- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mengadili Jokowi dan Prabowo di Jogja, “Kepala Tirani” Terpenggal hingga Jatuh di Kak


TS
mabdulkarim
Mengadili Jokowi dan Prabowo di Jogja, “Kepala Tirani” Terpenggal hingga Jatuh di Kak
Mengadili Jokowi dan Prabowo di Jogja, “Kepala Tirani” Terpenggal hingga Jatuh di Kaki Barisan Polisi

Demo di Jogja jadi momen adili Polisi, Dinasti Politik Jokowi, dan Prabowo. (Aly Reza/Mojok.co)
Massa aksi demo di Jogja dalam lanjutan “Jogja Memanggil” mengadili Jokowi dan Prabowo di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta yang dijaga ketat barisan Polisi. Boneka Jokowi dan cosplayer Prabowo diarak menuju tiang gantung.
Sepanjang Jalan Malioboro dan Istana Gedung Agung Yogyakarta dipadati oleh massa aksi pada Selasa (27/8/2024) siang WIB. Sama seperti aksi demo “Jogja Memanggil” Kamis (22/8/2024) sebelumnya, massa aksi terdiri dari gabungan mahasiswa, buruh, pekerja rumah tangga, PKL, berbagai elemen masyarakat sipil.
Kemuakan pada tindak kekerasan Polisi
Sejak pukul 13.30 WIB, massa demo di Jogja tersebut secara bergantian melakukan orasi dari atas mobil komando. Bukan cuma narasi melawana upaya Jokowi membangun dinasti politik, demo di Jogja tersebut juga meluapkan kemuakan pada aparat keamanan, dalam hal ini adalah Polisi.
“Kawan-kawan kita di Semarang, kemarin saat sedang mengawal demokrasi, mereka (Polisi) tembaki denga brutal,” ujar orator.
Untuk diketahui, Senin (26/8/2024) massa aksi gabungan berbagai lapisan masyarakat memadati depan Balai Kota Semarang untuk menolak revisi RUU Pilkada.

Massa aksi demo di Jogja memadati Istana Gedung Agung yang dijaga Polisi. (Aly Reza/Mojok.co)
Mengutip dari berita-berita yang sudah beredar, aksi tersebut memang dikawal oleh 1000 personel Kepolisian. Selepas Magrib, bentrok terjadi.
Dari video-video yang beredar, Polisi tampak menembak massa aksi dengan gas air mata, water canon, melakukan pemukulan, bahkan ada yang menyebut Polisi menembakkan peluru karet.
“Mereka (Polisi) tampaknya tak pernah belajar,” teriak orator demo di Jogja. Ia menyinggung 135 korban Tragedi Kanjuruhan akibat gas air mata Polisi dan rentetan kekerasan yang melibatkan aparat kepolisian.
Replika kepala Jokowi menggelinding di kaki Polisi saat demo di Jogja
Pukul 14.00 WIB, usai orasi demi orasi diserukan, orator demo di Jogja dari mobil komando lantas mempersilakan pertunjukan teatrikal di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Seorang berbaju serba hitam dengan wajah setengah tertutup kain lalu maju. Dengan mikrofon, ia berseru-seru penuh amarah dan kekecewaan.
“Adili Jokowi!” Teriaknya.
“Adili Jokowi!” Balas massa aksi demo di Jogja serempak.
Begitu teriakan pria dengan penutup wajah dan sahutan massa demo di Jogja terdengar berulang-ulang.
Pria berpenutup wajah tersebut lalu menarik sebuah boneka replika Jokowi. Adegan selanjutnya membuat suasana di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta menjadi kian riuh: ia menggantung boneka replika Jokowi tersebut.
Sorakan bertambah riuh ketika boneka replika Jokowi itu jatuh. Kepala boneka itu putus dan menggelinding hingga jatuh di kaki para polisi yang berjaga.

Kepala boneka replika Jokowi jatuh di kaki Polisi. (Aly Reza/Mojok.co)
Demo di Jogja juga jadi momen adili Prabowo
Belum juga keriuhan mereda, pria berpenutup wajah lantas meneriakkan untuk juga mengadili Prabowo Subianto. Sebab, jalan mulus Prabowo dan pasangannya, Gibran (putra sulung Jokowi) menjadi Capres-Cawapres RI disinyalir berkat siasat licik Jokowi.
Dari tengah kerumunan, tiba-tiba muncul pria berbadan agak gemuk mengenakan topeng wajah Prabowo. Ia muncul dengan gaya silat gemoy yang saat Pilpres 2024 lalu kerap diperagakan Prabowo dalam setiap kesempatan kampanye.
Pria bertopeng Prabowo tersebut lantas digiring ke tiang penggal yang sudah massa aksi siapkan.
“Adili Prabowo!” Teriak pria berpenutup wajah menggiring pria bertopeng Prabowo. “Adili Prabowo!” Sahut massa aksi demo di Jogja. Begitu seruan massa demo di Jogja bersahut-sahutan. Pria bertopeng Prabowo itu lantas ditengkurapkan. Lalu seolah-olah kepalanya dipenggal.

Cosplayer Prabowo digiring ke tiang penggal. (Aly Reza/Mojok.co)
“Tirani mati di sini!” teriak pria berpenutup wajah yang sedari awal memandu jalannya teatrikal tersebut.
Akhir teatrikal itu langsung disambut dengan tepuk tangan dan gemuruh apresiasi dari seluruh massa demo di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta. Setelahnya, massa aksi masih terus menyerukan aspirasi mereka. Sementara Polisi masih terus berjaga, tak beranjak dari depan pintu gerbang Istana Gedung Agung Yogyakarta.
https://www.google.com/amp/s/mojok.c...n-prabowo/amp/
Demo Turunkan Jokowi di Semarang dan Makassar Ricuh, Komnas HAM Desak Polisi Evaluasi Cara Penanganan

Seorang mahasiswi yang pingsan dievakuasi oleh teman temannya dengan sepeda motor untuk segera dilarikan ke rumah sakit usai polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi mahasiswa di Jalan Pemuda, Semarang, Jawa Tengah, Senin, 26 Agustus 2024. Polisi menghujani gas air mata yang membuat puluhan mahasiswa pingsan dan dilarikan ke sejumlah rumah sakit. Tempo/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendesak Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan untuk segera mengevaluasi penanganan demonstrasi di Semarang dan Makassar. Desakan ini disampaikan setelah Komnas HAM menerima informasi tindakan represif aparat keamanan dalam menangani demonstrasi pada Senin malam tersebut.
"Kami mendapatkan laporan bahwa aparat menggunakan gas air mata, melakukan penangkapan, dan bahkan diduga melakukan sweeping hingga masuk ke area mal," ujar Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Selasa, 27 Agustus 2024.
Atnike menegaskan, penggunaan kekuatan berlebih dalam menangani demonstrasi berisiko melanggar hak asasi manusia, khususnya hak atas kebebasan berkumpul dan berpendapat yang dijamin oleh konstitusi dan Undang-Undang HAM. Komnas HAM mendesak agar aparat keamanan tidak menggunakan tindakan kekerasan dan lebih mengedepankan pendekatan humanis serta terukur dalam menjaga keamanan.
Kelompok massa ini merupakan gabungan dari mahasiswa ini terdiri dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Universitas Bosowa (Unibos), Universitas Negeri Makassar (UNM), beberapa Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), dan kampus swasta lainnya.
Penggunaan gas air mata dan tindakan penangkapan demonstran di Semarang dan Makassar itu dikecam oleh berbagai pihak. Bahkan, ada dugaan bahwa aparat melakukan sweeping hingga ke area publik seperti mal, yang menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat umum.
Tindakan represif ini mendapat kritik keras organisasi masyarakat sipil dan akademisi. Mereka menilai bahwa pendekatan kekerasan oleh aparat tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga memperburuk situasi dan mengancam demokrasi. Respons keras dari aparat terhadap demonstrasi ini memicu kekhawatiran bahwa ruang untuk menyampaikan aspirasi di Indonesia makin sempit, terutama di tengah meningkatnya ketegangan politik belakangan ini.
https://metro.tempo.co/read/1908985/...tm_medium=Babe
Seruan rakyat di Yogyakarta untuk mengadili Jokowo dan Prabowo serta kecaman ke polisi atas represif ke pendemo di Semarang

Demo di Jogja jadi momen adili Polisi, Dinasti Politik Jokowi, dan Prabowo. (Aly Reza/Mojok.co)
Massa aksi demo di Jogja dalam lanjutan “Jogja Memanggil” mengadili Jokowi dan Prabowo di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta yang dijaga ketat barisan Polisi. Boneka Jokowi dan cosplayer Prabowo diarak menuju tiang gantung.
Sepanjang Jalan Malioboro dan Istana Gedung Agung Yogyakarta dipadati oleh massa aksi pada Selasa (27/8/2024) siang WIB. Sama seperti aksi demo “Jogja Memanggil” Kamis (22/8/2024) sebelumnya, massa aksi terdiri dari gabungan mahasiswa, buruh, pekerja rumah tangga, PKL, berbagai elemen masyarakat sipil.
Kemuakan pada tindak kekerasan Polisi
Sejak pukul 13.30 WIB, massa demo di Jogja tersebut secara bergantian melakukan orasi dari atas mobil komando. Bukan cuma narasi melawana upaya Jokowi membangun dinasti politik, demo di Jogja tersebut juga meluapkan kemuakan pada aparat keamanan, dalam hal ini adalah Polisi.
“Kawan-kawan kita di Semarang, kemarin saat sedang mengawal demokrasi, mereka (Polisi) tembaki denga brutal,” ujar orator.
Untuk diketahui, Senin (26/8/2024) massa aksi gabungan berbagai lapisan masyarakat memadati depan Balai Kota Semarang untuk menolak revisi RUU Pilkada.

Massa aksi demo di Jogja memadati Istana Gedung Agung yang dijaga Polisi. (Aly Reza/Mojok.co)
Mengutip dari berita-berita yang sudah beredar, aksi tersebut memang dikawal oleh 1000 personel Kepolisian. Selepas Magrib, bentrok terjadi.
Dari video-video yang beredar, Polisi tampak menembak massa aksi dengan gas air mata, water canon, melakukan pemukulan, bahkan ada yang menyebut Polisi menembakkan peluru karet.
“Mereka (Polisi) tampaknya tak pernah belajar,” teriak orator demo di Jogja. Ia menyinggung 135 korban Tragedi Kanjuruhan akibat gas air mata Polisi dan rentetan kekerasan yang melibatkan aparat kepolisian.
Replika kepala Jokowi menggelinding di kaki Polisi saat demo di Jogja
Pukul 14.00 WIB, usai orasi demi orasi diserukan, orator demo di Jogja dari mobil komando lantas mempersilakan pertunjukan teatrikal di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Seorang berbaju serba hitam dengan wajah setengah tertutup kain lalu maju. Dengan mikrofon, ia berseru-seru penuh amarah dan kekecewaan.
“Adili Jokowi!” Teriaknya.
“Adili Jokowi!” Balas massa aksi demo di Jogja serempak.
Begitu teriakan pria dengan penutup wajah dan sahutan massa demo di Jogja terdengar berulang-ulang.
Pria berpenutup wajah tersebut lalu menarik sebuah boneka replika Jokowi. Adegan selanjutnya membuat suasana di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta menjadi kian riuh: ia menggantung boneka replika Jokowi tersebut.
Sorakan bertambah riuh ketika boneka replika Jokowi itu jatuh. Kepala boneka itu putus dan menggelinding hingga jatuh di kaki para polisi yang berjaga.

Kepala boneka replika Jokowi jatuh di kaki Polisi. (Aly Reza/Mojok.co)
Demo di Jogja juga jadi momen adili Prabowo
Belum juga keriuhan mereda, pria berpenutup wajah lantas meneriakkan untuk juga mengadili Prabowo Subianto. Sebab, jalan mulus Prabowo dan pasangannya, Gibran (putra sulung Jokowi) menjadi Capres-Cawapres RI disinyalir berkat siasat licik Jokowi.
Dari tengah kerumunan, tiba-tiba muncul pria berbadan agak gemuk mengenakan topeng wajah Prabowo. Ia muncul dengan gaya silat gemoy yang saat Pilpres 2024 lalu kerap diperagakan Prabowo dalam setiap kesempatan kampanye.
Pria bertopeng Prabowo tersebut lantas digiring ke tiang penggal yang sudah massa aksi siapkan.
“Adili Prabowo!” Teriak pria berpenutup wajah menggiring pria bertopeng Prabowo. “Adili Prabowo!” Sahut massa aksi demo di Jogja. Begitu seruan massa demo di Jogja bersahut-sahutan. Pria bertopeng Prabowo itu lantas ditengkurapkan. Lalu seolah-olah kepalanya dipenggal.

Cosplayer Prabowo digiring ke tiang penggal. (Aly Reza/Mojok.co)
“Tirani mati di sini!” teriak pria berpenutup wajah yang sedari awal memandu jalannya teatrikal tersebut.
Akhir teatrikal itu langsung disambut dengan tepuk tangan dan gemuruh apresiasi dari seluruh massa demo di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta. Setelahnya, massa aksi masih terus menyerukan aspirasi mereka. Sementara Polisi masih terus berjaga, tak beranjak dari depan pintu gerbang Istana Gedung Agung Yogyakarta.
https://www.google.com/amp/s/mojok.c...n-prabowo/amp/
Demo Turunkan Jokowi di Semarang dan Makassar Ricuh, Komnas HAM Desak Polisi Evaluasi Cara Penanganan

Seorang mahasiswi yang pingsan dievakuasi oleh teman temannya dengan sepeda motor untuk segera dilarikan ke rumah sakit usai polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi mahasiswa di Jalan Pemuda, Semarang, Jawa Tengah, Senin, 26 Agustus 2024. Polisi menghujani gas air mata yang membuat puluhan mahasiswa pingsan dan dilarikan ke sejumlah rumah sakit. Tempo/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendesak Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan untuk segera mengevaluasi penanganan demonstrasi di Semarang dan Makassar. Desakan ini disampaikan setelah Komnas HAM menerima informasi tindakan represif aparat keamanan dalam menangani demonstrasi pada Senin malam tersebut.
"Kami mendapatkan laporan bahwa aparat menggunakan gas air mata, melakukan penangkapan, dan bahkan diduga melakukan sweeping hingga masuk ke area mal," ujar Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Selasa, 27 Agustus 2024.
Atnike menegaskan, penggunaan kekuatan berlebih dalam menangani demonstrasi berisiko melanggar hak asasi manusia, khususnya hak atas kebebasan berkumpul dan berpendapat yang dijamin oleh konstitusi dan Undang-Undang HAM. Komnas HAM mendesak agar aparat keamanan tidak menggunakan tindakan kekerasan dan lebih mengedepankan pendekatan humanis serta terukur dalam menjaga keamanan.
Kelompok massa ini merupakan gabungan dari mahasiswa ini terdiri dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Universitas Bosowa (Unibos), Universitas Negeri Makassar (UNM), beberapa Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), dan kampus swasta lainnya.
Penggunaan gas air mata dan tindakan penangkapan demonstran di Semarang dan Makassar itu dikecam oleh berbagai pihak. Bahkan, ada dugaan bahwa aparat melakukan sweeping hingga ke area publik seperti mal, yang menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat umum.
Tindakan represif ini mendapat kritik keras organisasi masyarakat sipil dan akademisi. Mereka menilai bahwa pendekatan kekerasan oleh aparat tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga memperburuk situasi dan mengancam demokrasi. Respons keras dari aparat terhadap demonstrasi ini memicu kekhawatiran bahwa ruang untuk menyampaikan aspirasi di Indonesia makin sempit, terutama di tengah meningkatnya ketegangan politik belakangan ini.
https://metro.tempo.co/read/1908985/...tm_medium=Babe
Seruan rakyat di Yogyakarta untuk mengadili Jokowo dan Prabowo serta kecaman ke polisi atas represif ke pendemo di Semarang






viniest dan 3 lainnya memberi reputasi
4
938
126


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan