REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tegal, mengklarifikasi beredarnya Buku Pelajaran Ahlussunnah Waljamaah Ke-NU-an Jilid I untuk Kelas 2 yang diterbitkan oleh RMI PCNU Kabupaten Tegal yang memicu polemic.

Sponsored
Buku tersebut memuat pernyataan sejarah yang disebut tak sesuai dengan fakta. Buku itu menyatakan bahwa salah satu pendiri NU adalah Kakek dari Habib Lutfhi bin Yahya Pekalongan, Yaitu Habib Hasyim bin Yahya.

Sekretaris PCNU Kabupaten Tegal, KH Ahmad Saiful Bahri, menjelaskan buku tersebut sebenarnya sudah beredar enam tahun lalu, sejak kepemimpinan sebelumnya, periode 2016-2021. Jauh hari, sebelum polemik ini mencuat, pihaknya telah menyikapinya dengan menyiapkan tim khusus pengkajian.

Dia mengatakan, buku tersebut selama ini beredar untuk kalangan internal, terutama di lembaga pendidikan NU Wilayah Kabupaten Tegal. Buku tersebut disusun RMI NU Kabupaten Tegal. Dua penulis utamanya, sudah meninggal dunia.

Kendati demikian, pihaknya tetap menelusuri buku tersebut melalui pengurus yang masih hidup.

Terkait peredaran buku itu sendiri, Kiai Saiful menyatakan, pihaknya telah menjalankan instruksi LP Ma’arif NU untuk menarik buku tersebut dari peredaran. “Kita sudah teruskan sudah jelas intruksi penarikan, sudah teruskan ke Ma’arif dann PCNU Tegal,” kata dia kepada Republika.co.id, Selasa (1/8/2024).

Komen TS

Kenapa harus ditarik? Jangan ikut-ikutan kelompok anti Habaib lah. Jangan ikut-ikutan gerakan para wahabi, PKI dan kelompok anti Islam.

Sejarah membuktikan bahwa Habaib adalah klan yang paling berjasa di negeri ini. Leluhur Habib Luthfi Bin Yahya bukan hanya berjasa mendirikan NU dan bahkan banyak yang menjadi pahlawan, wali songo dan raja-raja di Nusantara.

Negara ini merdeka karena perjuangan para Habaib. Habib Usman Bin Yahya adalah salah satunya. Beliau berhasil menjadi mufti Batavia dan memimpin perjuangan dalam merebut Banten, Batavia dan Jabar dari tangan penjajah Belanda. Habib Usman Bin Yahya adalah salah satu moyang Habib Luthfi bin Yahya.