Mengenai pemberitaan demo RUU Pilkada pada 22 Agustus 2024 yang berfokus pada masalah di lingkungan birokrasi pemerintah sebenarnya hampir memiliki kesamaan dengan isu  rentetan perundungan di perguruan tinggi negeri (bahkan ketika isu Almarhumah Dr. Aulia diberitakan pada 12 Agustus 2024), bagaimana kedua fenomena tersebut adalah bagian dari siklus pembingkaian yang ada di kedua wadah lingkungan tersebut. Siklus pembingkaian kedua wadah tersebut adalah standar ganda senioritas. Hal itu menjadi keprihatinan dan penyesalan juga, namun yang perlu digarisbawahi adalah akar rumput yang melatarbelakangi itu semua. Mungkin saya pernah berkomentar di akun Youtube  Kompas TV, mengenai tatanan tumpang tindih yang mengadu domba dan memecah belah karena didasarkan pada sekat untung-rugi sehingga rentan sekali bila fitnah terlalu sering ditimbulkan apalagi bila berawal dari penipuan (sebagai contoh mengakali keputusan MK tentang RUU Pilkada)
     Opini jujur yang ingin saya tuangkan adalah antara keadaan kedua wadah lingkungan tersebut sedang mengalami terombang-ambingnya idealisme seperti halnya gelombang lautan yang dipengaruhi dua arus udara, arus panasnya pengetahuan dan arus dinginnya sebuah moral sebagai bagian dari dinamika arus udara yang mengendalikan arus laut tersebut. Dengan kata lain, akar rumput yang melatarbelakangi itu semua adalah kondisi iklim persaingan secara tidak sehat (penipuan adalah salah satunya), pengalaman akar rumput juga menjadi faktor pendorong bagaimana peluang dua arus tersebut secara acak telah mempengaruhi rekonstruksi di setiap wadah lingkungan, khususnya wadah lingkungan masyarakat. Pengalaman akar rumput di sisi kebiasaan juga menjadi faktor munculnya lingkaran bawah tanah demografi terkait dengan pola berpasangan yang pernah didiskusikan oleh agama tertentu telah menghasilkan fenomena perdagangan manusia (nikah siri adalah contohnya). Dari fenomena tersebut, diskriminasi gender juga ikut berkembang dan bertanggung jawab atas masalah trauma gender, bahkan untuk hasil yang tidak diinginkan berupa kesenjangan
     Jadi, pada intinya itu semua kembali pada kesadaran masing-masing pihak untuk lebih bijak memanfaatkan pemikiran idealisme, saat ini saya berpendapat bahwa idealisme kodratnya memang mengalami pasang-surut pemahaman yang kadang kala dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk mengatur iklim yang ada dengan posisi kesenjangan sosial yang menjadi tantangan dan warisan masa silam bagi era saat ini.