- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Ketika Tuhan Telah Mencampakkan Dunia


TS
umanghorror
Ketika Tuhan Telah Mencampakkan Dunia

Angin malam membawa bau anyir yang tak tertahankan, bercampur dengan aroma tanah basah dan daging yang membusuk. Langit di atas tampak seperti luka yang terus menganga, merah darah, tak pernah ada sinar matahari lagi, hanya awan pekat yang menggantung rendah. Dunia ini bukan lagi milik manusia.
Aku bersembunyi di balik reruntuhan, di antara dinding-dinding yang dulunya adalah bangunan megah. Kini, hanya puing-puing yang tersisa—bangunan tanpa jiwa, sama seperti kami yang tersisa di sini. Tubuhku gemetar, bukan karena dingin, tetapi karena ketakutan yang menggerogoti setiap detik. Di luar sana, di balik reruntuhan, mereka berkeliaran.
Mereka.
Bukan manusia.
Bukan makhluk yang seharusnya ada di dunia ini.
Dari jauh, samar-samar terdengar suara langkah berat yang menyeret di atas tanah. Aku tahu apa yang akan datang, tapi aku tak berani mengintip. Mata manusia tak layak melihat wujud mereka secara langsung, atau kami akan kehilangan akal sehat. Setidaknya, itulah yang dikatakan oleh mereka yang cukup sial untuk bertahan hidup lebih lama.
Aku menahan napas saat suara itu semakin mendekat. Suara tawa mengerikan menyusulnya, tawa yang tak pernah terdengar di antara manusia. Iblis-iblis itu—makhluk yang seharusnya hanya ada dalam mimpi buruk—kini berjalan di antara kami, menguasai setiap jengkal tanah yang dulunya kami panggil rumah. Mereka yang kuat telah menjadi pemimpin, sementara sisanya hanyalah budak, tunduk pada kehendak para penguasa baru dunia ini.
Aku melirik ke celah di antara reruntuhan. Di kejauhan, di jalanan yang penuh retakan, manusia-manusia dengan tubuh kurus kering digiring seperti ternak. Mata mereka kosong, wajah mereka kotor dan pucat. Beberapa dari mereka dipasangi rantai besi yang terhubung ke kereta besar yang ditarik oleh makhluk setinggi dua kali manusia, tubuhnya ditutupi asap hitam tebal yang berputar-putar di sekitarnya.
Tidak ada yang melawan. Tidak ada yang bisa.
Perempuan di sebelahku, yang selama berhari-hari bersembunyi bersamaku di reruntuhan ini, berbisik dengan suara serak. "Sudah berakhir. Tuhan sudah meninggalkan kita. Dunia ini... bukan lagi milik kita."
Aku ingin menjawab, mengatakan bahwa itu tidak mungkin benar. Tapi bibirku kaku, suaraku hilang di tenggorokan. Dalam hati, aku tahu dia benar. Kami sudah ditinggalkan. Dunia ini telah menjadi neraka, tempat di mana setan-setan berkeliaran bebas, dan manusia hanyalah budak—mainan yang tak berarti di mata mereka.
Tiba-tiba, suara langkah kaki berhenti. Semua menjadi senyap. Jantungku berdetak keras di dada, membuat telingaku berdenyut. Apakah mereka mendengar kami? Apakah persembunyian ini akhirnya ditemukan?
Tawa menggelegar menghantam udara, diikuti suara iblis yang menggema di sekitar kami. "Selamat datang di dunia baru... dunia yang telah dicampakkan."
Aku menahan napas. Di balik reruntuhan, aku bisa melihat bayangan mereka: tubuh-tubuh besar, hitam pekat, dengan mata bersinar merah menyala. Salah satu dari mereka, yang lebih besar dari yang lainnya, berhenti dan mengendus udara seperti binatang buas. Aku merasakan matanya—mata yang tak terlihat—mencari kami di kegelapan.
"Kalian tak bisa bersembunyi selamanya," desisnya, suaranya menggoda dan penuh kebencian. "Kami akan menemukan kalian... dan saat itu tiba, kalian akan tahu apa artinya menjadi budak sesungguhnya."
Tawa itu menggema lagi, menyakitkan di telingaku. Aku menundukkan kepala, menutup mata rapat-rapat, berharap agar semuanya segera berakhir. Tapi aku tahu, dalam dunia ini, harapan hanyalah sisa-sisa dari masa lalu yang tak akan pernah kembali.
Dunia ini sudah dicampakkan. Kami, manusia, tak lagi berhak atasnya. Yang tersisa hanyalah tunduk… atau musnah.
Chapter
Quote:

Diubah oleh umanghorror 05-10-2024 18:50






bukhorigan dan 2 lainnya memberi reputasi
3
292
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan