- Beranda
- Komunitas
- News
- Citizen Journalism
Ketika Kaesang Mengakui Fufufafa Milik Gibran


TS
democrazykreasi
Ketika Kaesang Mengakui Fufufafa Milik Gibran

Ketika kabar tentang akun Fufufafa yang disebut-sebut milik Gibran Rakabuming Raka mencuat, istana tampak langsung terguncang. Reaksi awalnya adalah keinginan kuat untuk segera menyelesaikan isu ini secara cepat dan tepat. Namun, terkendala penyangkalan dari Gibran sendiri yang menyebut itu bohong. Ini membuat pihak istana memutuskan untuk menunggu dan tidak bertindak lebih jauh, berharap isu ini akan mereda dengan sendirinya.
Namun keputusan tersebut kini jadi masalah yang lebih besar. Semakin hari, bukti-bukti dan spekulasi mengenai kepemilikan akun itu terus bermunculan, memperburuk situasi. Mereka kembali mencoba mencari solusi, termasuk menanyakan kepada adik Gibran, Kaesang Pangarep dan katanya akun Fufufafa memang benar dikelola oleh Gibran. Saat itu, sudah jelas bahwa istana berada di posisi yang sangat sulit. Ibarat pepatah, "nasi sudah menjadi bubur."
Ini yang kemudian membuat istana frustrasi. Seperti yang diduga, kekecewaan ini tercermin dalam komentar-komentar pedas yang mulai muncul di kalangan internal. Salah satu kalimat yang dipercaya sempat keluar dari mulut staf istana berbunyi, “baik lu, coba dari awal lu ngaku, bisa langsung diredam, sekarang udah telat, kita bisa apa?”
Para staf, yang sejak awal mencoba mencari jalan keluar, sekarang hanya bisa melihat bagaimana isu ini berkembang tanpa bisa lagi menahan arus perbincangan publik yang semakin meluas. Dalam setiap langkah, penyangkalan Gibran di awal masalah ini terbukti sebagai kesalahan fatal yang berdampak besar pada citra keluarga presiden dan kredibilitas istana itu sendiri.
Kini, meski Gibran sudah mengakui segalanya, upaya damage control yang bisa dilakukan menjadi sangat terbatas. Masyarakat sudah terlanjur skeptis, dan efek domino dari penyangkalan ini telah menyebar ke berbagai penjuru. Isu ini mencerminkan bagaimana, meski istana memiliki semua alat dan sumber daya untuk mengatasi krisis, pada akhirnya mereka tetap rentan terhadap kesalahan komunikasi dan keputusan internal yang kurang tepat.
0
556
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan