- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mayoritas Driver Ojol Ingin Jadi Pekerjaan Kantoran, Ini Buktinya


TS
perojolan13
Mayoritas Driver Ojol Ingin Jadi Pekerjaan Kantoran, Ini Buktinya
Sekitar 66 persen pekerja gig, atau pekerja yang biasanya bekerja dalam jangka waktu relatif pendek termasuk driver ojek online (ojol), sebenarnya ingin beralih ke pekerjaan formal.
By Liputan6.com
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4555905/original/071747900_1693302212-Ratusan_ojol_tagih_janji_pemerintah_terkait_regulasi_dan_payung_hukum-ANGGA_5.jpg)
2 min. readView original
Liputan6.com, Jakarta Dosen School of Business & Management (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB), Muhammad Yorga Permana, mengungkapkan bahwa sekitar 66 persen pekerja gig, atau pekerja yang biasanya bekerja dalam jangka waktu relatif pendek termasuk driver ojek online (ojol), sebenarnya ingin beralih ke pekerjaan formal.
Meskipun demikian, Yorga menyebut mereka terpaksa bertahan di sektor gig karena keterbatasan opsi pekerjaan lain yang tersedia.
"Jadi, ini studi saya. Saya sempat merilis opini di blog LSE tentang terjebak di ekonomi gig. Fokus studi saya adalah para driver ojol, dan kesimpulannya adalah mereka sebenarnya ingin bekerja di sektor formal, tetapi mereka tidak bisa," kata Yorga dalam diskusi Indef 'Kelas Menengah Turun Kelas', Senin (9/9/2024).
Yorga menjelaskan bahwa penurunan kelas menengah dan krisis pekerjaan layak telah menjadi masalah sejak sebelum pandemi COVID-19.
Ia mencatat bahwa sejak tahun 2014, telah terjadi penurunan signifikan dalam kelas menengah dan peningkatan jumlah pekerjaan di sektor gig sebagai respons terhadap kekurangan pekerjaan formal.
Ketika pandemi COVID-19 melanda, situasi ini semakin memburuk, namun masalah mendasar telah ada jauh sebelum itu.
"Ini menjadi ancaman karena tentu saja pekerja di sektor gig ini rentan. Tidak ada gaji bulanan, tidak ada stabilitas pendapatan, sehingga mereka bahkan masuk ke kelompok rentan," terangnya.
Jadi Motor Ekonomi Jakarta
Yorga menyoroti bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan pekerjaan baru di DKI Jakarta sebagian besar didorong oleh sektor transportasi berbasis aplikasi, sementara pekerjaan di sektor formal stagnan.
Lebih lanjut, Yorga menekankan bahwa pekerjaan di sektor gig, seperti menjadi driver ojol, rentan terhadap ketidakstabilan pendapatan dan kurangnya jaminan sosial.
Hal ini menciptakan kelompok pekerja yang terjebak dalam kondisi yang kurang menguntungkan, dan menggarisbawahi perlunya reformasi untuk menciptakan pekerjaan yang lebih layak dan stabil di Indonesia.
"Salah satu kesimpulannya adalah kita bisa melihat skema kemitraan yang tidak adil, eksploitasi platform besar-besaran, ekonomi gig, tanpa kita melihat lebih jauh bahwa di Indonesia ada krisis pekerjaan layak. Sehingga banyak orang yang beralih menjadi driver ojol karena tidak ada pekerjaan lain," pungkasnya.
https://www.liputan6.com/bisnis/read...n-ini-buktinya
pekerjaan kantoran gan. gaji UMR minimal sesuai dengan aturan ketenagakerjaan.
By Liputan6.com
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4555905/original/071747900_1693302212-Ratusan_ojol_tagih_janji_pemerintah_terkait_regulasi_dan_payung_hukum-ANGGA_5.jpg)
2 min. readView original
Liputan6.com, Jakarta Dosen School of Business & Management (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB), Muhammad Yorga Permana, mengungkapkan bahwa sekitar 66 persen pekerja gig, atau pekerja yang biasanya bekerja dalam jangka waktu relatif pendek termasuk driver ojek online (ojol), sebenarnya ingin beralih ke pekerjaan formal.
Meskipun demikian, Yorga menyebut mereka terpaksa bertahan di sektor gig karena keterbatasan opsi pekerjaan lain yang tersedia.
"Jadi, ini studi saya. Saya sempat merilis opini di blog LSE tentang terjebak di ekonomi gig. Fokus studi saya adalah para driver ojol, dan kesimpulannya adalah mereka sebenarnya ingin bekerja di sektor formal, tetapi mereka tidak bisa," kata Yorga dalam diskusi Indef 'Kelas Menengah Turun Kelas', Senin (9/9/2024).
Yorga menjelaskan bahwa penurunan kelas menengah dan krisis pekerjaan layak telah menjadi masalah sejak sebelum pandemi COVID-19.
Ia mencatat bahwa sejak tahun 2014, telah terjadi penurunan signifikan dalam kelas menengah dan peningkatan jumlah pekerjaan di sektor gig sebagai respons terhadap kekurangan pekerjaan formal.
Ketika pandemi COVID-19 melanda, situasi ini semakin memburuk, namun masalah mendasar telah ada jauh sebelum itu.
"Ini menjadi ancaman karena tentu saja pekerja di sektor gig ini rentan. Tidak ada gaji bulanan, tidak ada stabilitas pendapatan, sehingga mereka bahkan masuk ke kelompok rentan," terangnya.
Jadi Motor Ekonomi Jakarta
Yorga menyoroti bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan pekerjaan baru di DKI Jakarta sebagian besar didorong oleh sektor transportasi berbasis aplikasi, sementara pekerjaan di sektor formal stagnan.
Lebih lanjut, Yorga menekankan bahwa pekerjaan di sektor gig, seperti menjadi driver ojol, rentan terhadap ketidakstabilan pendapatan dan kurangnya jaminan sosial.
Hal ini menciptakan kelompok pekerja yang terjebak dalam kondisi yang kurang menguntungkan, dan menggarisbawahi perlunya reformasi untuk menciptakan pekerjaan yang lebih layak dan stabil di Indonesia.
"Salah satu kesimpulannya adalah kita bisa melihat skema kemitraan yang tidak adil, eksploitasi platform besar-besaran, ekonomi gig, tanpa kita melihat lebih jauh bahwa di Indonesia ada krisis pekerjaan layak. Sehingga banyak orang yang beralih menjadi driver ojol karena tidak ada pekerjaan lain," pungkasnya.
https://www.liputan6.com/bisnis/read...n-ini-buktinya
pekerjaan kantoran gan. gaji UMR minimal sesuai dengan aturan ketenagakerjaan.
Diubah oleh perojolan13 09-09-2024 18:56




xcheon dan cichlidmania memberi reputasi
2
684
33


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan