Mencatut Tokoh Semar, Dipuja Sampai Jadi Alat Propaganda Zaman Now? Bikin Gatel Aja!

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
Mencatut Tokoh Semar, Dipuja Sampai Jadi Alat Propaganda Zaman Now? Bikin Gatel Aja!

iskrim

30-08-2024 10:33

Mencatut Tokoh Semar, Dipuja Sampai Jadi Alat Propaganda Zaman Now? Bikin Gatel Aja!

Di dunia pewayangan Jawa, semua orang pastinya mengenal tokoh Semar, dalam rupa visualnya bukan cuma terlihat lucu dengan perut buncit, gigi dua, bermuka tua, tapi sekaligus sosok yang sangat dihormati, bahkan dianggap sebagai manifestasi dari kebijaksanaan dan kearifan lokal..

Karena pengaruhnya sangatlah besar sayangnnya ada yang menjadikannnya sebagai bahan propaganda, terutama dalam konteks politik dan kekuasaan. Kenapa bisa begitu?

Coba kita lihat dari sisi sejarah, Semar itu bukan cuma tokoh wayang biasa. Dia sering digambarkan sebagai penasihat para ksatria, tokoh yang selalu membawa kesejukan dan petuah bijak. Namun, seiring berjalannya waktu, Semar jadi simbol yang dipakai oleh banyak pihak untuk mendukung kepentingan mereka, termasuk dalam dunia politik.

Dari sebuah podcast yang pernah saya tonton, dulu, di masa Orde Baru, Semar sering digunakan sebagai simbol legitimasi kekuasaan. Sosok Semar dianggap mewakili rakyat kecil, kaum yang tertindas, dan karena itu, sering dijadikan ikon untuk menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah seolah-olah berpihak pada rakyat. Padahal, nggak jarang juga penggunaan Semar ini cuma jadi alat politik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Misalnya, saat ada pidato yang menyebutkan Semar, biasanya itu untuk menggambarkan bahwa pemerintah adalah "penjaga moral" dan "pelindung" rakyat, padahal kenyataannya nggak selalu begitu.

Bahkan dalam beberapa dekade terakhir, Semar masih sering muncul dalam konteks politik. Misalnya, saat pemilu atau kampanye politik, sosok Semar atau simbol-simbol dalam rupa lain yang berhubungan dengannya sering kali dipakai oleh calon pemimpin untuk menunjukkan bahwa mereka adalah penerus kearifan lokal dan punya kebijaksanaan seperti Semar. Tapi, beruntungnya rakyat mulai sadar dan kritis, rakyat terus memantaunya apakah benar mereka paham atau cuma sekadar pakai simbol Semar untuk menarik simpati dan suara?

Ternyata, tokoh Semar juga sering dijadikan sebagai simbol perlawanan atau protes. Di beberapa kelompok, Semar digambarkan sebagai sosok yang melawan ketidakadilan, mewakili suara rakyat yang ingin perubahan. Menurut saya, di sinilah letak ironi dari tokoh Semar. Di satu sisi, dia dipuja sebagai sosok yang bijak dan adil, tapi di sisi lain, dia bisa dipelintir jadi alat propaganda dan dunia perdukunan yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja sesuai kepentingan mereka.

Mencatut Tokoh Semar, Dipuja Sampai Jadi Alat Propaganda Zaman Now? Bikin Gatel Aja!

Pertanyaannya sekarang adalah apa sih yang membuat Semar begitu mudah dijadikan bahan propaganda? Mungkin karena karakter Semar yang sangat fleksibel, dia bisa dianggap sebagai rakyat biasa, tapi sekaligus juga punya kedekatan dengan para dewa dan ksatria? Fleksibilitas ini membuat Semar bisa dipakai dalam berbagai narasi, mulai dari pembela rakyat sampai pendukung kekuasaan dan lain sebagainya?

Di sinilah pentingnya kita sebagai masyarakat untuk lebih kritis dalam melihat simbol-simbol seperti Semar atau berusaha jadi "semar". Kita perlu mempertanyakan, apakah penggunaan Semar ini benar-benar mewakili nilai-nilai kearifan lokal, atau cuma jadi alat politik untuk memanipulasi opini publik? Semar seharusnya jadi simbol kearifan yang murni, bukan sekadar ikon yang diperalat oleh kepentingan tertentu.

Mulai saat ini, kita jangan sampai terjebak dalam narasi propaganda yang memanfaatkan simbol-simbol seperti Semar tanpa memahami makna sejati dan apa tujuannya. Bagaimanapun juga, Semar adalah warisan budaya yang kaya dan seharusnya dihormati sebagai penjaga nilai-nilai kearifan lokal, bukan dijadikan alat untuk kepentingan tertentu.

Mencatut Tokoh Semar, Dipuja Sampai Jadi Alat Propaganda Zaman Now? Bikin Gatel Aja!