- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ribuan Umat Katolik di NTT Bakal Hadiri Kunjungan Paus di Timor Leste


TS
hendy.qiranada
Ribuan Umat Katolik di NTT Bakal Hadiri Kunjungan Paus di Timor Leste
HENDY QIRANADA posting di Kaskus.id
Oleh: FRANSISKUS PATI HERIN.
22 Juli 2024 12:18 WIB.

Paus Yohanes Paulus II hari Kamis (12/10/1989) tiba di Dili, Timor Timur, dalam rangkaian kunjungannya di Indonesia. Di Lapangan Tasitolu, Dili, Paus memberkati umat dalam misa agung di yang dihadiri 250.000 umat Katolik.
KOMPAS/JAMES LUHULIMA
KUPANG, KOMPAS — Hingga Senin (22/7/2024) pagi, sebanyak 647 orang umat Katolik dari Keuskupan Atambua di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, mendaftarkan diri untuk menghadiri misa yang dipimpin Paus Fransiskus di negara Timor Leste pada September 2024. Di luar daftar itu, diperkirakan ada ribuan umat Katolik dari keuskupan lain di NTT juga akan menghadiri kunjungan Paus Fransiskus ke negeri tetangga.
”Data sementara, yang sudah daftar sebanyak 647 orang dari 22 paroki di dalam wilayah Keuskupan Atambua. Meski sudah ditutup, masih terbuka kemungkinan bagi yang mau daftar,” kata Sekretaris Umum Pusat Pastoral Keuskupan Atambua Yosef ML Hello lewat sambungan telepon pada Senin pagi.
Menurut Yosef, saat ini sedang dilakukan verifikasi paspor pendaftar. Mereka yang belum memiliki paspor akan difasilitasi untuk perekaman paspor. Terkait hal itu, keuskupan sudah berkoordinasi dengan kantor imigrasi setempat.
Paling lama, awal Agustus nanti, perekaman paspor sudah selesai sehingga koordinasi persiapan difokuskan untuk keberangkatan, keberadaan selama di sana, hingga pemulangan. Para umat disarankan berangkat secara berkelompok menggunakan bus, dilarang menggunakan truk atau mobil bak terbuka.
Sebagaimana koordinasi dengan Keuskupan Agung Dili, kata Yosef, umat Katolik dari Indonesia sudah harus tiba Dili satu hari sebelum Paus Fransiskus tiba. Di sana, mereka akan ditempatkan di tenda yang disiapkan tuan rumah. Tempat itu berjarak sekitar 6 kilometer dari Lapangan Tasitolu, tempat Paus memimpin misa.
”Nanti setelah selesai misa, umat Katolik dari Indonesia sudah boleh pulang dan akan difasilitasi untuk kelancaran di gerbang perbatasan. Demi melayani pelintas, gerbang masih terus dibuka,” kata Yosef. Adapun mereka yang ingin bertahan beberapa hari di Timor Leste itu sudah di luar tanggung jawab pihak keuskupan.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum Hak Asasi Manusia NTT Marciana D Jone mengatakan, ia telah menginstruksikan ke semua kantor imigrasi untuk membantu kelancaran penerbitan paspor. Di NTT terdapat empat kantor imigrasi, yakni di Kota Kupang, Atambua di Kabupaten Belu, Maumere di Kabupaten Sikka, dan Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat.
”Nanti petugas imigrasi yang akan datang ke titik yang ditentukan seperti di kompleks keuskupan. Kami akan mendekatkan pelayanan karena tidak semua kabupaten ada kantor imigrasi,” katanya. Di NTT terdapat 22 kabupaten dan kota.
Pilih ke Dili.
Begitu tinggi animo umat Katolik untuk menghadiri misa yang dipimpin Paus Fransiskus di Timor Leste lantaran mereka meyakini akan mendapat berkat dari Tuhan lewat tumpangan tangan Paus yang biasa disebut-sebut sebagai Bapa Suci. Paus adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma dengan jumlah pengikut miliaran orang.
Jika kunjungan ini terwujud, berarti menjadi kesempatan kedua tanah Timor disinggahi oleh Paus. Kunjungan pertama kali terjadi pada tahun 1989 oleh Paus Yohanes Paulus II. Dalam laporan Kompaskala itu, sekitar 250.000 orang menghadiri misa yang dipimpin Paus di Lapangan Tasitolu, Dili.
Kala itu, Dili masih menjadi ibu kota Provinsi Timor Timur, bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, keseluruhan wilayah Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia dan berdiri menjadi negara berdaulat Timor Leste. Proses pemisahan itu melalui jajak pendapat yang terjadi tahun 1999.
”Ini momen langka. Jarang sekali Paus berkunjung ke suatu negara yang jauh dari Roma. Saya akan datang ke Timor Leste. Saya sudah punya paspor,” kata Lesty (30), umat Katolik dari Kota Kupang.
Ia berangkat secara mandiri. Di Dili, ia akan tinggal di rumah temannya.
Tak hanya dari Keuskupan Atambua, banyak umat keuskupan lain juga akan ke Dili. Di NTT terdapat 8 keuskupan. Ada pilihan ke Jakarta tetapi kuotanya dibatasi. Menurut rencana, Paus Fransiskus juga akan memimpin misa di Jakarta.
Pilihan ke Dili dianggap lebih minim biaya. Dari Kota Kupang mereka menumpang bus ke Dili dengan waktu tempuh paling lama 10 jam. Ongkos angkutan pergi-pulang tidak lebih dari dari Rp 800.000 ditambah biaya pembuatan paspor Rp 350.000.Jika ke Jakarta, uang yang disiapkan minimal Rp 8 juta per orang.
Editor: CHRISTOPERUS WAHYU HARYO PRIYO.
Sumber berita: Kompas.id
https://www.kompas.id/baca/nusantara...i-timor-leste?
Quote:
Biaya yang dikeluarkan ke Dili, Timor Leste, jauh lebih murah dibandingkan ke Jakarta. Ribuan orang NTT memilih ke Dili.
Oleh: FRANSISKUS PATI HERIN.
22 Juli 2024 12:18 WIB.

Paus Yohanes Paulus II hari Kamis (12/10/1989) tiba di Dili, Timor Timur, dalam rangkaian kunjungannya di Indonesia. Di Lapangan Tasitolu, Dili, Paus memberkati umat dalam misa agung di yang dihadiri 250.000 umat Katolik.
KOMPAS/JAMES LUHULIMA
KUPANG, KOMPAS — Hingga Senin (22/7/2024) pagi, sebanyak 647 orang umat Katolik dari Keuskupan Atambua di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, mendaftarkan diri untuk menghadiri misa yang dipimpin Paus Fransiskus di negara Timor Leste pada September 2024. Di luar daftar itu, diperkirakan ada ribuan umat Katolik dari keuskupan lain di NTT juga akan menghadiri kunjungan Paus Fransiskus ke negeri tetangga.
”Data sementara, yang sudah daftar sebanyak 647 orang dari 22 paroki di dalam wilayah Keuskupan Atambua. Meski sudah ditutup, masih terbuka kemungkinan bagi yang mau daftar,” kata Sekretaris Umum Pusat Pastoral Keuskupan Atambua Yosef ML Hello lewat sambungan telepon pada Senin pagi.
Menurut Yosef, saat ini sedang dilakukan verifikasi paspor pendaftar. Mereka yang belum memiliki paspor akan difasilitasi untuk perekaman paspor. Terkait hal itu, keuskupan sudah berkoordinasi dengan kantor imigrasi setempat.
Paling lama, awal Agustus nanti, perekaman paspor sudah selesai sehingga koordinasi persiapan difokuskan untuk keberangkatan, keberadaan selama di sana, hingga pemulangan. Para umat disarankan berangkat secara berkelompok menggunakan bus, dilarang menggunakan truk atau mobil bak terbuka.
Sebagaimana koordinasi dengan Keuskupan Agung Dili, kata Yosef, umat Katolik dari Indonesia sudah harus tiba Dili satu hari sebelum Paus Fransiskus tiba. Di sana, mereka akan ditempatkan di tenda yang disiapkan tuan rumah. Tempat itu berjarak sekitar 6 kilometer dari Lapangan Tasitolu, tempat Paus memimpin misa.
”Nanti setelah selesai misa, umat Katolik dari Indonesia sudah boleh pulang dan akan difasilitasi untuk kelancaran di gerbang perbatasan. Demi melayani pelintas, gerbang masih terus dibuka,” kata Yosef. Adapun mereka yang ingin bertahan beberapa hari di Timor Leste itu sudah di luar tanggung jawab pihak keuskupan.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum Hak Asasi Manusia NTT Marciana D Jone mengatakan, ia telah menginstruksikan ke semua kantor imigrasi untuk membantu kelancaran penerbitan paspor. Di NTT terdapat empat kantor imigrasi, yakni di Kota Kupang, Atambua di Kabupaten Belu, Maumere di Kabupaten Sikka, dan Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat.
”Nanti petugas imigrasi yang akan datang ke titik yang ditentukan seperti di kompleks keuskupan. Kami akan mendekatkan pelayanan karena tidak semua kabupaten ada kantor imigrasi,” katanya. Di NTT terdapat 22 kabupaten dan kota.
Pilih ke Dili.
Begitu tinggi animo umat Katolik untuk menghadiri misa yang dipimpin Paus Fransiskus di Timor Leste lantaran mereka meyakini akan mendapat berkat dari Tuhan lewat tumpangan tangan Paus yang biasa disebut-sebut sebagai Bapa Suci. Paus adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma dengan jumlah pengikut miliaran orang.
Jika kunjungan ini terwujud, berarti menjadi kesempatan kedua tanah Timor disinggahi oleh Paus. Kunjungan pertama kali terjadi pada tahun 1989 oleh Paus Yohanes Paulus II. Dalam laporan Kompaskala itu, sekitar 250.000 orang menghadiri misa yang dipimpin Paus di Lapangan Tasitolu, Dili.
Kala itu, Dili masih menjadi ibu kota Provinsi Timor Timur, bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, keseluruhan wilayah Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia dan berdiri menjadi negara berdaulat Timor Leste. Proses pemisahan itu melalui jajak pendapat yang terjadi tahun 1999.
”Ini momen langka. Jarang sekali Paus berkunjung ke suatu negara yang jauh dari Roma. Saya akan datang ke Timor Leste. Saya sudah punya paspor,” kata Lesty (30), umat Katolik dari Kota Kupang.
Ia berangkat secara mandiri. Di Dili, ia akan tinggal di rumah temannya.
Nanti setelah selesai misa, umat Katolik dari Indonesia sudah boleh pulang dan akan difasilitasi untuk kelancaran di gerbang perbatasan. Demi melayani pelintas, gerbang masih terus dibuka.
Tak hanya dari Keuskupan Atambua, banyak umat keuskupan lain juga akan ke Dili. Di NTT terdapat 8 keuskupan. Ada pilihan ke Jakarta tetapi kuotanya dibatasi. Menurut rencana, Paus Fransiskus juga akan memimpin misa di Jakarta.
Pilihan ke Dili dianggap lebih minim biaya. Dari Kota Kupang mereka menumpang bus ke Dili dengan waktu tempuh paling lama 10 jam. Ongkos angkutan pergi-pulang tidak lebih dari dari Rp 800.000 ditambah biaya pembuatan paspor Rp 350.000.Jika ke Jakarta, uang yang disiapkan minimal Rp 8 juta per orang.
Editor: CHRISTOPERUS WAHYU HARYO PRIYO.
Sumber berita: Kompas.id
https://www.kompas.id/baca/nusantara...i-timor-leste?
Tentunya dari NTT ke Dili Timor Leste itu lebih dekat daripada ke Jakarta.

https://timor-leste.gov.tl/?p=37608


https://timor-leste.gov.tl/?p=37608







brucebanner23 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
146
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan