Kaskus

Story

muyasyAvatar border
TS
muyasy
CINTA SEMESTA
CINTA SEMESTA


Bagian 1
.
.
Angkasa memandang ke atas langit dengan tatapan kosong. Namun, pikirannya berisik dengan berbagai kalimat berantakan. Serta hatinya bergemuruh layaknya akan datangnya hujan. Nyatanya, hanya mendung di atas sana.

Bintang di samping Angkasa hanya diam. Dia menunggu temannya untuk bersuara. Namun, sudah satu jam lamanya mereka duduk di pematang sawah, tidak ada satu kata pun terucap.

"Sampai kapan kita di sini? Hujan akan turun," ujar Bintang sambil berdiri.

Matanya menatap Angkasa dengan seksama. Dia menerka, mungkin temannya ini sedang ada masalah.

"Aku menunggu sampai hujan datang, Bin," ucap Angkasa dengan entengnya. Padahal Bintang sudah tidak sabar untuk pulang.

Bintang duduk kembali di samping Angkasa. Anak laki-laki berumur sepuluh tahun itu menghela napas dengan pelan. Tangan kirinya merangkul bahu teman seumurannya itu.

"Ada masalah lagi sama ayahmu?" tanya Bintang dengan hati-hati.

"Masalah ini lebih besar. Kalo aku cerita padamu, pasti kamu kaget," jawab Angkasa menatap Bintang.

Bintang mengernyitkan dahinya. "Masalah seperti apa? Aku ingin mendengarnya."

Angkasa menundukkan kepalanya. Entah masalah apa yang dihadapi anak berumur 10 tahun ini.

Bintang hanya tahu bahwa Angkasa mempunyai masalah dengan ayahnya gara-gara sering main ke rumah teman-temannya. Angkasa juga tidak tahu alasannya apa ayahnya melarang dirinya main dengan teman sebayanya. Padahal selama ini dia sudah menuruti apa kata orang tuanya. Dia hanya main, itu saja. Akan tetapi, Angkasa pun tetap menuruti perkataan ayahnya itu.

Namun, kali ini berbeda. Angkasa hari ini ke luar rumah sudah satu jam. Biasanya dia akan was-was jika terlalu lama di luar rumah.

"Aku bukan anak kandung ayah dan ibu, Bin."

"Hah! Kamu tau dari mana? Jangan bohong kamu!"

Bintang gelagapan mendengar satu kalimat yang diucapkan Angkasa. Tetiba, Angkasa menangis tersedu dengan merangkul kedua lututnya.

"A-ayah bi-bilang sendi-ri."

"Sabar Angkasa." Bintang menepuk bahu temannya yang masih menangis sesenggukan. Tidak disangka, gerimis pun datang ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Angkasa.

Bersambung

šŸŒā­šŸŒ«


Bagian 2


Sayup terdengar panggilan bertubi-tubi. Suara itu tertelan dengan suara derasnya hujan. Bintang dan Angkasa sontak mencari arah suara tersebut.

Dalam pandangan yang sedikit terhalang dengan rinainya hujan. Kedua anak laki-laki tersebut mengernyitkan dahi. Keduanya melihat seorang anak perempuan berlari ke arah mereka.

"Bulan ...," gumam Bintang.

Angkasa langsung berpaling dan mengusap wajahnya. Ah, dia lupa. Saat ini sedang hujan turun. Mana bisa Bulan tahu kalau baru saja dia menangis.

"Ternyata ada di sini. Aku capek mencari kalian berdua," sungut Bulan sembari melempar Bintang dengan lumpur.

"Hey!" teriak Bintang tidak terima.

Bulan hanya tertawa melihat temannya itu marah. Lalu, matanya teralihkan dengan Angkasa yang hanya duduk diam.

"Main, yuk!" ajak Bintang pada Angkasa.

"Tidak. Aku mau pulang saja."

"Sebelum pulang, main lempar lumpur sebentar dengan kami. Mumpung hujan. Besok kita tidak akan sesenang ini."

"Tapi, aku ...."

"Aku tau kamu sedang bersedih. Jangan kira kami tidak punya masalah. Kita memang hanya anak kecil, tapi bisa apa. Aku akan punya ibu tiri. Bintang sudah jadi anak yatim."

"Aku ha-hanya ...."

"Kata ayahku, manusia tidak ada yang sempurna. Jadi, jangan berharap kesempurnaan itu. Maka terima saja takdir yang datang padamu. Heh ... aku jadi ingat almarhum ibu."

Angkasa terkejut. Bulan sedewasakah itu pikirannya. Lalu, Bintang tampak terdiam saja di tempatnya. Mereka bertiga terdiam. Layaknya manekin yang kehujanan. Akan tetapi, pikiran mereka yang berisik.

Bersambung



Sumber gambar : pinterest edit picsArt
Diubah oleh muyasy 18-07-2024 07:43
indrag057Avatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan indrag057 memberi reputasi
2
697
136
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan