- Beranda
- Komunitas
- News
- Citizen Journalism
Korban mafia, jadi petani = jadi fakir miskin?


TS
yogxxx
Korban mafia, jadi petani = jadi fakir miskin?

Sekitar 10 tahun yang lalu, ada seorang akademisi di Indonesia namanya Pak kundarto yang mengeluarkan sebuah ramalan, bahwa, dalam 50 tahun ke depan pulau Jawa tidak akan lagi dihiasi oleh sawah sawah, akan punah dari pulau tercinta ini.
Ini sebenarnya adalah ramalan yang miris, tetapi kita tidak bisa mengabaikan itu. Karena bahkan dengan mata kepala kita sendiri dengan kesadaran dan pengetahuan yang paling rendah, kita mengetahui alih fungsi sawah menjadi sesuatu yang lain. Misalnya, menjadi sarana olahraga, menjadi pemukimiman, menjadi apotek, menjadi tempat futsal dsb.
Itu memang terjadi dan kita bisa melihat itu sehari-hari.
Nah, jadi memang wajar kalau misalkan ada orang yang meramalkan dan dia juga mengatakan bahwa pemerintah kita memang relatif tidak peduli terhadap penyusutan sawah itu. Khususnya di Pulau Jawa, tidak ada Pemda yang berpikir untuk membuat sebuah aturan ataupun regulasi untuk bisa mengikis alih fungsi sawah menjadi sesuatu yang lain.
Padahal pemerintah kita juga bikin food estate, bikin pembangunan sawah di mana-mana, tetapi itu di Sulawesi, di Papua dan sebagainya. Di Jawa sudah tidak ada pembangunan sawah baru lagi. Kalau misalkan ada pun, lahannya semuanya sudah mentok, jadi misalkan ada hitung-hitungan bahwa sebenarnya untuk setiap tahunnya kita kehilangan sekitar 150.000 hektar sawah, dirubah menjadi sesuatu yang lain.
Sawah dari pemerintah di Sulawesi dan di Papua, hanya mampu untuk bisa membangun sawah baru sekitar 60.000 hektar sawah. Jadi kita itu defisit sekitar 90.000 hektar sawah, menyusut per tahunnya di Indonesia.
Ini tidak bisa dibiarkan, kalau misalkan dibiarkan terus-terusan maka kita akan krisis pangan. Sekarang saja kita impor beras apalagi kalau misalkan nunggu nanti ketika sawah makin lama makin habis lalu kita nanti makan apa? Makan sesuatu yang berasal dari negara lain artinya apa? ketergantungan kita pada negara lain menjadi semakin kuat.
Seandainya kita adalah seorang petani yang memiliki lahan sawah 1000 m², apa kira-kira yang bisa dihasilkan dari sawah itu. Kan kalau jadi rumah gede banget tuh mewah kayaknya jadi kos-kosan juga gede banget. Tapi kalau misalkan jadi sawah kira-kira akan menghasilkan berapa, ini hitung-hitungan paling kasar ya.
Kalau misalkan kita memiliki 1000m² tanah sawah maka dalam sekali panen kita akan mendapatkan 8 kintal beras sekali panen atau 800 kg dengan asumsi bahwa kita akan menjual ke pengepul beras itu seharga Rp7.000, maka, kita akan mendapatkan sekali panennya 5,6 juta.
Dan kalau diasumsikan dalam 1 tahun, sawah kita itu bisa panen sampai tiga kali, maka kurang lebih atau maksimal itu akan mendapatkan 16 juta. Lumayan, dalam 1 tahun dikurangi biaya perawatan, pupuk pestisida yang aneh-aneh segala rupa itu, maka diperkirakan kita akan mendapatkan laba bersih sekitar 8 sampai 9 juta setahun, yang dengan demikian kalau hitungannya dibagi menjadi per bulan maka kita akan mendapatkan Rp750.000 per bulan.
Mau tidak punya penghasilan Rp750.000 dari sawah 1000m². Kalau saya sih tidak mau, kalau saya pikirnya bahwa itu bisa jadi kos-kosan pasti hasilnya bakal gede banget, jadi restoran pun hasilnya gede banget.
Kemarin saya ke sebuah tempat makan, yang saya ketahui dulu adalah sawah, yang menghasilkan bermiliar-miliar rupiah omsetnya dalam waktu 1 bulan, seandainya tetap jadi sawah ya nilainya sekitar Rp750.000 per bulan.
Misalkan kita melihat data yang dikeluarkan oleh BPS tahun 2023 kemarin, menyebut bahwa rata-rata penghasilan tahunan para petani di Indonesia itu adalah 5,2 juta per tahun yang berarti adalah Rp430.000 per bulan. Coba bayangkan sebuah profesi yang memberikan kita makan, yang sangat urgent, yang kita tidak mungkin bisa membangun ini itu tanpa makanan.
Berarti kita ketergantungan luar biasa pada petani, ternyata rata-rata kekayaan mereka adalah 1/12 dari rata-rata kekayaan orang Indonesia, miskin banget. Kalau misalkan ini dibiarkan terus-menerus maka para petani itu, mau tidak mau akan pergi meninggalkan profesi itu.
Kemarin pemerintah koar-koar, bahwa kita sekarang krisis petani milenial, bahwa kita sekarang kekurangan pangan, kita harus impor beras dan sebagainya. Ya wajar, hitungan rasionalnya aja kan enggak ngotak. Mana ada orang yang mau menggeluti sebuah profesi dengan effort yang sangat luar biasa, cuma dapat penghasilan rata-ratanya Rp450.000 sebulan, kan enggak akan mau.
Ini adalah sebuah Ironi di mana kita adalah sebuah negara agraris, tetapi kita tidak peduli pada para petani, Kita mengabaikan mereka, kita membuat stigma yang buruk tentang petani.
Tidak ada anak-anak di Indonesia yang cita-citanya pengen jadi petani. Pengennya jadi pilot, polisi, PNS. Misalkan ada seorang bapak-bapak yang anaknya dilamar oleh seorang pemuda, kemudian si bapak-bapak itu bertanya, "Nak profesi kamu apa?". Pemuda itu menjawab, "petani pak". Ya, kemungkinan sih si bapaknya tidak akan menerima pinangan itu, kalau misalkan dia mau berpikir secara rasional
Tapi kenapa petani di Indonesia itu sampai seterpuruk itu. Nah, kemarin ada sebuah clue yang dikeluarkan oleh pak Jokowi langsung. Jadi kan gini sejak beberapa tahun yang lalu itu, para petani di Indonesia ngeluh kami diwajibkan untuk menghasilkan padi segini dan harganya harus semurah-murahnya, karena rakyat memang membutuhkan pangan yang murah, kalau tidak mereka akan demo turun ke jalan dan menggulingkan pemerintahan.
Nah, biar tidak terjadi seperti itu maka harga beras harus murah, kalau misalkan harga beras harus murah maka pupuk harus disubsidi pestisida dan lain-lain harus disubsidi itu kata petani, tetapi sekarang pupuk subsidi susahnya luar biasa, coba cek pada petani-petani yang sekarang, pada mengeluh, pupuknya kurang.
Tapi intinya adalah kita kurang sekali suplai pupuk, memang benar alasannya karena perang Ukraina dan Rusia, kemudian pak Jokowi menjelaskan bahwa sejak tahun 2020-an kita memang susah sekali untuk mendapatkan pupuk. Awalnya gara-gara covid, covid-nya beres, gara-gara perang Ukraina dan Rusia.
Kata pak Jokowi, bahan-bahan pupuk itu berasal dari Rusia dan Ukraina, jadi kalau misalkan di sana mereka konflik, ya, kita kesulitan. Saya berpikir keras sejak saat itu, Itu bukan penjelasan untuk memberikan sesuatu yang optimistik, itu benar-benar menunjukkan bahwa kita itu benar-benar payah, bahwa kebijakan-kebijakan pertanian selama ini tuh ngaco.
Coba pikirkan sebaik-baiknya dalam konteks ini. Indonesia negara agraris dan makanan pokok 280 juta rakyatnya itu adalah padi kalau misalkan padi itu adalah makanan pokok 280 juta jiwa, maka itu adalah sumber daya yang sangat urgent yang sangat penting, yang tidak boleh tidak ada, kan begitu. Tetapi faktanya adalah bahwa pupuknya harus didapatkan dari sebuah negara di Kutub Utara yang makanan pokoknya bukan beras, bukan padi.
Coba pikirkan, artinya industri pupuk di Indonesia, industri pertanian di Indonesia sangat ketergantungan pada Rusia yang sebenarnya tidak makan beras. Berarti kita selama ini makan beras, tetapi didesain untuk ketergantungan pada negara lain. Kalau misalkan kita ketergantungan pada mobil impor dari Jepang, ya wajarlah kan kita belum bisa bikin. Lha ini beras yang kita makan setiap hari itu, ternyata ketergantungan pada negara-negara lain.
Gimana kita mau swasembada, mau kita merdeka apa segala rupa, orang makan aja kita ketergantungan pada negara lain coba. Maksud saya adalah kenapa tidak ada kebijakan-kebijakan pemerintah yang bisa melindungi ini gitu, kenapa tidak ada peraturan-peraturan di Indonesia yang menjaga supaya makanan sehari-hari kita tidak ketergantungan pada negara lain.
Lagian kita selama ini negara agraris ngapain juga kita malah tidak punya pupuk, kita ngambilnya dari luar, kenapa sih bisa seperti itu. Saya mikir-mikir kenapa bisa seperti itu, kenapa Ironi bisa sebesar ini terjadi. Ah, yang bikin peraturan-peraturan di Indonesia kan DPR. Nah, maka saya ngecek orang-orang DPR, dan setelah saya cek datanya 55% anggota dewan kita itu berasal dari kalangan pengusaha, Kemudian 19% itu berasal dari kalangan elit politik, kemudian berikutnya sekitar 6% itu berasal dari birokrat.
Nah, kalau misalkan kita asumsikan bahwa DPR itu adalah Dewan Perwakilan Rakyat di mana rakyat yang dimaksud itu adalah ada petani, ada pedagang, ada pebisnis dan sebagainya. Maka 55% anggota DPR Indonesia akan memperjuangkan kepentingan-kepentingan pengusaha, 19% akan memperjuangkan kepentingan-kepentingan dari elit politik, dan 6% akan memperjuangkan kepentingan-kepentingan dari para birokrat.
Saya cari petani, ternyata tidak ada anggota DPR di Indonesia yang latarnya itu adalah petani. Jadi dalam hal ini petani tidak akan diuntungkan, petani tidak akan dibela, tidak akan diprioritaskan. Karena dia tidak memiliki perwakilan rakyatnya.
Makanya sekarang kalau misalkan anda jadi pengusaha, pengusaha tambang batuara misalkan gitu ya, nah itu akan dipermudah bahkan ketika ilegal pun akan diputihkan. Kenapa bisa seperti itu, yang bikin aturannya yaitu DPR sebagian besar memang dari kalangan mereka.
Kemudian misalkan ada politisi korupsi tapi dipenjaranya kenapa cuman sebentar, rata-rata koruptor di Indonesia itu dipenjaranya antara 2 sampai 3 tahun saja itu rata-ratanya, ditambah lagi dengan fasilitas yang sangat mewah di dalam penjara, kenapa bisa seperti itu, ya karena ternyata banyak (bukan semuanya), banyak anggota DPR yang memang memperjuangkan agar para politisi yang korupsi itu dipenjaranya tidak terlalu lama.
Kemungkinan sawah kita akan habis dalam beberapa puluh tahun ke depan, kalau sawah akan habis kita akan ketergantungan impor beras dari Vietnam, dari Thailand, dari China, dan kalau misalkan makanan saja kita disuapin sama negara-negara lain, maka tidak mungkinlah kita menjadi negara berdaulat, jadi jangan mikir Indonesia akan menjadi lumbung pangan Dunia tahun 2045, gimana ceritanya, mana hitungannya, kalau misalkan dibuka sawah selebar-lebarnya, seluas-luasnya, siapa yang mau jadi petani, siapa yang mau memiliki penghasilan Rp430.000 sebulan, ketika penghasilan rata-rata Indonesia itu adalah Rp6 juta sebulan siapa yang mau.
Saya tidak menyalahkan Pemerintah secara khusus, apalagi kepada pak Jokowi dan sebagainya. Ini adalah keresahan bersama dan ini adalah masalah bersama. Mari kita pikirkan apa yang bisa kita lakukan ke depan setidak-tidaknya berilah penghargaan yang layak pada para petani, agar kita tidak kehilangan sumber pangan kita di masa depan.
0
212
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan