Ngomong sama Bangku! Netanyahu Pidato di PBB, RI dan Banyak Negara Lainnya Walkout

Beranda
Komunitas
News
Citizen Journalism
Ngomong sama Bangku! Netanyahu Pidato di PBB, RI dan Banyak Negara Lainnya Walkout

amekachi

01-10-2024 01:12

Ngomong sama Bangku! Netanyahu Pidato di PBB, RI dan Banyak Negara Lainnya Walkout

Sumber gambar: Gelora

Ngomong sama Bangku! Netanyahu Pidato di PBB, Indonesia dan Banyak Negara Lainnya Memilih untuk Walkout

Di dunia ini, konflik sering kali terjadi ya gansist, namun yang paling menarik perhatian adalah yang terjadi di Timur Tengah. Uniknya, hampir semua gangguan di kawasan ini biasanya hanya akan berakhir ketika salah satu pihak yang bertikai benar-benar mengalahkan pihak lainnya.

Sejak terjadinya Revolusi Musim Semi Arab pada sekitar tahun 2011 misalnya, banyak negara yang mengalami gejolak berhasil menemukan jalan damai karena mereka memiliki satu kekuatan dominan. Namun, di negara-negara yang memiliki banyak kelompok bersenjata, seperti Suriah dan Libya, perpecahan masih terus berlangsung, dan konflik serta ketegangan tetap ada hingga saat ini.

Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas di suatu negara sering kali bergantung pada adanya kekuatan yang jelas dan keinginan. Ketika banyak kekuatan bersaing, seperti yang terjadi di Suriah dan Libya, situasi menjadi lebih rumit dan sulit untuk mencapai perdamaian yang langgeng.

Quote:

Indonesia bersama banyak negara lainnya melakukan aksi walk out saat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memberikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB ke-79 yang berlangsung di New York, Amerika Serikat. Dalam pidatonya pada hari Jumat (27/9) tersebut, Netanyahu menegaskan komitmennya untuk melanjutkan serangan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon, meskipun banyak negara menginginkan adanya gencatan senjata.

Ia menyatakan, "pihaknya menginginkan perdamaian, namun selama Hizbullah memilih jalan untuk berperang, Israel tidak memiliki pilihan lain dan berhak untuk mengatasi ancaman ini demi keselamatan warganya." Netanyahu juga berusaha menyalahkan Iran atas konflik yang terjadi, meskipun delegasi Iran tidak hadir dalam sidang tersebut. Ia pun menegaskan bahwa saat ini Israel berjuang melawan Iran di sekitar 7 front, termasuk melawan Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon.

Sedangkan mengenai situasi di Gaza, Netanyahu menyatakan bahwa perang akan berakhir jika Hamas menyerah dan mengembalikan warga yang disandera, pemimpin negara yang sebenarnya banyak dikritik kebijakannya oleh warga negaranya sendiri tersebut menekankan bahwa Israel akan terus berjuang hingga meraih kemenangan total.

Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi pun turut memberikan tanggapan terhadap pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tersebut. Dia menambahkan kejujuran dari klaim Netanyahu yang menyatakan bahwa Israel menginginkan perdamaian. Retno merasa skeptis dan menegaskan bahwa pernyataan tersebut sulit untuk dipercaya.

“Kemarin PM Netanyahu menyatakan, ‘Israel ingin damai…’, ‘Israel mendamba perdamaian’. Apa benar? Bagaimana mungkin kita akan percaya pernyataan itu?” kata Menlu yang dikutip dari antaraNews, pada (29/9).

Retno juga mengingatkan bahwa ketika Netanyahu di Amerika Serikat, di saat yang bersamaan Israel sedang melancarkan serangan udara yang sangat besar terhadap Beirut, yang merupakan tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia menekankan bahwa Netanyahu sebenarnya ingin melanjutkan konflik, dan akhirnya pihaknya dan beberapa negara lain lah yang berusaha menghentikan tindakan tersebut demi perdamaian.

Spoiler for :

Salah satu alasan mengapa negara-negara di Timur Tengah sering mengalami konflik mungkin karena bangsa-bangsa disekitar situ memiliki karakter yang kuat dan cenderung keras kepala. Hingga seharusnya setiap pihak yang terlibat dalam pertempuran, seperti militer Israel, Hamas, atau Hizbullah, perlu mendapatkan hak dan pengakuan mereka. Jika salah satu pihak, seperti Israel, menginginkan kemenangan tanpa kompromi, maka kemungkinan untuk mencapai perdamaian akan sangat kecil bahkan mustahil.

Untuk mencapai perdamaian, mungkin perlu dilakukan langkah-langkah seperti pertukaran sandera dan perjanjian damai antara pihak-pihak yang berseteru. Dengan cara ini, diharapkan masing-masing pihak dapat merasakan keadilan dan saling menghormati. Hal ini bisa menjadi langkah awal untuk mengurangi ketegangan dan menciptakan suasana yang lebih kondusif untuk berdialog.

Semoga dengan adanya upaya-upaya tersebut, perdamaian yang diidam-idamkan dapat segera terwujud. Masyarakat di kawasan tersebut berhak untuk hidup dalam damai dan saling menghormati satu sama lain. Dengan saling memahami dan berkompromi, harapan untuk masa depan yang lebih baik bisa menjadi kenyataan.

Sumber Tulisan dan Gambar:

CNN Indonesia

detikNews

antaraNews