- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pentingnya Mengakui dan Menerima Emosi dalam Mengatasi Toxic Positivity


TS
elvici
Pentingnya Mengakui dan Menerima Emosi dalam Mengatasi Toxic Positivity

ilustrasi
Toxic positivity adalah keadaan di mana kebahagiaan atau optimisme digunakan secara berlebihan hingga mengabaikan atau menutupi pengalaman negatif. Meskipun positif thinking dapat membantu mengatasi tantangan hidup, ketika diaplikasikan secara berlebihan dan tidak tepat, justru dapat berdampak merugikan. Berikut adalah penjelasan tentang toxic positivity, ciri-ciri, dampak terhadap emosi, dan cara mengatasinya.
Apa Itu Toxic Positivity?
Toxic positivity adalah sikap yang selalu berusaha bersikap positif, tidak peduli seberapa sulit situasinya. Ide ini mengharuskan individu untuk menekan atau mengabaikan emosi negatif dan memaksakan sikap optimis, bahkan ketika situasi tidak mendukung. Sikap ini sering kali diiringi dengan penyangkalan atau meremehkan perasaan negatif, seperti sedih, marah, atau cemas. Hal ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara internal (kepada diri sendiri) maupun eksternal (kepada orang lain).
Apa Tanda atau Ciri-ciri Toxic Positivity?
1. Menolak emosi negatif
Seseorang mungkin merasa bersalah atau malu ketika merasakan emosi negatif seperti kesedihan, marah, atau frustrasi, sehingga selalu mengatakan hal-hal positif, meskipun tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Meremehkan masalah
Menganggap masalah yang dialami sebagai hal sepele dan tidak layak mendapatkan perhatian serius. Menganggap bahwa selalu ada sisi positif dari setiap situasi, bahkan ketika situasi tersebut sangat sulit.
3. Menggunakan kalimat klise
Sering menggunakan frasa seperti "semuanya akan baik-baik saja," "tetap positif," atau "jangan khawatir" tanpa memberikan dukungan yang nyata, dan tanpa mendengarkan atau memahami perasaan orang lain.
Apa Dampak Negatif dari Toxic Positivity?
1. Menekan emosi diri sendiri
Toxic positivity dapat membuat kita tertekan untuk selalu merasa bahagia dan positif, sehingga kita tidak dapat memproses dan menyelesaikan emosi negatif dengan cara yang sehat. Menekan emosi negatif secara terus-menerus dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan dan masalah kesehatan mental lainnya.
2. Mengurangi rasa empati
Ketika seseorang mengabaikan perasaan negatif, mereka mungkin juga mengabaikan perasaan orang lain, membuat orang lain merasa tidak didengarkan dan tidak dipahami, yang dapat merusak hubungan interpersonal.
3. Kesulitan mengatasi masalah
Dengan tidak mengakui dan menghadapi masalah secara langsung dapat menyebabkan situasi menjadi lebih buruk karena kita terlena dan tidak mengambil tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Toxic positivity membuat seseorang mengalami kesulitan untuk menemukan solusi yang efektif.
4. Kehilangan validasi diri
Merasa tidak ada tempat untuk berbagi perasaan negatif karena takut dianggap lemah atau tidak bersyukur. Menganggap bahwa hanya emosi positif yang valid dapat membuat seseorang merasa bahwa emosi negatif mereka tidak sah dan tidak penting.
Bagaimana Menghindari Toxic Positivity?
1. Akui dan terima semua emosi
Penting untuk mengakui dan menerima semua emosi, baik positif maupun negatif. Emosi negatif adalah bagian dari kehidupan yang normal dan perlu diproses dengan cara yang sehat. Sadari bahwa emosi negatif adalah bagian alami dari kehidupan dan tidak perlu ditolak atau diabaikan.
2. Dengarkan dan dukung orang lain
Ketika orang lain sedang mengalami emosi negatif, dengarkan dengan penuh perhatian dan berikan dukungan yang mereka butuhkan. Jangan mencoba untuk memaksakan mereka untuk merasa positif. Akui dan validasi perasaan diri sendiri dan orang lain tanpa menghakimi.
3. Fokus pada tindakan yang konstruktif
Toxic positivity mungkin tampak seperti sikap yang baik pada awalnya, tetapi pada kenyataannya, sikap ini dapat berbahaya bagi kesehatan mental diri sendiri dan orang lain. Penting untuk belajar mengakui dan menerima semua emosi. Alih-alih hanya mengatakan hal-hal positif, fokuslah pada tindakan yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah.
4. Latihan mindfulness
Praktik mindfulness dapat membantu seseorang lebih menyadari dan menerima perasaan mereka tanpa penilaian.
Toxic positivity merugikan karena menekan emosi negatif dan memaksakan sikap optimis yang tidak realistis. Demi hidup yang sehat secara emosional, penting untuk menerima dan memproses semua emosi, baik positif maupun negatif. Dengan demikian, kamu dapat mengembangkan keseimbangan emosional yang lebih baik dan hubungan interpersonal yang lebih sehat.
Dan kunci pemungkas toxic positivity dari saya adalah:
Tidak perlu menyangkal kesedihan dan berpura-pura selalu bahagia.
Bahwa tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja.
Tidak perlu menyangkal kesedihan dan berpura-pura selalu bahagia.
Bahwa tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja.
Ref: 1, 2




hugomaran dan BluesMalesT memberi reputasi
2
107
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan