Kaskus

News

kissmybutt007Avatar border
TS
kissmybutt007
Risiko Gagal Bayar Bayangi Lonjakan Utang Paylater
Risiko Gagal Bayar Bayangi Lonjakan Utang Paylater
Yoga Sukmana
3–4 minutes

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai pinjaman layanan beli sekarang bayar nanti atau buy now pay later (BNPL) atau paylater kian melonjak. Di balik lonjakan tersebut, muncul risiko gagal bayar yang semakin besar.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, nilai pembiayaan paylater yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan mencapai Rp 7,81 triliun pada Juli 2024, naik 73,55 persen secara tahunan (year on year/yoy). Laju pertumbuhan itu lebih tinggi dibanding pertumbuhan Juni 2024 sebesar 47,81 persen secara yoy.

Sementara itu, pembiayaan BNPL yang disalurkan oleh perbankan sudah mencapai Rp 18,01 triliun, tumbuh 36,66 persen secara yoy. Berbeda dengan perusahaan pembiayaan, pertumbuhan pembiayaan paylater melambat dari bulan sebelumnya sebesar 49,43 persen secara yoy.

Baca juga: Pinjaman Paylater Bank Tumbuh Pesat, OJK Nilai Fenomena Positif

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, seiring dengan kian pesatnya pertumbuhan tersebut, risiko gagal bayar pembiayaan BNPL menjadi semakin besar. Pasalnya, "lonjakan" pembiayaan paylater terjadi di tengah kondisi daya beli masyarakat yang menunjukan adanya pelemahan.

"Ketika BNPL tumbuh seperti di masa saat ini, saya melihat ada potensi gagal bayar yang tinggi," kata dia, kepada Kompas.com, Selasa (10/9/2024).

Berdasarkan data OJK rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) BNPL perusahaan pembiayaan sebenarnya menurun. Pada Juli 2024, rasio NPF gross BNPL perusahaan pembiayaan sebesar 2,82 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 3,07 persen.

Baca juga: Kala Utang Paylater Melonjak di Tengah Pelemahan Daya Beli Masyarakat...

Adapun rasio pinjaman bermasalah (non performing loan/NPL) BNPL perbankan sebesar 2,24 persen. Angka ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,5 persen.

Namun demikian, Huda menilai, rasio pembiayaan atau pinjaman itu berpotensi meningkat ke depannya. Dengan tingkat pertumbuhan penyaluran yang pesat, risiko kenaikan pembiayaan bermasalah bakal meningkat ketika kontrak pembiayaan nasabah jatuh tempo.

"Dampaknya bukan sekarang, tapi ketika jatuh tempo kelak. Bisa satu hingga enam bulan ke depan," tutur Huda.

"Potensi kenaikan NPF cukup tinggi," sambungnya.

Baca juga: Gara-gara Paylater, 1,5 Juta Orang Terancam Sulit Ambil KPR

Lebih lanjut Huda bilang, pesatnya pertumbuhan pembiayaan BNPL menunjukkan, tingginya kebutuhan pendanaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. BNPL pun dipilih sebab memiliki aksesibilitas yang lebih mudah dibanding kredit konsumer perbankan.

Menurutnya, tingginya kebutuhan pendanaan masyarakat tidak terlepas dari data yang menunjukkan adanya pelemahan daya beli masyarakat. Huda bilang, fenomena seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) yang meningkat, membuat masyarakat harus mencari pendanaan alternatif, salah satunya paylater.

"Pasti ada risiko gagal bayar. Terlebih jika didorong faktor keterdesakan pendanaan akibat kondisi ekonomi tidak bagus," ucap Huda.

https://money.kompas.com/read/2024/0...utang-paylater


salah satu bom waktu ekonomi, apalagi pengawasannya gak seketat kredit bank
soelojo4503Avatar border
soelojo4503 memberi reputasi
1
374
14
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan