Namun berdasarkan yang diungkapkan oleh Psikolog klinis Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., yang berpraktik di RS Dr Oen Solo Baru, beliau menekankan bahwa pandangan tentang hal tersebut tidaklah selalu mutlak. Dia menjelaskan bahwa meskipun ada potensi yang bisa diwariskan, penting untuk diingat bahwa potensi tersebut ada dan bisa berkembang yang tergantung pula pada kemampuan si anak. Dalam wawancaranya dengan Kompas.com pada Rabu (9/10/2024), Joko menegaskan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk mengubah nasibnya.

Dampak dari perselingkuhan tidak hanya dirasakan oleh pasangan yang diselingkuhi, tetapi juga dapat mempengaruhi anak-anak. Anak-anak bisa mengalami efek jangka panjang akibat tindakan salah satu orangtuanya yang berselingkuh. Hal ini terjadi karena sosok yang seharusnya menjadi teladan dalam kehidupan mereka justru melakukan tindakan yang menyakiti pasangan, sehingga anak-anak tidak mendapatkan contoh yang baik dalam hubungan.

Joko menambahkan bahwa anak yang tumbuh dengan orang tua yang berselingkuh memang kemungkinan besar memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku tersebut. Namun, dia menegaskan bahwa tidak adil untuk berasumsi bahwa anak pasti akan berselingkuh hanya karena orangtuanya melakukannya. Manusia memiliki kemampuan untuk belajar dan berkembang seiring waktu. Meskipun mereka mungkin terpengaruh oleh lingkungan, bukan berarti mereka tidak bisa memilih untuk menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan.