- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Short Story #86 : Bangkrut
TS
ih.sul
Short Story #86 : Bangkrut
Dulu ada sebuah toko yang berdiri megah di kampung ini. Itu adalah bangunan bertingkat pertama yang pernah kulihat. Toko serba ada Haji Saleh adalah favorit kami semua. Selain karena buka setiap hari, kami juga bisa mendapatkan segala kebutuhan hidup dengan pelayanan yang amat ramah.
Haji Saleh dulu orang terkaya di kampung ini. Dia berhasil berangkat haji berkat usaha toko yang dia bangun dari kecil. Tokonya setiap hari ramai oleh pembeli karena barang-barangnya memang sangat lengkap dan sangat jarang ada barang yang kosong.
Namun semua berubah sejak Haji Saleh meninggal. Anaknya, Rosyid, meneruskan usaha toko tersebut dan perlahan-lahan barang-barang yang dia jual semakin sedikit dan pembeli semakin sepi.
Tak ada yang salah dengan Rosyid. Dia anak yang baik dan rajin beribadah. Satu-satunya yang salah hanyalah … dia terlalu baik.
“Syid, minyak dua kilo hutang dulu ya. Besok aku bayar.”
“Syid, tepung sama mentega hutang dulu ya. Nanti kubayar.”
“Syid, pinjam dulu seratus.”
Awalnya cuma satu, lalu kemudian dua dan tiga. Lama-kelamaan orang datang ke toko bukan untuk berbelanja, tapi untuk berhutang. Tentunya tak semua orang berhutang dengan niat untuk membayar. Hutang yang katanya dibayar besok ternyata menjadi hutang untuk ditagih di akhirat.
Tapi begitulah Rosyid, terlalu baik sampai tak tega menagih hutang. Bahkan saat para penghutang itu datang untuk berhutang lagi dia tetap mengijinkan mereka. Perlahan-lahan uang yang harusnya diputar untuk mengisi ulang stok barang mulai menipis dan akhirnya macet. Toko yang dulu menyediakan yang terbesar sampai yang terkecil kini hanya menyediakan barang-barang umum saja.
Pembeli pun terus berkurang, apalagi dengan toko dan minimarket baru yang buka di sana-sini. Barang-barang semakin sedikit, toko semakin sepi, tapi para penghutang terus datang. Tampaknya mereka tahu kalau di toko Rosyid mereka bisa berhutang semaunya. Sesuatu yang tak bisa mereka lakukan di toko lain.
Beberapa pelanggan lama sudah mencoba mengingatkan Rosyid, tapi memang dianya begitu. Entah terlalu baik atau cuma penakut. Akhirnya yang tak terhindarkan pun terjadi. Modal Rosyid habis, tak ada lagi yang bisa dia jual, Toko Haji Saleh resmi gulung tikar.
Dan ke mana perginya para penghutang itu? Entahlah. Mungkin mereka pergi mencari tempat lain untuk berhutang. Yang jelas, Rosyid menutup tokonya dengan kepala tertunduk. Entah apa yang akan ayahnya katakan jika melihat itu.
Rosyid, di umur yang tak lagi muda dan anak-anak yang perlu diberi makan, tampaknya mulai bekerja serabutan. Dulu ayahnya berhasil naik haji dengan kekayaan dari toko, tapi kini dia bahkan tak bisa membiayai anaknya pergi mengaji.
Kasihan memang, tapi begitulah hidup. Orang baik tak selamanya dapat balasan baik juga. Rosyid orang baik yang kebaikannya dimanfaatkan. Toko yang diwariskan ayahnya harus gulung tikar, bangunan toko itu pun dijual untuk biaya hidup. Yang tersisa dari Rosyid kini cuma penyesalan yang terus menghantuinya hingga ke alam kubur.
Selamat tinggal Rosyid. Semoga semua uang yang kau pinjamkan dikembalikan dengan sepantasnya di akhirat kelak.
***TAMAT***
riodgarp dan 34 lainnya memberi reputasi
35
2.6K
32
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan