Kaskus

Story

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Buket Bunga
Buket Bunga

Belum pernah Lilia melihat buket bunga berwarna hitam.

Biasanya buket bunga berwarna putih atau warna-warni, warna-warna yang mencerminkan kebahagiaan, tapi buket yang diserahkan oleh Bang Ojo berwarna gelap mulai dari kemasan hingga tangkai bunganya. Cuma plastik pembungkusnya saja yang bening.

“Ini dari siapa, Bang?” tanya Lilia.

“Ya ndak tau, kok tanya saya?” jawab Bang Ojo. “Saya kan cuma nganter.”

Bang Ojo adalah kurir yang sering mengantar barang di wilayah sini. Lilia sering berbelanja online, jadi dia sudah akrab dengan Bang Ojo.

Lilia cuma mengangguk-angguk dan membawa buket bunga itu masuk. Di dalam, dia mengecek buket itu dengan seksama. Dia membuka bungkus plastik itu dan menikmati kilauan hitam dari kelopak bunga yang harus dia akui cukup memikat mata.

Setelah diperhatikan lagi, ternyata ada kartu persegi panjang kecil yang terselip di antara bunga. Kartu itu juga berwarna hitam legam, tapi tulisan di permukaannya tercetak dengan tinta emas.

“Besok hujan, jangan lupa bawa payung. Dari pengagum rahasia. Apaan sih?”

Lilia memilih menaruhnya di atas meja. Meski tak tahu dari siapa, Lilia merasa sayang membuangnya. Setidaknya dia akan membiarkan bunga itu sebagai hiasan sampai layu dengan sendirinya.

Lilia sama sekali lupa tentang pesan dalam buket tersebut. Dia baru ingat saat melihat awan mendung yang mengancam di akhir jam kuliah. Betul saja, belum sempat dia keluar dari kelas, hujan deras sudah mengguyur seisi kota.

Lilia mengendarai mobil ke kampus, tapi lokasi tempat parkir tak memungkinkannya untuk tetap kering sebelum duduk di belakang kemudi. Dia juga harus segera menjemput adiknya dari tempat les. Apa sebaiknya dia terobos saja ya?

“Nggak bawa payung ya?” tanya Doni yang satu kelas dengan Lilia.

“Iya nih, lupa,” jawab Lilia seadanya.

“Kan kemarin udah diingetin, masa lupa?”

Lilia mematung beberapa detik sebelum menoleh menatap Doni dengan kedua mata terbuka lebar.

“Buket bunga itu darimu?”

“Iya. Gimana? Cantik kan?”

Lilia mengamati Doni dari atas ke bawah, menilai apakah penampilannya cocok untuk dijadikan pasangan, tapi ternyata Doni lulus tes jadi Lilia membalas dengan senyum lebar.

“Makasih ya. Itu buket dari mana, kalau boleh tahu? Kok warnanya hitam?”

“Aku sama kawan-kawan buat bisnis bunga hias. Bagus kan, samplenya? Tiap minggu bakal kukirim ke kamu, kalau kau mau.”

Sejak saat itu mereka pun mulai berpacaran, dan setiap minggu Lilia mendapat kiriman buket bunga hitam dengan kartu-kartu cinta yang kadang berisi lawakan dan kadang berisi pesan. Lilia sangat terkesan saat di hari ulang tahunnya dia mendapat pesan untuk datang ke suatu hotel yang mana Doni sudah menyiapkan pesta kejutan untuknya.

Buket bunga itu sudah menjadi kejutan tiap minggu yang Lilia nanti-nantikan, karena terkadang Doni menyisipkan tanggal dan lokasi untuk kencan mereka berikutnya. Akan lebih mudah menggunakan WA untuk berkomunikasi, tapi keduanya sepakat ini cara yang jauh lebih romantis.

“Misi Paket!”

Lilia langsung berlari ke arah pintu begitu mendengar suara Bang Ojo. Seperti biasa Bang Ojo membawakan buket bunga hitam dari Doni. Lilia tersenyum cerah, tapi senyumnya memudar begitu melihat buket bunga itu agak berantakan.

“Maaf ya, Mbak, tadi paketnya jatuh, jadi agak lecet dikit.”

“Gimana sih, Bang?! Kok nggak hati-hati gitu sih? Ini kan bunga, gampang rusak. Mana nganternya lama banget lagi. Kalau kerja yang bener dong!”

Lilia langsung merampas buket itu dan membanting pintu di depan hidung Bang Ojo. Untungnya, kekesalannya tidak berlangsung lama begitu melihat kartu hitam bertinta emas yang tersembunyi di balik bunga-bunga hitam.

“Tengah malam, di taman kota. Cieee, ada kejutan apa nih?”

Hari ini adalah hari peringatan satu tahun mereka jadian. Lilia memilih baju terbaiknya dan mengendarai mobil ke taman kota. Kebetulan adiknya sedang menginap di rumah teman, jadi tak ada yang akan mencari Lilia meski dia menginap sampai pagi.

Taman kota terlihat sepi, karena memang selalu ditutup setelah jam 9 malam. Meski demikian salah satu gerbang terlihat terbuka, dan di kejauhan Lilia bisa melihat cahaya berkelap-kelip.

Dia pun memarkirkan mobilnya dan memasuki taman setelah memastikan tak ada orang lain di sekitar. Lilia berjalan, berjalan, dan terus berjalan sampai ke tengah taman. Aneh, mengapa dia belum melihat siapa pun?

“Doni?”

Lilia coba memanggil, dan semak-semak di belakangnya bergerak. Lilia sudah menyiapkan hatinya untuk kejutan, tapi ternyata kejutan yang datang terlalu besar untuk dia terima.

“Lo? Bang Ojo? Kok Abang ada di sini sih?”

Bang Ojo tersenyum lebar memamerkan gigi-giginya yang kuning.

“Nungguin siapa, Mbak? Di sini cuma ada saya. Sama teman-teman saya juga.”

Mendadak saja beberapa orang keluar dari persembunyian mereka dan langsung membentuk lingkaran dengan Lilia sebagai pusatnya. Lilia nyaris saja berteriak, tapi dengan cepat Bang Ojo menodongkan pisau ke arah lehernya.

“Eiitss, nggak usah coba-coba. Kalau Mbak nurut, kita nggak bakal lukain Mbak kok.”

“K-kenapa Bang? Abang mau apa?”

“Mau saya apa? Nggak mau apa-apa, kok. Cuma mau ngasih pelajaran sama Mbak yang belagu dan langsung marah kalau bunganya telat diantar. Mbak Lilia dulu baik banget, tapi sejak pacaran jadi lebih peduli bunga dibanding orang.”

Lilia menelan ludah. Dia menengok kanan-kiri untuk mengharapkan bantuan, tapi sosok yang dia cari sama sekali tidak terlihat.

“Nyari pacarnya ya, Mbak? Percuma! Pacar Mbak pasti lagi nungguin Mbak di rumahnya. Soalnya kartunya udah saya tukar.”

Bang Ojo tertawa jahat sembari melempar kartu hitam bertinta emas ke arah Lilia. Benar saja, di kartu itu tertulis pesan asli dari Doni untuk datang ke rumahnya. Ternyata Bang Ojo sudah menukar kartu yang asli. Pantas saja pembungkus buket bunga tadi bisa berantakan.

“Ja-jangan Bang. Saya minta maaf. Tolong jangan apa-apain saya.”

Lilia menangis, tapi tangisan itu tak terdengar oleh siapa pun.

***


Keesokan harinya, adik Lilia melapor ke polisi atas hilangnya kakaknya. Dengan petunjuk buket bunga yang dipajang Lilia di kamarnya, mereka pun menangkap Doni yang diduga telah menjebak Lilia dan menyekapnya entah di mana.

Doni membantah tuduhan tersebut, tapi tak ada yang bisa dia lakukan untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Di dalam buket bunga yang menjadi barang bukti, terdapat kartu hitam dengan tinta emas yang mengundang Lilia untuk menginap di rumah Doni. Adik Lilia memberi kesaksian bahwa Doni selalu memberi kakaknya instruksi lewat kartu di buket bunga.

Polisi pun menemukan sepatu dan beberapa barang Lilia di tempat sampah rumah Doni. Dengan bukti sekuat itu, Doni pun dijebloskan ke dalam penjara.

Meski demikian, Lilia tak pernah ditemukan kembali.

Tak lama kemudian, Bang Ojo yang biasa mengantarkan paket di perumahan tersebut mengundurkan diri dari pekerjaannya. Tak ada yang tahu ke mana dia pergi, tapi keesokan harinya seorang kurir mengantarkan sebuah buket bunga pada Doni. Sebuah buket berisi bunga warna-warni. Bunga kebahagiaan.

***TAMAT***
bonek.kamar
spaghettimi
kafeinc
kafeinc dan 10 lainnya memberi reputasi
11
227
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan