Kaskus

News

antaranews.Avatar border
TS
antaranews.
Tren Baru Kelas Menengah RI: Sering ke Mal, Tapi Tak Belanja
Tren Baru Kelas Menengah RI: Sering ke Mal, Tapi Tak Belanja

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelas menengah di Indonesia tengah menghadapi tekanan daya beli. Mereka makin sering datang ke pusat perbelanjaan, tapi hanya untuk jalan-jalan.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyebut tren ini tengah meningkat di 2024. Menurut dia, konsumen makin pilih-pilih dalam berbelanja untuk mencari harga paling murah.

"Konsumen lebih sering memilih alternatif yang lebih murah, suatu perilaku yang dikenal sebagai downtrading," kata Andry dalam analisisnya dikutip, Kamis, (25/7/2024).

Andry menyebut kelas menengah sedang mengembangkan perilaku melakukan pembelian dalam jumlah yang lebih sedikit, namun lebih sering. Mengutip data Mandiri Spending Index, Andry menyebut rata-rata nilai belanjaan dalam keranjang konsumen pada 2024 turun 0,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Akan tetapi, jumlah kunjungan mereka ke pusat perbelanjaan meningkat 3,3% pada 2024.

"Hal ini menunjukan bahwa konsumen lebih memilih untuk berkunjung lebih sering sambil juga menurunkan nilai keranjangnya dengan istilah downtrading," kata dia.

Downtrading merupakan perilaku konsumen ketika individu atau rumah tangga memilih alternatif yang lebih murah dibandingkan yang mereka beli sebelumnya. Fenomena ini seringkali disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti tekanan ekonomi, perubahan kondisi keuangan pribadi dan pergeseran preferensi konsumen.

Sebelumnya, fenomena downtrading juga didapati di kalangan perokok. Kementerian Keuangan melaporkan terjadinya penurunan penerimaan cukai rokok dalam 2 tahun terakhir akibat fenomena downtrading. Para perokok mulai banyak berpindah dari rokok kelas 1 dan 2, ke kelas 3 yang tarif cukainya lebih murah. Fenomena downtrading yang terjadi pada industri rokok maupun lainnya menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia tengah mengalami pelemahan daya beli.

Andry Asmoro mengatakan berdasarkan data MSI, belanja per kapita untuk kelas menengah dan atas saat ini memang telah berada di atas tingkat pandemi. Hanya saja, belanja mereka mengalami stagnasi dan kepercayaan diri mereka mengenai pendapatan yang meningkat pada 2024 semakin kecil. Sebaliknya, untuk kelompok ekonomi rendah, Mandiri mencatat terjadi sedikit peningkatan pada 2024. Namun, kelompok ini melakukan belanja dengan menggunakan tabungannya.

"Belanja kelas pendapatan bawah yang meningkat per kapita telah menggerus tabungan mereka," kata Andry.

Ekonom senior Chatib Basri menjelaskan data-data MSI itu secara sederhana dapat dipahami bahwa ketika pendapatan masyarakat turun, mereka akan tetap mempertahankan konsumsi kebutuhan pokoknya, seperti makanan. Jika pendapatan menurun, sedangkan konsumsi makanan tetap, maka porsi konsumsi makanan dalam total pengeluarannya akan meningkat.

"Itu sebabnya, kenaikan porsi makanan dalam total belanja mencerminkan menurunnya daya beli," ucap Chatib Basri.

Data semakin tertekannya kemampuan belanja masyarakat Indonesia itu menurutnya juga tergambar jelas dari munculnya fenomena "mantab" atau makan tabungan pada kelompok menengah bawah. Selain itu, kata dia, data-data penjualan mobil juga sama mengkhawatirkannya.

"Orang membeli mobil bekas, atau bahkan pindah ke sepeda motor. Rangkaian data ini seperti datang dengan pesan, daya beli kelas menengah bawah memang tergerus," tuturnya.

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...pi-tak-belanja

Hanya muter muter emoticon-Stick Out Tongueencet
mnotorious19150Avatar border
rizkync108Avatar border
bukan.bomatAvatar border
bukan.bomat dan 3 lainnya memberi reputasi
4
798
75
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan