- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tekanan Jual Obligasi Makin Besar, Rupiah Terperosok Kian Dalam


TS
jaguarxj220
Tekanan Jual Obligasi Makin Besar, Rupiah Terperosok Kian Dalam
Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah hari ini terperosok ke level penutupan terlemah dalam hampir dua pekan perdagangan terakhir.
Rupiah tak kuasa melawan tekanan eksternal yang memicu arus jual di pasar saham maupun surat utang, mengekor yang terjadi pasar keuangan regional maupun global.
Rupiah spot ditutup di Rp15.620/US$, tergerus nilainya 0,38% dibandingkan kemarin dan menjadi mata uang Asia dengan penurunan terdalam ketiga setelah ringgit dan won Korsel. Kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) juga ditutup melemah di Rp15.620/US$ sore ini.
Tekanan yang dialami oleh rupiah sejalan dengan tren pelemahan mata uang emerging market yang tergilas keperkasaan dolar AS, terpicu ketidakpastian yang meningkat jelang gelar Pemilihan Presiden AS. Indeks dolar AS sore ini terpantau makin menguat ke level 104,34.
Pelemahan mata uang berlangsung ketika arus jual membesar di pasar saham serta surat utang. Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), mayoritas tenor memperlihatkan penurunan harga. Yield SBN tenor 10Y bahkan melompat naik hingga 6,1 bps ke level 6,72%. Begitu juga tenor 11Y yang naik sapai 10,7 bps ke level 6,89%. Tenor 5Y juga naik hingga 5,9 bps. Sedangkan tenor 2Y turun sedikit 0,6 bps.
Adapun IHSG ditutup melemah 0,02% setelah sejak pagi tadi tertekan oleh aksi jual.
Para investor di pasar keuangan saat ini sibuk menata penempatan aset untuk mengurangi risiko yang mungkin timbul dari hasil Pilpres AS maupun mitigasi akan prospek kebijakan bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve.
Ada tiga aset favorit saat ini yang menjadi 'triumvirat' perburuan investor di seluruh dunia. Tiga aset tersebut adalah dolar AS, emas juga Bitcoin. Tiga aset itu mencetak reli tak terbendung, bahkan harga emas berulang kali mencetak rekor harga tertinggi baru dalam sejarah.
Pilihan Jones atas emas dan bitcoin dilatarbelakangi risiko inflasi yang potensial melonjak di AS siapapun pemenang Pilpres November nanti.
Baik Harris maupun Trump sama-sama menawarkan pemangkasan pajak dan proposal kebijakan belanja yang bisa membawa defisit fiskal AS makin menganga.
"Bila [masalah defisit] tidak diselesaikan, AS perlu menggelembungkan anggaran," kata dia.
Defisit fiskal AS diprediksi menyentuh 122% dari Produk Domestik Bruto pada tahun 2034, mengacu pada proyeksi Kongres AS. Jones menilai proyeksi itu sangat konservatif. Dengan kata lain, angka defisit bisa lebih besar.
"Di bawah Trump, defisit bisa meningkat sebesar US$500 miliar per tahun. Di bawah Harris, defisit bisa naik US$600 miliar per tahun. Saya merasa itu hanya khayalan belaka. Pasar Treasury tidak akan menoleransinya," kata Jones.
Ancaman terhadap defisit fiskal juga yang sempat melambungkan yield Treasury 10Y menyentuh 5% beberapa waktu lalu. Sejak awal pekan, gelombang jual juga melanda pasar surat utang AS karena isu yang sama.
Defisit fiskal kumulatif AS pada September meningkat 8.14% secara tahunan menjadi US$1,83 triliun. Naik dibanding September 2023 sebesar US$1,70 triliun. Analis memprediksi, defisit fiskal AS di masa mendatang hingga US$3,10-US$3,80 triliun.
Dengan program populis berbiaya besar, siapapun kandidat yang menang akan memicu risiko pembengkakan belanja yang akan memperlebar defisit fiskal AS.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...sok-kian-dalam
Defisit fiskal US meningkat malah bikin IDR melemah.
Defisit fiskal Indonesia meningkat juga bikin IDR melemah.
Gimana lah ini melemah terus..
Rupiah tak kuasa melawan tekanan eksternal yang memicu arus jual di pasar saham maupun surat utang, mengekor yang terjadi pasar keuangan regional maupun global.
Rupiah spot ditutup di Rp15.620/US$, tergerus nilainya 0,38% dibandingkan kemarin dan menjadi mata uang Asia dengan penurunan terdalam ketiga setelah ringgit dan won Korsel. Kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) juga ditutup melemah di Rp15.620/US$ sore ini.
Tekanan yang dialami oleh rupiah sejalan dengan tren pelemahan mata uang emerging market yang tergilas keperkasaan dolar AS, terpicu ketidakpastian yang meningkat jelang gelar Pemilihan Presiden AS. Indeks dolar AS sore ini terpantau makin menguat ke level 104,34.
Pelemahan mata uang berlangsung ketika arus jual membesar di pasar saham serta surat utang. Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), mayoritas tenor memperlihatkan penurunan harga. Yield SBN tenor 10Y bahkan melompat naik hingga 6,1 bps ke level 6,72%. Begitu juga tenor 11Y yang naik sapai 10,7 bps ke level 6,89%. Tenor 5Y juga naik hingga 5,9 bps. Sedangkan tenor 2Y turun sedikit 0,6 bps.
Adapun IHSG ditutup melemah 0,02% setelah sejak pagi tadi tertekan oleh aksi jual.
Para investor di pasar keuangan saat ini sibuk menata penempatan aset untuk mengurangi risiko yang mungkin timbul dari hasil Pilpres AS maupun mitigasi akan prospek kebijakan bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve.
Ada tiga aset favorit saat ini yang menjadi 'triumvirat' perburuan investor di seluruh dunia. Tiga aset tersebut adalah dolar AS, emas juga Bitcoin. Tiga aset itu mencetak reli tak terbendung, bahkan harga emas berulang kali mencetak rekor harga tertinggi baru dalam sejarah.
Pilihan Jones atas emas dan bitcoin dilatarbelakangi risiko inflasi yang potensial melonjak di AS siapapun pemenang Pilpres November nanti.
Baik Harris maupun Trump sama-sama menawarkan pemangkasan pajak dan proposal kebijakan belanja yang bisa membawa defisit fiskal AS makin menganga.
"Bila [masalah defisit] tidak diselesaikan, AS perlu menggelembungkan anggaran," kata dia.
Defisit fiskal AS diprediksi menyentuh 122% dari Produk Domestik Bruto pada tahun 2034, mengacu pada proyeksi Kongres AS. Jones menilai proyeksi itu sangat konservatif. Dengan kata lain, angka defisit bisa lebih besar.
"Di bawah Trump, defisit bisa meningkat sebesar US$500 miliar per tahun. Di bawah Harris, defisit bisa naik US$600 miliar per tahun. Saya merasa itu hanya khayalan belaka. Pasar Treasury tidak akan menoleransinya," kata Jones.
Ancaman terhadap defisit fiskal juga yang sempat melambungkan yield Treasury 10Y menyentuh 5% beberapa waktu lalu. Sejak awal pekan, gelombang jual juga melanda pasar surat utang AS karena isu yang sama.
Defisit fiskal kumulatif AS pada September meningkat 8.14% secara tahunan menjadi US$1,83 triliun. Naik dibanding September 2023 sebesar US$1,70 triliun. Analis memprediksi, defisit fiskal AS di masa mendatang hingga US$3,10-US$3,80 triliun.
Dengan program populis berbiaya besar, siapapun kandidat yang menang akan memicu risiko pembengkakan belanja yang akan memperlebar defisit fiskal AS.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...sok-kian-dalam
Defisit fiskal US meningkat malah bikin IDR melemah.
Defisit fiskal Indonesia meningkat juga bikin IDR melemah.
Gimana lah ini melemah terus..







heavenisnomore dan 3 lainnya memberi reputasi
4
388
38


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan