Kaskus

Story

pecundang2025Avatar border
TS
pecundang2025
Istri Sukses, Suami Pecundang
Perkenalkan saya pria usia 43, sudah menikah dengan teman semasa sekolah(dari SD hingga SMU), tanpa anak. Semasa sekolah dahulu istri saya selalu mendapatkan ranking pertama, sementara saya tidak masuk ranking 10 besar. Setelah lulus SMU kami berdua berpisah, istri saya melanjutkan kuliah ke luar negeri, sementara saya masuk PTN yg ada Di Indonesia. Singkat cerita kami bertemu kembali setelah saya bekerja di kantor pertama kali saya bekerja setelah lulus kuliah.

Saat itu kita berkomunikasi biasa saja layaknya pertemuan kembali teman lama. Setelah pertemuan itu saya sudah beberapa kali berganti pekerjaan dengan posisi karir yg stagnan, sementara karir istri saya semakin melejit.

Singkat cerita, sebelas tahun yg lalu kami menikah, karena dia sudah didesak oleh keluarga dan faktor mobilitas berkaitan dengan pekerjaan, supaya nanti kalau ada acara kantor dia bisa bawa pasangan. Kami berdua memiliki latar belakang Agama yg berbeda, namun kami berdua bukan termasuk orang yg religius mungkin antara Atheis atau Agnostik, namun pada saat kami menikah, istri pindah Agama mengikuti Agama KTP saya,sebatas formalitas saja.

Sejak awal menikah posisi finansial kami memang terasa jauh sekali, saya hanya mampu membeli mobil bekas atau LCGC(itupun melalui kredit), sementara istri saya sudah mampu membeli mobil yg masuk kategori luxury. Untung saja saya sudah memiliki rumah dari warisan orangtua saya, meskipun bukan di kompleks perumahan elit, tapi setidaknya sudah milik saya pribadi.

Setelah 3 tahun kami menikah, saya terkena PHK, dan melamar pekerjaan sana sini belum membuahkan hasil hingga saat
Ini. Awal saya terkena PHK, itu masa yg paling sulit dijalani, bagaimana caranya saya bisa menghidupi istri saya, saya menjual mobil saya saat itu dan tukar tambah dengan mobil ukuran yg lebih besar untuk usaha mobil jemputan anak TK. Disela waktu setelah antar dan jemput anak sekolah maupun istri pp ke kantor, saya bantu2 di toko sembako untuk antar galon gas dan beras, dan sesekali ada yg sewa mobil beserta sopir dari lingkungan tempat tinggal maupun perumahan.

Istri saya ini typical orang yg bergantung dengan saya, apalagi semenjak saya terkena PHK seluruh pekerjaan rumah tangga saya yg urus termasuk cuci setrika dan masak(dulu biasanya laundry dan beli),kami tidak memakai pembantu sejak awal. Tapi jujur saya tidak masalah melakukan semua itu, karena saya cinta, bahkan ibaratnya menu makan saya pun mengalah, yang penting istri saya bisa makan layak, dan biaya tagihan(listrik air iuran RT) bisa saya bayar. Saya sebagai lelaki suami sekaligus kepala rumah tangga paling tidak harus berusaha memenuhi kebutuhan istri. Setiap hari antar jemput ke kantor dan bekal makanan untuk makan siang.

Ada saat2 tertentu dimana saya malu sebagai suami atau lelaki, selain dari karir dan penghasilan yg jauh berbeda, namun terkadang misal saya sudah berupaya menyisihkan uang untuk mertua dan ortu saya saat hari raya keagamaan, namun seringnya istri saya ini selalu memberikan lebih dari nominal yg sudah saya sisihkan sebelumnya. Bisa amplopnya ditukar dan ditambahkan isinya atau memberikan amplop lagi ke orang tua saya dengan alasan saya salah memberikan amplop atau transfer ke rekening orangtua saya sebelum hari raya keagamaan.

Yang menjadi keluh kesah saat ini, orang tua saya sudah meminta kehadiran cucu, karena usia pernikahan kami yg sudah belasan tahun ini belum ada kehadiran buah hati, namun tidak bisa dipungkiri sejak awal kami menikah ada komitmen untuk tidak memiliki anak, karena istri saya ada trauma dengan masa lalunya di keluarganya dan sahabatnya meninggal saat melahirkan(hamil sebelum nikah).

Posisi saya saat ini bingung disatu sisi itu orangtua, namun disisi lain saya juga sangat cinta dengan istri saya, disisi lain orangtua saya juga sangat sayang dengan istri saya, dan istri saya juga sangat nyaman dengan orangtua saya. Tapi disisi lain saya juga ada perasaan minder terasa seperti pecundang karena saya kalah dari segi finansial dan karir, tapi disisi lain juga istri saya menerima saya apa adanya dan selalu support apapun keputusan saya. Pernah suatu ketika dia mendapat promosi untuk pindah kerja ke headquarter yg ada Di negara tetangga, pertama2 dia membujuk saya untuk ikut kesana, namun setelah saya menolak karena alasan tidak mau meninggalkan orangtua, dia tidak ambil promosi dari kantornya. Setelah saya PHK saya sempat ditawari modal usaha oleh istri, nanti dia yg bantu kalau ada kesulitan dalam mengelola usaha, namun saya tolak, kesatu saya belum ada keberanian untuk mulai usaha,kedua karena saya tidak mau bergantung dengan istri saya. Dan saat saya menjadi sopir antar jemput anak sekolah pun istri saya tidak keberatan saat berangkat ke kantor terkadang harus sambil antar anak sekolah terlebih dahulu dan tidak menggunakan mobil dia. Setiap kali saya membelikan dia baju atau kado ultah atau anniversary, tapi tidak berapa lama dia memberikan baju atau barang yg lebih mahal harganya untuk saya(alasan istri saya dapat bonus dari kantor atau dapet voucher,dll). Tapi kalau di depan orang lain keluarga atau lingkungan perumahan dia bisa menempatkan diri seperti layaknya dia bergantung dengan suami.

Maaf ya gan sist kalau berantakan tulisan saya, hanya melepaskan apa yg saya rasakan saat ini.
User telah dihapus
rinandya
englishlupherz
englishlupherz dan 2 lainnya memberi reputasi
3
515
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan