Sejumlah Baliho di jalan protokol ibu kota menjadi sorotan tajam, bukan hanya karena lokasinya yang berada di tempat strategis tanpa izin yang jelas, tetapi juga substansi pesannya yang terasa jauh dari kenyataan. Kehadirannya  seolah hendak mengabur fakta bahwa transisi kekuasaan dari Mulyono alias Jokowi ke Prabowo-Gibran tidak memberikan dampak positif bagi Indonesia. 

Pemerintahan Jokowi yang digadang-gadang akan membawa perubahan besar ternyata hanya meninggalkan warisan kepada lingkaran terdekatnya. Kata-kata "Selamat Bekerja Prabowo-Gibran" seolah menegaskan bahwa pemerintahan ini seperti dinasti yang diwariskan secara turun-temurun, bukan kepemimpinan yang memperjuangkan rakyat secara keseluruhan. Bagi banyak orang, ini menjadi simbol betapa sulitnya harapan perubahan. Pemerintahan sebelumnya hanya sukses menguntungkan segelintir kelompok, sementara rakyat biasa harus berjuang sendiri dengan beban yang semakin berat.

Ironisnya lagi, pemasangan baliho ini dilakukan tanpa izin, di jalan-jalan yang seharusnya steril dari atribut politik. Hal ini hanya mempertegas citra buruk tentang bagaimana hukum dan peraturan bisa dikesampingkan demi ambisi politik tertentu. Di era serba cepat seperti sekarang, publik semakin sadar dengan manipulasi seperti ini.  Jika dikatakan "Terima Kasih Jokowi," apa yang sebenarnya diberikan kepada rakyat? Selama sepuluh tahun masa jabatannya, banyak kebijakan yang justru menambah beban rakyat. Program-program besar yang dijanjikan tidak terealisasi sepenuhnya, sementara yang diuntungkan hanya lingkaran kekuasaan yang semakin sempit. Warisan apa yang ditinggalkan Jokowi selain krisis ekonomi yang masih terasa berat dan perpecahan sosial yang semakin lebar?

Masyarakat sudah lelah dengan janji-janji manis dan kosong yang hanya menguntungkan segelintir elit politik. Baliho tanpa izin ini tidak hanya mencerminkan pelanggaran aturan, tetapi juga kegagalan substansial pemerintahan Jokowi dalam memenuhi janji-janjinya kepada seluruh rakyat Indonesia. Warisan yang ditinggalkan hanyalah dinasti politik, bukan kesejahteraan yang merata. Rakyat butuh pemimpin yang benar-benar bekerja untuk mereka, bukan hanya simbol-simbol kosong di pinggir jalan.