- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
Sabar Ada Batasnya, Berarti Bukan Sabar Dong Namanya?


TS
iskrim
Sabar Ada Batasnya, Berarti Bukan Sabar Dong Namanya?

Kita mungkin sering dengar ada orang bilang, "Sabar itu ada batasnya." Hm, tapi kalau sabar ada batasnya, apa masih bisa disebut sabar, ya? Apa kesabaran itu kayak tali tambang yang kalo ditarik terus bisa putus juga? Atau kesabaran tuh sesuatu yang bisa kita panjang-panjangin terus tanpa ujung? Hm..
Saya mikir mungkin kesabaran memang ada limitnya, tapi itu bukan berarti kita nggak sabar. Semua orang punya batasan, punya momen di mana akhirnya mereka bilang, “Ok, udah cukup.” Tapi, apa itu berarti dari awal mereka nggak sabar? Kayaknya nggak sesederhana itu.
Kesabaran itu semacam latihan. Dari yang benar-benar diuji lalu tiba-tiba harus sabar, apalagi kalau masalah hidup lagi bertubi-tubi. Kayak misal, kalian punya temen yang bawaannya nyebelin terus. Hari pertama, oke lah kalian sabar. Hari kedua, sabar lagi. Hari ketiga, kalian masih bisa ketawa sambil bilang, “Santai aja, gue bisa sabar.” Tapi setelah seminggu, sebulan, bahkan bertahun-tahun? Kalian pasti mulai ngerasa capek kan? Nah, itu bukan berarti kalian nggak sabar, tapi lebih ke kalian udah terlalu lama ngelatih kesabaran sampai rasanya capek sendiri. Keluh.
Tapi kenapa ya, ada yang bilang namanya sabar harusnya emang nggak ada batasnya? Menurut saya, orang yang terlalu sabar itu sama saja menumbalkan dirisendiri. Ketika kita bisa sabar sama orang lain, tapi kita sebenarnya lagi mengorbankan diri sendiri. Dengan terus-terusan menahan rasa kesal, rasa sakit, atau bahkan kekecewaan mendalam, sampai akhirnya kita nggak sadar kalo yang kita tahan itu udah bikin diri kita terluka. Di sinilah batas kesabaran itu masuk akal, jadi bukan berarti kita nggak sabar, tapi kita juga harusnya sadar sama kesehatan mental dan emosi kuta sendiri.
Diantara kita mungkin pernah ngerasain gimana rasanya sabar sampe di titik penghabisan. Misalnya, saya sabar banget sama pasangan yang terus-terusan bikin masalah. Saya akan mikir, “Ah, namanya juga hubungan, selisih paham itu hal biasa.” Tapi kalau sudah di titik di mana semua kesalahan yang sama terus diulang dan saya terus-terusan nahan diri, apa masih bisa dibilang sabar?

Kadang, batas kesabaran itu bukan tentang gimana caranya kita nahan, tapi gimana kita bisa bilang "CUKUP" di saat yang tepat. Dan itu bukan berarti kita nggak sabar, tapi justru kita tahu kapan waktunya berhenti bertahan diwaktu yang tepat.
Saya percaya, kesabaran itu bukan soal seberapa lama kita bisa tahan atau seberapa sering kita mengalah. Kesabaran itu juga tentang gimana kita bisa mengenali waktu kapan harus maju atau kapan harus mundur. Kadang, kita terlalu fokus buat sabar sama orang lain, sampai lupa sabar sama diri sendiri, numbalin dirisendiri dari sebuah ketidakadilan.
Menurut saya, sabar itu harus punya arah yang jelas, dan kita harus tahu kapan waktunya berhenti. Jadi, kalo ada yang bilang, “Kesabaran kok ada batasnya? Berarti bukan sabar namanya,” kita boleh banget senyum dan jawab, “Sabar gue punya batas karena gue juga sayang sama diri gue sendiri.”. Ini bukan kegagalan, tapi justru keberhasilan kita buat paham batasan diri sendiri.
Saya setuju kalau sabar itu penting, bahkan dalam banyak kasus, sabar bisa jadi jalan keluar yang terbaik. Tapi kita juga harus sadar bahwa sabar bukan berarti ngorbanin diri sendiri sampai hancur. Sabar adalah seni untuk tahu kapan harus nahan dan kapan harus lepaskan. Jadi, nggak perlu takut buat pasang batasan. It’s okay to step back, and it’s okay to say, “I’ve had enough.”


Original Thread © 2016 - 2024 iskrim™
Member of Thread Creator Gen. 1 - KASKUS
Opini | img : Gugel





indrag057 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
448
38


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan