delapan tahun akhirnya dilamar juga.
Tak terasa kerabat dekat Senja sudah berdatangan. Mereka tampak heboh saat melihat Senja yang tampak begitu cantik nan anggun. Apalagi mereka juga sudah lelah berbasa basi bertanya "kapan nikah?" pada Senja.
Akhirnya, keluarga mereka, Senja, dilamar juga. Itu yang menjadi topik hangat di perbincangan mereka. Adik dan salah satu sepupu perempuannya menemani Senja di dalam kamar.
Senja merasa campur aduk, hari ini dia akan dilamar oleh kekasihnya, bernama Ramdhani. Rumah yang telah didekorasi sedemikian rupa itu sudah ramai oleh para tamu dan teman-teman Senja. Namun, Ramdhani dan keluarganya belum juga datang.
"Nak, kok Nak Ramdhani dan orang tuanya belum datang juga?" Tanya sang Ayah.
Senja merasa mulai cemas tapi dia berusaha menenangkan dirinya. "Mungkin mereka sudah di jalan, Yah?"
"Coba dihubungi dulu, Nak! Kali aja mereka ada apa-apa di jalan," kata ayahnya Senja.
"Sebentar aku hubungi ya, Yah."
Senja lalu mengambil handphone-nya setelah ayahnya keluar dari kamarnya dan berkumpul dengan para tamu. Ia mencari kontak kekasihnya untuk mengirim chat.
'Dhan ... kamu di mana sekarang?'
Beberapa menit tak ada balasan chat itu yang membuat Senja makin cemas.
"Ditelepon aja, Kak," kata Tari, adik Senja.
Entah mengapa perasaan Senja mendadak tak enak. Ia pun segera menelepon kekasihnya itu.
Tut ... tut ....
Beberapa kali panggilan tak diangkat oleh Ramdhani. Hati Senja pun makin kacau dan merasa ada sesuatu pada kekasihnya itu.
"Nggak diangkat, Tar."
Tiba-tiba handphone Senja berdering dan itu adalah panggilan telepon dari Ramdhani. Senja langsung menerima panggilan itu tanpa pikir lagi.
"Dhan, kamu di mana sekarang?" tanya Senja langsung tanpa basa-basi.
"Ng ...." sejenak hanya itu jawaban Ramdhani, lalu benerapa detik dia membuka mulut. "Aku masih di rumah."
"Loh, kok masih di rumah? Ini kan acara lamaran kita."
"Maaf, Senja ... aku dan keluargaku nggak bisa datang, maaf ya karena ngga ngabarin sebelumnya."
"Loh, bagaimana sih? Tamu dan keluarga aku udah pada datang, Dhan!"
"Maaf, ya ... mamaku lagi ngga sehat. Nanti kita bicarakan ini lagi."
"Tapi ...."
Tut ... tut ....
Dhani malah menutup panggilan telepon itu secara sepihak sementara Senja bingung sendiri bagaimana memberi tahu ayah, keluarga dan tamu lainnya.
"Kenapa, Kak?" Tari khawatir melihat Senja yang tampak bingung sendiri.
"Lamarannya ngga jadi."
"Hah??" Tari, "Kok gitu sih? Ngabarin dulu ke' sebelumnya."
"Aku juga ngga ngerti ...." gumam Senja.
Ayah Senja lalu masuk ke kamar. "Bagaimana, Nak? Nak Dhani dan keluarganya sudah di mana?"
Senja terdiam, rasanya ia tak kuasa berkata-kata jika lamarannya batal di hari itu.
"Yah ...," panggil Tari ke ayahnya, "Kak Senja ngga jadi lamaran hari ini."
Ayah Senja hanya bergeming memandang anak gadisnya itu. Senja bisa menangkap ada rasa kecewa di wajah ayahnya tapi berusaha tegar di sana.
***
Seminggu telah berlalu dari hari lamaran Senja yang gagal dan selama itu pula Ramdhani tak masuk kerja. Bahkan dia tidak mengirim chat apa pun pada Senja lagi.
"Senja, Dhani ke mana? Kok dah seminggu ini ngga masuk kerja, ya?" kata salah satu kolega mereka.
Senja selalu tampak lemas menghadapi pertanyaan itu maupun yang serupanya. Dia hanya tersenyum dan mengatakan "tidak tahu" jika ada yang bertanya tentang Dhani.
"Senja ... apa kau masih dengan Dhani?"
Senja hanya tersenyum menjawab pertanyaan itu. Bahkan ia juga bingung status dia apa di mata Ramdhani. Ia pun tak yakin jika menjawab bahwa mereka belum ada kata putus.
Seperti biasa Senja mandi air hangat setelah pulang kerja. Jujur, ia sangat kecewa pada Dhani. Kata pria itu ibunya sedang sakit tapi chat dari Senja pun tak ada dibalasnya. Senja berpikir apakah ia harus ke rumah pria itu? Ia teringat pada kata ayahnya bahwa ia tak boleh terlalu berharap pada cinta seorang pria.
Setelah mandi, Senja memakai handuk menuju kamarnya. Rambut panjangnya yang lurus tampak basah. Ia memakai pakaian daster rumahnya namun tiba-tiba handphone-nya berdering.
Mata Senja langsung mendelik saat melihat layar handphonenya menampilkan nama Dhani. Ia pun segera menerima panggilan itu.
"Halo?" sapa Senna tak sabaran.
"Senja, kau sudah di rumah?"
"Iya ...
"Ng ... aku sedang siap-siap ke sana. Ada yang mau aku omongin, agak penting sih."
Mendadak perasaan Senja tak enak dari cara Dhani berbicara. Rasanya seperti orang asing.
"Iya. Datang aja, Dhan," sahut Senja.
"Baiklah."
Setelah Dhani menutup panggilan teleponnya, Senja langsung membuka lemari, mengambil jilbab dan langsung mengenakannya. Ia juga mengulas bibirnya dengan lip balm yang memiliki sedikit warna agar wajahnya terlihat lebih segar.
Ia duduk manis menunggu kedatangan kekasihnya itu. Entahlah, apa pria itu masih menganggapnya sebagai kekasih.
Sepuluh menit kemudian handphone Senja berdering dan itu adalah panggilan telepon dari Dhani.
Buru-buru Senja menerima panggilan itu. "Ya, Dhan?"
"Aku ada di depan rumahmu sekarang. Bisa keluar sebentar?"
"Kenapa ngga di dalam aja, Dhan?"
Dhani terdiam beberapa detik. "Aku ngga enak sama Ayahmu."
"Baiklah kalau begitu. Tunggu, ya!"
Senja lalu segera keluar dari kamarnya dan menuju ke pintu depan. Saat ia membuka pintu, ia bisa melihat Dhani yang sedang berdiri di depan pagar rumah Senja.
Senja tersenyum senang melihat kekasihnya itu. Seminggu gak bertemu dan tak ada kabar membuat Senja merindukan pria itu.
Senja lalu menghampiri Dhani. "Kamu kemana saja? Kok ngga masuk kerja juga sih? Orang-orang pada cariin kamu."
"Um ... kita jangan bicara soal yang itu dulu ya, ada yang lebih penting."
Dhani lalu membawa Senja di tempat yang agak sepi dan duduk di sana.
"Mau ngomongin apa, Dhan? Kayaknya penting ...."
"Ini tentang kita ...," sahut Dhani, "sebelumnya maaf ya karena aku nggak ngabarin sebelum hari H lamaran minggu lalu."
Senja tampak sendu mengingat kejadian memalukan itu namun ia berusaha tegar. "Sebenarnya kau kenapa?"
"Aku bingung ... tiba-tiba mamaku nggak merestui hubungan kita."
Senja merasa bingung. Bukannya ia sudah dekat dengan ibu Dhani lalu mengapa tiba-tiba tak merestuinya?
"Kenapa?"
"Aku juga tidak tahu, Senja, aku bingung bagaimana ngomonginnya dan aku sudah berusaha meyakinkan mamaku tapi ...."
Air mata Senja mulai menetes. Ia bisa merasakan bahwa hubungan dia dan Dhani akan berakhir mungkin saat ini juga.
"Kita ... bagaimana, ya?" Dhani lalu menoleh ke arah Senja dan ia terdiam melihat gadis itu meneteskan air matanya.
Tiba-tiba Senja melepaskan gelang couplenya yang membuat Dhani tak menyangka Senja melakukannya.
"Aku mengerti maksudmu," kata Senja sambil menyerahkan gelang itu ke Dhani, "lebih baik kamu memilih mamamu daripada kamu jadi anak durhaka."
Senja lalu berlari menuju rumahnya dan meninggalkan Ramdhani yang berdiri gamang sambil memandang kepergian Senja.
-TBC-



CHAPTER 1
Senja tampak begitu bahagia memakai gamis pertunangannya yang serba putih. Ia benar-benar sangat cantik dengan pasmina putih lembut yang membalut aurat kepalanya sebagai hijab.
Ayahnya tersenyum haru memandang Senja yang kini duduk di meja rias. Anak gadisnya yang telah berusia dua puluh delapan tahun akhirnya dilamar juga.
Tak terasa kerabat dekat Senja sudah berdatangan. Mereka tampak heboh saat melihat Senja yang tampak begitu cantik nan anggun. Apalagi mereka juga sudah lelah berbasa basi bertanya "kapan nikah?" pada Senja.
Akhirnya, keluarga mereka, Senja, dilamar juga. Itu yang menjadi topik hangat di perbincangan mereka. Adik dan salah satu sepupu perempuannya menemani Senja di dalam kamar.
Senja merasa campur aduk, hari ini dia akan dilamar oleh kekasihnya, bernama Ramdhani. Rumah yang telah didekorasi sedemikian rupa itu sudah ramai oleh para tamu dan teman-teman Senja. Namun, Ramdhani dan keluarganya belum juga datang.
"Nak, kok Nak Ramdhani dan orang tuanya belum datang juga?" Tanya sang Ayah.
Senja merasa mulai cemas tapi dia berusaha menenangkan dirinya. "Mungkin mereka sudah di jalan, Yah?"
"Coba dihubungi dulu, Nak! Kali aja mereka ada apa-apa di jalan," kata ayahnya Senja.
"Sebentar aku hubungi ya, Yah."
Senja lalu mengambil handphone-nya setelah ayahnya keluar dari kamarnya dan berkumpul dengan para tamu. Ia mencari kontak kekasihnya untuk mengirim chat.
'Dhan ... kamu di mana sekarang?'
Beberapa menit tak ada balasan chat itu yang membuat Senja makin cemas.
"Ditelepon aja, Kak," kata Tari, adik Senja.
Entah mengapa perasaan Senja mendadak tak enak. Ia pun segera menelepon kekasihnya itu.
Tut ... tut ....
Beberapa kali panggilan tak diangkat oleh Ramdhani. Hati Senja pun makin kacau dan merasa ada sesuatu pada kekasihnya itu.
"Nggak diangkat, Tar."
Tiba-tiba handphone Senja berdering dan itu adalah panggilan telepon dari Ramdhani. Senja langsung menerima panggilan itu tanpa pikir lagi.
"Dhan, kamu di mana sekarang?" tanya Senja langsung tanpa basa-basi.
"Ng ...." sejenak hanya itu jawaban Ramdhani, lalu benerapa detik dia membuka mulut. "Aku masih di rumah."
"Loh, kok masih di rumah? Ini kan acara lamaran kita."
"Maaf, Senja ... aku dan keluargaku nggak bisa datang, maaf ya karena ngga ngabarin sebelumnya."
"Loh, bagaimana sih? Tamu dan keluarga aku udah pada datang, Dhan!"
"Maaf, ya ... mamaku lagi ngga sehat. Nanti kita bicarakan ini lagi."
"Tapi ...."
Tut ... tut ....
Dhani malah menutup panggilan telepon itu secara sepihak sementara Senja bingung sendiri bagaimana memberi tahu ayah, keluarga dan tamu lainnya.
"Kenapa, Kak?" Tari khawatir melihat Senja yang tampak bingung sendiri.
"Lamarannya ngga jadi."
"Hah??" Tari, "Kok gitu sih? Ngabarin dulu ke' sebelumnya."
"Aku juga ngga ngerti ...." gumam Senja.
Ayah Senja lalu masuk ke kamar. "Bagaimana, Nak? Nak Dhani dan keluarganya sudah di mana?"
Senja terdiam, rasanya ia tak kuasa berkata-kata jika lamarannya batal di hari itu.
"Yah ...," panggil Tari ke ayahnya, "Kak Senja ngga jadi lamaran hari ini."
Ayah Senja hanya bergeming memandang anak gadisnya itu. Senja bisa menangkap ada rasa kecewa di wajah ayahnya tapi berusaha tegar di sana.
***
Seminggu telah berlalu dari hari lamaran Senja yang gagal dan selama itu pula Ramdhani tak masuk kerja. Bahkan dia tidak mengirim chat apa pun pada Senja lagi.
"Senja, Dhani ke mana? Kok dah seminggu ini ngga masuk kerja, ya?" kata salah satu kolega mereka.
Senja selalu tampak lemas menghadapi pertanyaan itu maupun yang serupanya. Dia hanya tersenyum dan mengatakan "tidak tahu" jika ada yang bertanya tentang Dhani.
"Senja ... apa kau masih dengan Dhani?"
Senja hanya tersenyum menjawab pertanyaan itu. Bahkan ia juga bingung status dia apa di mata Ramdhani. Ia pun tak yakin jika menjawab bahwa mereka belum ada kata putus.
Seperti biasa Senja mandi air hangat setelah pulang kerja. Jujur, ia sangat kecewa pada Dhani. Kata pria itu ibunya sedang sakit tapi chat dari Senja pun tak ada dibalasnya. Senja berpikir apakah ia harus ke rumah pria itu? Ia teringat pada kata ayahnya bahwa ia tak boleh terlalu berharap pada cinta seorang pria.
Setelah mandi, Senja memakai handuk menuju kamarnya. Rambut panjangnya yang lurus tampak basah. Ia memakai pakaian daster rumahnya namun tiba-tiba handphone-nya berdering.
Mata Senja langsung mendelik saat melihat layar handphonenya menampilkan nama Dhani. Ia pun segera menerima panggilan itu.
"Halo?" sapa Senna tak sabaran.
"Senja, kau sudah di rumah?"
"Iya ...
"Ng ... aku sedang siap-siap ke sana. Ada yang mau aku omongin, agak penting sih."
Mendadak perasaan Senja tak enak dari cara Dhani berbicara. Rasanya seperti orang asing.
"Iya. Datang aja, Dhan," sahut Senja.
"Baiklah."
Setelah Dhani menutup panggilan teleponnya, Senja langsung membuka lemari, mengambil jilbab dan langsung mengenakannya. Ia juga mengulas bibirnya dengan lip balm yang memiliki sedikit warna agar wajahnya terlihat lebih segar.
Ia duduk manis menunggu kedatangan kekasihnya itu. Entahlah, apa pria itu masih menganggapnya sebagai kekasih.
Sepuluh menit kemudian handphone Senja berdering dan itu adalah panggilan telepon dari Dhani.
Buru-buru Senja menerima panggilan itu. "Ya, Dhan?"
"Aku ada di depan rumahmu sekarang. Bisa keluar sebentar?"
"Kenapa ngga di dalam aja, Dhan?"
Dhani terdiam beberapa detik. "Aku ngga enak sama Ayahmu."
"Baiklah kalau begitu. Tunggu, ya!"
Senja lalu segera keluar dari kamarnya dan menuju ke pintu depan. Saat ia membuka pintu, ia bisa melihat Dhani yang sedang berdiri di depan pagar rumah Senja.
Senja tersenyum senang melihat kekasihnya itu. Seminggu gak bertemu dan tak ada kabar membuat Senja merindukan pria itu.
Senja lalu menghampiri Dhani. "Kamu kemana saja? Kok ngga masuk kerja juga sih? Orang-orang pada cariin kamu."
"Um ... kita jangan bicara soal yang itu dulu ya, ada yang lebih penting."
Dhani lalu membawa Senja di tempat yang agak sepi dan duduk di sana.
"Mau ngomongin apa, Dhan? Kayaknya penting ...."
"Ini tentang kita ...," sahut Dhani, "sebelumnya maaf ya karena aku nggak ngabarin sebelum hari H lamaran minggu lalu."
Senja tampak sendu mengingat kejadian memalukan itu namun ia berusaha tegar. "Sebenarnya kau kenapa?"
"Aku bingung ... tiba-tiba mamaku nggak merestui hubungan kita."
Senja merasa bingung. Bukannya ia sudah dekat dengan ibu Dhani lalu mengapa tiba-tiba tak merestuinya?
"Kenapa?"
"Aku juga tidak tahu, Senja, aku bingung bagaimana ngomonginnya dan aku sudah berusaha meyakinkan mamaku tapi ...."
Air mata Senja mulai menetes. Ia bisa merasakan bahwa hubungan dia dan Dhani akan berakhir mungkin saat ini juga.
"Kita ... bagaimana, ya?" Dhani lalu menoleh ke arah Senja dan ia terdiam melihat gadis itu meneteskan air matanya.
Tiba-tiba Senja melepaskan gelang couplenya yang membuat Dhani tak menyangka Senja melakukannya.
"Aku mengerti maksudmu," kata Senja sambil menyerahkan gelang itu ke Dhani, "lebih baik kamu memilih mamamu daripada kamu jadi anak durhaka."
Senja lalu berlari menuju rumahnya dan meninggalkan Ramdhani yang berdiri gamang sambil memandang kepergian Senja.
-TBC-






bukhorigan dan 3 lainnya memberi reputasi
4
352
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan