- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mundur dari Ketum Golkar, Airlangga Dianggap Terlalu Dekat Jokowi-Prabowo


TS
Cupeake
Mundur dari Ketum Golkar, Airlangga Dianggap Terlalu Dekat Jokowi-Prabowo
Mundur dari Ketum Golkar, Airlangga Dianggap Terlalu Dekat Jokowi-Prabowo, Contohnya Pilgub Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Airlangga Hartarto dianggap mengikuti kehendak Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto.
Hal itu dikatakan Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, M Jamiluddin Ritonga menanggapi mundurnya Airlangga Hartarto dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
Pilkada Jakarta menjadi bukti Airlangga Hartarto terlalu dekat dengan Jokowi dan Prabowo Subianto.
M Jamiluddin Ritonga menilai kedekatan itu membuat Menko Perekonomian itu tidak independen dalam membuat keputusan.
Ia mencontohkan saat Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sekaligus putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep mendatangi Golkar.
Airlangga, kata Jamiluddin, terkesan menawarkan Kaesang untuk maju di Pilkada Jakarta 2024.
Kemudian, kader Golkar Jusuf Hamka ditawarkan menjadi wakil Kaesang Pangarep.
“Airlangga terkesan lebih mengikuti kehendak Jokowi dan Prabowo. Indikasi itu terlihat dalam Pilgub Sumatera Utara, Airlangga begitu bersemangat mengusung Bobby Nasution,” kata Jamiluddin, Senin (12/8/2024).
Contoh lainnya, kata Jamiluddin, Airlangga mengorbankan kadernya Ridwan Kamil dengan mengusung Dedi Mulyadi di Jawa Barat.
"Celakanya, Airlangga mengusung Dedi yang elektabilitasnya jauh di bawah Ridwan Kamil. Bahkan Airlangga mengusung Dedi yang dulu kadernya kemudian membelot ke Gerindra,” ungkap dia.
Jamiluddin pun tidak terkejut dengan mundurnya Airlangga Hartarto dari kursi ketua umum Golkar. Pasalnya, ia santer mendengar adanya faksi-faksi di tubuh partai berlambang pohon beringin itu yang mendesaknya mundur.
Konten Sensitif

Airlangga menugaskan Ridwan Kamil maju Pilkada Jakarta sebelum menyatakan mundur dari Golkar.
“Airlangga melakukan hal itu terkesan karena lebih mendahulukan kepentingan Jokowi dan Prabowo daripada partainya. Hal itu bisa saja melukai kader Golkar,” jelas dia.
Jamil mengungkapkan, loyalitas Airlangga terkesan lebih condong ke eksternal, bukan ke internal Golkar.
Mungkin hal itu membuat faksi-faksi di Golkar memintanya mundur sebagai ketua umum.
“Karena itu, kalau Airlangga benar mundur, tentu hal itu dapat membuat Golkar menjadi lebih baik. Harapannya, Golkar mendapat ketua umum yang independen dan loyal ke partainya,” ucap Mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta itu.
Airlangga Kejutkan Alam Semesta Politik
Sementara itu, Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, keputusan Airlangga itu menambah deretan peristiwa di luar nalar yang terjadi di Golkar dalam sepekan terakhir.
"Hanya berbilang satu minggu, tiga peristiwa menggunjang Golkar. Dan merupakan peristiwa yang sulit dinalar," kata Ray, Minggu (11/8/2024).
Peristiwa di luar nalar yang pertama, ujar Ray, yakni perihal keputusan Golkar mengusung mantan kadernya yang kini berseragam Gerindra, Dedi Mulyadi untuk maju di Jawa Barat.
Padahal, Golkar memiliki kader berstatus petahana yang memiliki elektabilitas kuat di Jawa Barat yakni Ridwan Kamil.
Sedangkan peristiwa di luar nalar kedua yakni Golkar justru menugaskan RK di Jakarta yang elektabilitasnya kalah jauh dari Anies Baswedan.
Kemudian yang terbaru yakni soal pengunduran diri dari Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar.
"Pernyataan mundur Airlangga ini jelas sangat mengejutkan alam semesta politik Indonesia. Bukan saja karena ia merupakan ketum salah satu parpol besar di Indonesia, tapi juga karena tidak ada alasan yang terdengar logis, jelas dan konstitusional untuk mundur.
Oleh karena itu, pengunduran diri AH itu terdengar aneh, tiba-tiba dan tentu saja mengejutkan," papar Ray.
Ray mengungkapkan beberapa analisanya terkait mengapa pengunduran diri Airlangga ini dirasa sangat di luar nalar.
"Umumnya ketum mundur atau dimundurkan karena tiga hal. Pertama, melakukan tindakan yang melanggar hukum. Kedua, dinyatakan tidak sukses dalam program dan kinerja serta yang ketiga melakukan tindakan yang melanggar aturan partai," kata Ray.
Menurut Ray, ketiga hal ini tidak ditemukan dalam pemunduran diri Airlangga.
"Alih-alih terjadi seperti di atas, yang ada malah sebaliknya. Airlangga sukses membawa Golkar meningkatkan perolehan suara pada pileg 2024 lalu. Saat yang sama, sukses pula memenangkan Presiden dan Wakil Presiden," kata Ray.
Ray menyebut analisanya ini diperkuat oleh pernyataan Airlangga dalam pidato pemunduran dirinya.
"Pidato AH hampir seluruhnya pidato sukses. Pidato yang lebih patut diungkapkan sebagai alasan tidak mundur dari pada mundur. Dengan isi pidato seperti itu, sejatinya, kesimpulannya bukanlah mundur tapi tetap terus memimpin Golkar," kata Ray.
Respon DPD Golkar DKI
Sementara itu, Ketua DPD Golkar Jakarta Ahmad Zaki Iskandar tidak mendukung siapapun atas mundurnya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Hal itu terkait dengan kabar mencuatnya r kursi Ketua Umum Partai Golkar akan digantikan oleh Agus Gumiwang menjadi pelaksana tugas (Plt) untuk menjalankan tugas Airlangga sebelum Ketum definitif dilantik.
Sementara, Bahlil Lahadia digadang-gadang akan jadi Ketua Umum Golkar pengganti Airlangga.
"Belum ada dukung-dukungan," singkatnya saat dihubungi, Minggu (11/8/2204) malam.
Lantas kata Zaky, pihaknya kini hanya menunggu keputusan dari Partai Golkar soal Ketua Umum pengganti Airlangga Hartarto.
"Iya (nunggu keputusan DPP Golkar)," kembali singkatnya.
Sebelumnya, Airlangga Hartarto secara resmi menyatakan mundur sebagai Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya (Golkar).
Diakui Airlangga, dirinya sudah mengundurkan diri sejak Sabtu (10/8/2024) lalu.
Pertimbangan Airlangga mengambil keputusan itu adalah demi menjaga stabilitas transisi pemerintahan ke depannya dan untuk menjaga keutuhan Golkar.
"Saya Airlangga Hartarto, setelah mempertimbangkan dan untuk menjaga keutuhan Partai Golkar dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan datang terjadi dalam waktu dekat."
"Maka dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim serta atas petunjuk Yang Maha Besar, maka dengan ini saya menyatakan pengunduran diri sebagai ketua Umum DPP Partai Golkar," ujar Airlangga, dilansir Kompas.com, Minggu (11/8/2024).
Setelah pengunduran dirinya ini, kata Airlangga, Golkar akan segera menyiapkan mekanisme organisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART yang berlaku.
Semua proses itu akan dilakukan dengan tertib dan menjunjung tinggi marwah Partai Golkar sebagai partai yang besar, matang, dan dewasa.
"Semua proses ini akan dilakukan dengan damai, tertib, dan dengan menjunjung tinggi marwah Partai Golkar. Demokrasi harus kita kawal dan kita kembangkan terus menerus," katanya
"Partai politik adalah pilar demokrasi kita. Indonesia adalah negeri besar. Kita harus memastikan bahwa demokrasi kita terus berjalan dari satu generasi ke generasi berikutnya," imbuh Airlangga.
Sumber


matt.gaper memberi reputasi
1
397
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan