- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Disinformasi, Propaganda Sayap Kanan & Kebencian yang Picu Kerusuhan di Inggris


TS
megajo
Disinformasi, Propaganda Sayap Kanan & Kebencian yang Picu Kerusuhan di Inggris

KOMPAS.com - Kerusuhan terjadi di berbagai kota di Inggris setelah terjadi peristiwa penikaman yang menewaskan tiga orang anak perempuan di Southport, Merseyside, pada 29 Juli 2024.
Disinformasi, narasi kebencian, dan sentimen rasial menjadi pemicu merebaknya kekacauan. Beredar narasi yang mengeklaim pelaku penikaman tiga anak perempuan itu adalah imigran Muslim.
Para aktivis sayap kanan Inggris turut memperkeruh situasi dengan memobilisasi massa menggunakan narasi anti-imigran dan anti-Muslim.
Masjid, tempat usaha milik Muslim, dan hotel yang menampung pencari suaka di berbagai kota di Inggris menjadi sasaran amuk massa.
Kekosongan informasi
Untuk melawan disinformasi, pihak berwenang Inggris merilis informasi terkait tersangka penikaman. Dilansir dari Mirror, pelaku penikaman adalah remaja berusia 17 tahun bernama Axel Rudakubana.
Axel lahir di Cardiff pada Agustus 2006 dan tinggal bersama orangtuanya di Banks, Lancashire. Ia dibesarkan oleh keluarga pemeluk Kristen asal Rwanda.
Ayahnya merupakan seorang penganut Kristen, dan ibunya digambarkan sebagai orang biasa yang "berjuang keras untuk dapat bertahan hidup".
Sebelumnya, penegak hukum dan media Inggris tidak mengungkap informasi tentang Rudakubana karena ia masih di bawah umur.
Berdasarkan undang-undang perlindungan anak dan remaja yang berlaku di Inggris, pelaku berusia 17 tahun harus dilindungi identitasnya.
Hal ini menyebabkan pengadilan dan kepolisian setempat menjaga identitas pelaku tetap anonim selama beberapa waktu.
Namun, kekosongan informasi ini telah menjadi celah bagi merebaknya disinformasi dan narasi kebencian yang pada akhirnya memicu terjadinya kerusuhan massal.
Menyikapi eskalasi kerusuhan, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer memanggil para kepala polisi dari seluruh negeri untuk sebuah pertemuan darurat pada 1 Agustus 2024.
Starmer mengumumkan pembentukan unit nasional sebagai wadah polisi berbagi informasi intelijen untuk menindak kelompok sayap kanan yang ia sebut "gerombolan perusuh".
"Kelompok sayap kanan menunjukkan siapa mereka; kita harus menunjukkan siapa kita," kata Starmer, dikutip dari The New York Times, 1 Agustus 2024.
"Ini terkoordinasi, ini disengaja, ini bukan protes yang tidak terkendali," tegas perdana menteri yang mulai menjabat pada 5 Juli 2024 ini.
Disebar di media sosial
Sementara itu, kelompok pengawas sayap kanan Hope not Hate menemukan bahwa ajakan untuk memulai kerusuhan diinisiasi oleh pengguna Telegram bernama "Stimpy".
Pengguna tersebut mulai menyebarkan pesan berisi ajakan untuk berkumpul di luar Masjid Southport Islamic Society sejak 29 Juli 2024 petang, beberapa jam setelah insiden penikaman.
Kemudian, Stimpy membuat sebuah grup WhatsApp berjudul "Southport Wake Up" untuk menyebarkan informasi keliru dan mempublikasikan lokasi masjid.
Setelah pesan-pesan tersebut, ratusan pria bertopeng dari seluruh Merseyside dan Wirral menggeruduk masjid pada 30 Juli 2024. Mereka melemparkan batu dan proyektil lainnya.
Serangan tersebut memicu kerusuhan yang menyebar ke berbagai kota, seperti Hull, Liverpool, Stoke-on-Trent, Nottingham, Bristol, Manchester, Blackpool, dan Belfast.
Pada Minggu (4/8/2024), para perusuh menyerbu hotel-hotel yang menampung para pencari suaka di Rotherham dan Tamworth dengan membawa kembang api dan granat asap.
Para perusuh, beberapa di antaranya mengenakan bendera Saint George's Cross, mengepung gedung-gedung tersebut sembari berteriak "bakar".
Dilansir Middle East Eye, Senin (5/8/2024), polisi mengaitkan kerusuhan di Southport dengan kelompok sayap kanan English Defence League (EDL).
Namun, juru bicara kelompok pemantau sayap kanan Red Flare mengatakan, EDL tidak lagi memiliki kemampuan memobilisasi massa seperti 10 tahun yang lalu.
Red Flare mengakui bahwa mantan aktivis EDL, serta anggota cabang-cabangnya seperti Patriotic Alternative dan North East Infidels, telah diidentifikasi dalam beberapa kerusuhan.
Akan tetapi, mereka menekankan bahwa peristiwa-peristiwa belakangan ini terutama didalangi oleh jaringan informal melalui platform media sosial.
"Ini adalah pergeseran dari organisasi formal dan hierarkis menuju bentuk yang lebih informal, berjejaring, dan cair," kata juru bicara Red Flare.
Disinformasi, Propaganda Sayap Kanan, dan Narasi Kebencian yang Picu Kerusuhan di Inggris... Halaman 2 - Kompas.com






tiyoz dan 5 lainnya memberi reputasi
6
532
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan