Kaskus

News

megajoAvatar border
TS
megajo
10 Tahun Jokowi, Warga Kelas Menengah Lebih Rentan Turun Kelas ketimbang Naik Kelas
KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengakui, masyarakat tergolong kelas menengah lebih rentan untuk "turun kelas" dibandingkan dengan "naik kelas" dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Hal itu selaras dengan data yang menunjukkan bahwa jumlah masyarakat kelas menengah yang terus turun setiap tahunnya, sedangkan jumlah masyarakat menuju kelas menengah atau aspiring middle class kian bertambah.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, modus atau nilai yang paling sering muncul dari pengeluaran penduduk kelas menengah cenderung lebih dekat ke batas bawah pengelompokan dan semakin mendekati batas bawahnya.

"Sehingga, ada kerentanan kalau nanti terganggu dia masuk kembali ke aspiring middle class," kata dia dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR, di Gedung Nusantara, Jakarta, Rabu (28/8/2024).


Berdasarkan data BPS, angka modus pengeluaran penduduk kelas menengah setiap tahunnya memang lebih mendekati batas bawah dari kelompok pengeluaran tersebut.


Misalnya pada 2014, kelompok menengah pada tahun tersebut ialah masyarakat dengan kelompok pengeluaran Rp 1.059.573 - Rp 5.146.495, sedangkan modus dari kelompok tersebut ialah Rp 1.708.900.

Sementara pada 2024, yang tergolong kelompok menengah ialah masyarakat dengan pengeluaran Rp 2.040.262 - Rp 9.909.844, sedangkan modusnya ialah Rp 2.056.494.


Jumlah kelas menengah yang kian susut

Rentannya fenomena "turun kelas" pun terefleksikan dari data jumlah kelas menengah yang kian berkurang pada periode 2019-2024.

Tercatat jumlah penduduk kelas menengah mencapai 57,33 juta jiwa (21,45 persen) pada 2019, 53,83 juta jiwa (19,82 persen) pada 2021, 49,51 juta jiwa (18,06 persen) pada 2022, 48,27 juta jiwa (17,44 persen) pada 2023, dan 47,85 juta jiwa (17,13 persen) pada 2023.

Pada periode yang sama, jumlah masyarakat menuju kelas menengah bertambah setiap tahunnya.

Tercatat masyarakat menuju kelas menengah pada 2019 mencapai 128,85 juta jiwa (48,20 persen), 130,82 juta jiwa (48,17 persen) pada 2021, 134,93 juta jiwa (49,21 persen) pada 2022, 136,92 juta jiwa (49,47 persen) pada 2023, dan 137,50 juta jiwa (49,22 persen) pada 2024.

"Yang kita sebut dengan aspiring middle class atau menuju kelas memang relatif banyak sejak dulu," ucap Amalia.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Dolfie Othniel Frederic Palit menilai, pemerintah seharusnya mulai fokus dan "mengintervensi" kelas menengah yang rentan turun kelas ini.

Pasalnya, masyarakat golongan tersebut lah yang kurang mendapat perhatian, mengingat kelas atas mendapatkan fasilitas berupa insentif pembebasan pajak dan kelas bawah mendapatkan bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.

"Sebenarnya bahwa bansos perlu ya kalau kelas menengah juga perlu diurus," ucap dia.

(kompas.com)

Diubah oleh megajo 30-08-2024 10:44
bam09Avatar border
soelojo4503Avatar border
soelojo4503 dan bam09 memberi reputasi
2
198
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan