- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bank Dunia: Indonesia Butuh 70 Tahun untuk Setara Amerika Serikat


TS
pennywise.
Bank Dunia: Indonesia Butuh 70 Tahun untuk Setara Amerika Serikat
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia atau World Bank memperkirakan, Indonesia membutuhkan waktu 70 tahun untuk bisa mencapai pendapatan per kapita setara negara maju. Bahkan, jangka waktu itu menurut mereka hanya bisa mengimbangi seperempat dari pendapatan per kapita Amerika Serikat.
Sebagaimana diketahui, pendapatan per kapita AS saat ini di kisaran US$ 80.300, artinya seperempatnya sebesar US$ 20.075. Adapun pendapatan per kapita Indonesia pada 2023, Bank Dunia catat baru sekitar US$ 4.580, menjadikannya bagian dari negara berpendapatan menengah atas atau upper middle income.
Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill mengatakan, proyeksi tersebut bisa terjadi jika pemerintah Indonesia tidak melakukan terobosan besar dalam mendorong peningkatan pendapatan per kapita. Jauh lebih lama dari proyeksi mereka terhadap China yang bisa mencapai titik itu dalam 10 tahun lagi.
"Dengan tren saat ini, China akan membutuhkan lebih dari 10 tahun hanya untuk mencapai seperempat dari pendapatan per kapita AS, Indonesia hampir 70 tahun, dan India 75 tahun," kata Indermit Gill dalam kata sambutannya dalam laporan bertajuk the World Development Report 2024 : The Middle Income Trap, Kamis (1/8/2024).
Bank Dunia menganggap, nasib 108 negara yang masuk ke dalam kategori berpendapatan menengah (dengan PDB per kapita tahunan dalam kisaran US$1.136-US$13.845) sebetulnya akan semakin sulit keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
Penyebabnya, negara-negara yang diantaranya Tiongkok, India, Brazil, dan Afrika Selatan, dan Indonesia itu kini menghadapi tantangan yang lebih sulit dibanding negara-negara yang berhasil keluar dari middle income trap pada era 1970-an.
Dalam dokumen the World Development Report 2024 : The Middle Income Trap yang dirilis Bank Dunia hari ini (1/8/2024), disebutkan tantangan itu di antaranya populasi yang menua dengan cepat, meningkatnya proteksionisme di negara-negara maju, dan kebutuhan untuk mempercepat transisi energi.
Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill mengatakan, kondisi itu diperburuk dengan strategi kuno yang dirancang pemerintahan negara-negara tersebut untuk keluar dari middle income trap, yakni terlalu tergantung pada investasi dan terlalu terburu-buru berinovasi.
"Terlalu banyak dari negara-negara ini yang mengandalkan strategi kuno untuk menjadi negara maju. Mereka terlalu lama bergantung hanya pada investasi, dan mereka beralih terlalu dini ke inovasi," ucap Indermit Gill.
Untuk menghadapi permasalahan itu dan mempercepat waktu meningkatkan pendapatan per kapita, Bank Dunia mengusulkan pemerintah negara-negara berpendapatan menengah untuk mengadopsi strategi fase 3i, yakni investasi, infusi, dan inovasi. Strategi itu di bagi ke dalam tiga fase tergantung kategori pendapatan per kapitanya.
Fase 1i (investasi) ialah khusus untuk negara-negara berpendapatan rendah. Dalam fase ini, negara-negara itu harus fokus untuk merancang kebijakan yang bisa meningkatan investasi, hingga akhirnya mampu masuk ke dalam status negara berpendapatan menengah bawah.
Fase 2i (investasi dan infusi) ialah ketika sudah naik kelas, mereka harus bisa mengkombinasikan investasi yang masuk dengan infusi atau mengadopsi teknologi dari luar negeri untuk dimanfaatkan ke seluruh lini perekonomiannya. Hingga akhirnya naik kelas ke tahap negara berpendapatan menengah ke atas.
Fase 3i (investasi, infusi, dan inovasi) ialah ketika sampai pada tataran pendapatan menengah atas, negara itu tidak lagi boleh mengadopsi atau meminjam ide teknologi dalam kegiatan produksi perekonomiannya, melainkan harus mencapai tahap inovasi, yakni mendobrak batasan-batasan pengembangan teknologi.
Bank Dunia menganggap, Korea Selatan adalah contoh negara yang paling berhasil dalam menerapkan ketiga fase strategi 3i ini. Pada 1960, pendapatan per kapitanya hanya $1.200. Pada akhir 2023, angka itu telah naik menjadi $33.000.
https://www.cnbcindonesia.com/news/2...ntuk-setara-as
ga mungkin cuma 70 tahun, pasti ratusan tahun. amerika terlalu sangat maju, gak bisa dibandingin. lawan jepang aja dulu sesama asia.
Sebagaimana diketahui, pendapatan per kapita AS saat ini di kisaran US$ 80.300, artinya seperempatnya sebesar US$ 20.075. Adapun pendapatan per kapita Indonesia pada 2023, Bank Dunia catat baru sekitar US$ 4.580, menjadikannya bagian dari negara berpendapatan menengah atas atau upper middle income.
Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill mengatakan, proyeksi tersebut bisa terjadi jika pemerintah Indonesia tidak melakukan terobosan besar dalam mendorong peningkatan pendapatan per kapita. Jauh lebih lama dari proyeksi mereka terhadap China yang bisa mencapai titik itu dalam 10 tahun lagi.
"Dengan tren saat ini, China akan membutuhkan lebih dari 10 tahun hanya untuk mencapai seperempat dari pendapatan per kapita AS, Indonesia hampir 70 tahun, dan India 75 tahun," kata Indermit Gill dalam kata sambutannya dalam laporan bertajuk the World Development Report 2024 : The Middle Income Trap, Kamis (1/8/2024).
Bank Dunia menganggap, nasib 108 negara yang masuk ke dalam kategori berpendapatan menengah (dengan PDB per kapita tahunan dalam kisaran US$1.136-US$13.845) sebetulnya akan semakin sulit keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
Penyebabnya, negara-negara yang diantaranya Tiongkok, India, Brazil, dan Afrika Selatan, dan Indonesia itu kini menghadapi tantangan yang lebih sulit dibanding negara-negara yang berhasil keluar dari middle income trap pada era 1970-an.
Dalam dokumen the World Development Report 2024 : The Middle Income Trap yang dirilis Bank Dunia hari ini (1/8/2024), disebutkan tantangan itu di antaranya populasi yang menua dengan cepat, meningkatnya proteksionisme di negara-negara maju, dan kebutuhan untuk mempercepat transisi energi.
Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill mengatakan, kondisi itu diperburuk dengan strategi kuno yang dirancang pemerintahan negara-negara tersebut untuk keluar dari middle income trap, yakni terlalu tergantung pada investasi dan terlalu terburu-buru berinovasi.
"Terlalu banyak dari negara-negara ini yang mengandalkan strategi kuno untuk menjadi negara maju. Mereka terlalu lama bergantung hanya pada investasi, dan mereka beralih terlalu dini ke inovasi," ucap Indermit Gill.
Untuk menghadapi permasalahan itu dan mempercepat waktu meningkatkan pendapatan per kapita, Bank Dunia mengusulkan pemerintah negara-negara berpendapatan menengah untuk mengadopsi strategi fase 3i, yakni investasi, infusi, dan inovasi. Strategi itu di bagi ke dalam tiga fase tergantung kategori pendapatan per kapitanya.
Fase 1i (investasi) ialah khusus untuk negara-negara berpendapatan rendah. Dalam fase ini, negara-negara itu harus fokus untuk merancang kebijakan yang bisa meningkatan investasi, hingga akhirnya mampu masuk ke dalam status negara berpendapatan menengah bawah.
Fase 2i (investasi dan infusi) ialah ketika sudah naik kelas, mereka harus bisa mengkombinasikan investasi yang masuk dengan infusi atau mengadopsi teknologi dari luar negeri untuk dimanfaatkan ke seluruh lini perekonomiannya. Hingga akhirnya naik kelas ke tahap negara berpendapatan menengah ke atas.
Fase 3i (investasi, infusi, dan inovasi) ialah ketika sampai pada tataran pendapatan menengah atas, negara itu tidak lagi boleh mengadopsi atau meminjam ide teknologi dalam kegiatan produksi perekonomiannya, melainkan harus mencapai tahap inovasi, yakni mendobrak batasan-batasan pengembangan teknologi.
Bank Dunia menganggap, Korea Selatan adalah contoh negara yang paling berhasil dalam menerapkan ketiga fase strategi 3i ini. Pada 1960, pendapatan per kapitanya hanya $1.200. Pada akhir 2023, angka itu telah naik menjadi $33.000.
https://www.cnbcindonesia.com/news/2...ntuk-setara-as
ga mungkin cuma 70 tahun, pasti ratusan tahun. amerika terlalu sangat maju, gak bisa dibandingin. lawan jepang aja dulu sesama asia.






viniest dan 3 lainnya memberi reputasi
4
257
29


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan