Kaskus

Story

avsel777Avatar border
TS
avsel777
THE BOUNDLESS
Dia merasa putus asa dengan hidupnya dan terjebak dalam masalah yang tak kunjung mereda, disaat yang sama dia harus menjalani perawatan di rumah sakit karena kesehatannya yang semakin memburuk. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menyerah pada keadaan.

Namun, disaat dia ingin menyerah. Takdir justru punya rencana lain untuknya.
Kecerobohan yang dia lakukan mempertemukannya dengan seorang gadis yang punya kepribadian berlawan dengan dirinya. Semenjak itu mereka berdua mulai dekat dan menjalin ikatan pertemanan.

Perlahan tapi pasti gadis itu merubah cara berpikirnya tentang banyak hal. Dia yang selalu merasa sendirian akhirnya menemukan sedikit kebahagian di ujung harapannya yang hampir menghilang.

“Jika aku tidak bertemu denganmu saat itu, aku mungkin sudah menyerah dengan takdir sialan ini,” ucapnya saat senja kepada gadis itu di taman belakang rumah sakit.


THE BOUNDLESS
=========

001. KECELAKAAN DAN PERTEMUAN

Di dalam ruangan perawatan rumah sakit yang sunyi, seorang anak laki-laki bernama Nevan merasa terperangkap dalam kebosanan setelah tiga bulan lamanya berada di sana. Terbaring di tempat tidur putih, matanya kosong memandangi langit-langit, tak berubah sejak hari pertama dia tiba di rumah sakit.

Dahulu, Nevan adalah seorang anak yang cerdas dan penuh energi. Namun, takdir berkata lain ketika ia di diagnosis menderita penyakit langka yang mengharuskannya menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Meskipun dikelilingi oleh tim medis yang perhatian, kehidupan di dalam dinding rumah sakit membuat Nevan merasa terisolasi dan merindukan kebebasan.

Hampir setiap hari, ia menjalani rutinitas yang sama. Minum obat, menjalani serangkaian tes, dan kembali ke tempat tidurnya. Kebanyakan waktu, ia habiskan di dalam kamar rawatan nya, terpisah dari dunia luar. Melalui jendela kamarnya yang terletak di lantai 2, Nevan sering melihat orang-orang yang lewat, memperhatikan anak-anak bermain di taman rumah sakit, tertawa dan menikmati kebahagiaan di sana. Rindu akan kehidupan normal semakin menghimpit pikirannya, dan kebosanan menjadi hantu yang menghantui nya.

Beruntung, minggu lalu Tuan Oscar, pengacara Ayahnya datang menjenguk dan memberikannya hadiah sebuah Handphone. Walaupun itu tidak mampu menghilangkan kebosanan sepenuhnya, Handphone tersebut memberinya sedikit pelipur lara dari kesepian.

Hari ini setelah kunjungan dokter selesai, dia memiliki cukup waktu luang hingga siang hari. Nevan bergegas mengambil Handphone miliknya dan mulai berselancar di internet, membaca apapun yang dia ingin tahu. Sampai akhirnya dia menyadari sesuatu.

"Aku hampir lupa. Harusnya chapter terbaru keluar hari ini."

"Aku sudah tidak sabar ingin membacanya," ucap Nevan.

Dia lalu hendak menutup aplikasi browser-nya. Namun, tiba-tiba muncul pop-up iklan di layar bertuliskan, "Tidak peduli seberapa kesepian Anda, Agent kami siap membantu Anda."

Nevan awalnya tidak tertarik dan hendak menutup iklan tersebut. Namun, secara tak sengaja, tangannya menekan iklan itu.
Seketika dia dialihkan ke halaman website tersebut. Di sana, dia disuguhkan sebuah tampilan website yang sangat menarik dengan beberapa foto profil agen wanita beserta rating layanan dan testimoni klien.

"Memangnya ada layanan seperti ini?"
"Bukankah ini termasuk tindakan ilegal ya?" katanya sambil iseng melihat profil tiap Agent.

Dia terus saja membaca rating tersebut sampai akhirnya dia menemukan sebuah profil Agent dengan rating yang rendah.

Berbeda dengan yang lainnya, agen ini tidak menampilkan wajahnya. Dia justru memasang foto hamparan bunga di sebuah taman. Lalu matanya tertuju pada testimoni klien yang sudah memesan jasanya. Disana tertulis,


Quote:


Nevan yang membacanya dibuat kaget, betapa jahatnya orang-orang di internet memberikan komentar pada Agent ini.

Karena kasihan dan penasaran, dia lalu melihat harga sewa dari agen ini, kemudian berencana melakukan order jasa berdurasi 5 jam.

Quote:


"Baiklah, aku akan mencobanya. Aku penasaran seperti apa wajah agen ini."
Dia lalu membuat akun, menyelesaikan pengisian data diri, dan melakukan order. Setelah itu, dia menutup browser dan beralih untuk membaca novel online favorit nya di aplikasi lain.

Tak berselang lama kemudian, seseorang mengetuk pintu ruangan nya. Dia yang saat itu masih asik membaca kemudian menyuruh orang itu masuk.

"Masuk," kata Nevan sambil terus saja matanya tertuju pada layar.
"Permisi," ucap seseorang tadi dengan suara yang lembut.

Terlihatlah seorang gadis yang sebelumnya ia pesan. Gadis itu lalu menyapanya dengan ramah, tersenyum lembut, dan matanya penuh keceriaan. Tidak disangka, yang datang anak sekolah biasa. Penampilannya sederhana, rambut hitam diikat rapi dalam kuncir sederhana. Ia mengenakan seragam sekolah dengan blazer yang sedikit longgar, rok plisket panjang, dan sepatu hitam polos.

"Selamat siang, Nevan. Perkenalkan, namaku Alina," kata gadis itu sambil tersenyum.

Nevan terlihat kaget ketika mendengar gadis itu mengetahui namanya. "Darimana kau tahu namaku?" tanyanya heran.

Alina menjelaskan, "Tadi aku bertanya ke resepsionis dan mencari kamar 04. Dia memberitahuku bahwa itu adalah kamarmu dan suster juga menyebutkan namamu. Jadi aku tahu namamu dari situ."

"Ahh begitu," kata Nevan sambil mengangguk mengerti. "Baiklah. Silahkan duduk."
"Terima kasih," ucap Alina sambil duduk.

Nevan sedikit kikuk karena selama 3 bulan ini dia jarang berinteraksi dengan lawan jenis. Sementara itu, Alina terlihat mengamati seisi ruangan.

"Ruangan tempatmu dirawat ternyata cukup luas juga," komentar Alina. Pandangannya kemudian tertuju pada Nevan yang masih memandangnya.

Nevan menjadi sedikit gugup mendengar komentar barusan lalu bertanya dengan panik,

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan penampilanku?"
"Oh, tidak, tidak ada yang salah dengan penampilanmu.”

Nevan sedikit merasa lega mendengar jawaban itu. Tak diduga Arina berjalan ke arah jendela yang berada tepat di samping tempat tidur Nevan. Memandang keluar lalu beberapa saat dia berbalik sambil berkata,

"Mukamu memerah."
Nevan yang panik hanya tersenyum tanpa berkata apapun lagi.

"Sekarang apa yang akan kita lakukan?" tanya Alina.

Wajah Nevan seketika berubah mendengar pertanyaan itu. Dia lalu bangun dan mengambil sebuah amplop dari laci kabinet kecil dekat tempat tidurnya.

"Aku ingin kau membaca ini saat kau sudah pulang," jawab Nevan.
Alina penasaran, "Apa ini?"

Nevan pun menjelaskan, "Ini hanya tulisan tanganku selama aku di sini. Tidak ada yang istimewa."

Alina menerima amplop itu, "Baiklah, lalu apa yang harus aku lakukan di sini?"

Nevan kembali ke tempat tidurnya dan berkata lagi, "Temani aku mengobrol saja sampai waktu kerjamu habis."

Alina terkejut mendengar itu, "Hanya mengobrol saja? Apa aku tidak salah dengar?"

Nevan menjawab dengan mantap, "Memangnya salah?"

"Tidak, biasanya orang menyewa kami untuk menemani kencan, jalan-jalan, atau semacamnya. Baru kali ini aku bertemu dengan klien sepertimu."

Nevan tersenyum, menerima komentar itu. Kemudian, Alina mengambil sebuah kursi kecil di dekatnya dan duduk di samping tempat tidur Nevan.

"Baiklah, kita mau ngobrol tentang apa?" tanya Alina.

Nevan merasa ragu, "Sebenarnya, aku juga tidak tahu mau ngobrol apa."
Alina berpikir sejenak, lalu berkata, "Baiklah, kalau begitu, mari kita lihat apa yang ada di dalam amplop ini."

Alina membuka amplop tersebut, dan terlihatlah dokumen tebal di dalamnya. Nevan sedikit panik melihatnya, tetapi Alina tampak tidak menyadari itu.

"Wah, apa ini naskah novel?" tanya Arina dengan antusias.
"Sebenarnya, aku ingin mencegahmu membukanya, tapi kau sudah lebih dulu melihatnya."

"Aku tidak boleh membacanya?"

"Bukannya tidak boleh, aku hanya ingin kau membaca tulisan ini di rumah."

Alina nampak sedih mendengar itu. Dia lalu hendak memasukkan kembali dokumen itu ke dalam amplop, namun tiba-tiba sebuah kartu ATM jatuh dari amplop tersebut.

"Liatkan, kau lupa menaruh ATM-mu di berkas ini. Untung aku membukanya. Ini milikmu," kata Alina sambil menyodorkan kartu ATM itu.
Nevan menolak, "Tidak, itu sekarang milikmu. Kau bisa mengambil uang sewa ku di ATM itu."

Alina enggan menerimanya, "Maaf, aku tidak bisa menerima ATM ini."
"Kau takut kalau ATM itu kosong? Tidak perlu khawatir. Walau tidak banyak, uang di ATM ku cukup untuk membayarmu."

Alina menjelaskan, "Bukan masalah itu, kenapa kau begitu percaya pada orang yang baru kau kenal?"

Nevan menghela nafas dan berkata,"Percaya padamu itu pilihanku. Membuktikan kalau kau adalah orang yang salah untuk dipercaya itu pilihanmu."

Namun Alina bersikeras menolak itu, "Pokoknya aku tidak mau menerima ini. Aku akan mengembalikan ATM ini setelah mengambil hakku."

"Terserah kau saja. Sekarang, apa yang ingin kita bicarakan?"

Alina menjawab itu dengan tegas, "Aku akan memberitahumu betapa berbahayanya percaya pada orang yang baru kau kenal."

Kemudian, Alina mulai berbicara tanpa henti di hadapan Nevan yang masih duduk di ranjang itu. Sesekali, Nevan mengeluarkan gesture aneh karena merasa seperti sedang dimarahi.

"Berhenti menggaruk sesuatu yang tidak gatal !!!," ucap Alina.

Nevan hanya meringis mendengar itu dan kembali mendengarkan ocehan Alina. Sekali Nevan juga menyampaikan keberatan, dan tak jarang mereka berdua tertawa di tengah obrolan. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Handphone milik Alina berbunyi, menandakan jam kerja Arina sudah habis.

"Sayang sekali waktu kita sudah habis," kata Alina.
"Aku akan ke Lobby sebentar untuk mengambil uang. Setelah selesai, aku akan kembali ke sini," ujar Alina.

Alina melanjutkan, "Berapa PIN-nya?"
Nevan pun menjawab, "Tertulis di belakang kartu itu."
"Baiklah, aku tinggal sebentar," kata Alina.
"Lakukan saja sesukamu, aku juga mau ke toilet," kata Nevan.

Alina keluar dari ruangan itu dan bergegas menuju Lobby, sementara Nevan setelah keluar dari toilet memutuskan untuk tidak langsung kembali ke tempat tidurnya. Dia justru duduk di sofa panjang tempat Alina meletakkan tasnya. Terlihat dari dalam tas Arina yang terbuka, ada sebuah buku tebal dengan cover hitam dan tulisan emas.
Dia tersenyum melihat itu, lalu kembali ke ranjangnya.

---

Di Lobby, Alina sedang mengambil uang dari ATM. Betapa kagetnya dia melihat jumlah uang di ATM Nevan.

"400 Juta Fikso? Aku tidak salah lihat, kan?" bisiknya dengan lirih. Dia kemudian memeriksa saldo sisa dan melihat nilai yang sama.

"Astaga, apa yang kau pikirkan, Nevan?" gumamnya.

Alina bergegas kembali ke ruangan Nevan. Ketika dia sampai di sana, dia memberikan ATM itu tapi anehnya dia tidak mengatakan apapun.

"Bagaimana? Aku tidak menipumu, kan?" tanya Nevan.

"Aku sebenarnya kesal, tapi aku harus segera pulang," jawab Alina dengan ketus.
"Simpanlah ATM ini dan jangan mudah percaya pada orang yang baru kau kenal. Sekarang paham, kan?" kata Alina dengan tegas.
"Baiklah. Hati-hati di jalan," sahut Nevan.
"Tentu, jaga dirimu."
"Lain kali jika kau menyewaku lagi, aku akan membuat perhitungan denganmu," ucap Alina.

Setelah pembicaraan singkat itu, Alina pulang dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.

Sekarang, situasinya kembali seperti semula. Kamar Nevan kembali sepi setelah Alina pergi. Nevan kini sedang berbaring sambil memandangi jendela besar di samping tempat tidurnya.

"Alina, kau ini orang yang baik," gumamnya. Dia lalu mengambil ponselnya dan memberikan rating.

Setelah itu, dia meletakkan kembali ponselnya di laci dan menunggu suster datang mengantarkan makanan.
---

Dirumah, setelah Alina selesai membersihkan diri, dia membuka naskah yang diberikan oleh Nevan dan mulai membaca tulisan tangan Nevan.
"Wah tulisan tangan yang indah"
"Bahkan lebih bagus dari tulisan tangan ku,"gumamnya.
"Euthanasia. Aduh ini artinya apa?. Baiklah, aku baca saja nanti juga aku tau maksudnya," kata Alina.

Dia membaca naskah itu sepanjang malam dalam dingin nya Kota Shinburg yang saat itu turun hujan. Begitu lelahnya setelah seharian beraktifitas, belum lama dia membaca naskah itu, matanya sudah terlelap di atas lembaran naskah.

to be continued...


Note: Fikso adalah mata uang resmi Negara Shinburg. 1 fikso setara dengan 10 ribu jika di konversi ke Rupiah.

ENDING SONG BOUNDLESS




Ingin sekali rasanya aku menggunakan lagu ini untuk ending setiap chapter cerita ini. Lagu yang membuat ku menemukan banyak refferensi bacaan yang bagus. Literatur klasik yang secara tersirat di sisipkan N-buna di setiap lagunya.

Sekaligus sebagai apresiasiku pada idolaku...

Suatu saat nanti aku pasti akan datang di live concert mu. 
avselAvatar border
bukhoriganAvatar border
project2ne1Avatar border
project2ne1 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
728
39
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan