Sumber Gambar

Viral curhatan seorang wanita yang mengaku datanya telah disalahgunakan oleh oknum HRD perusahaan tempat dirinya melamar kerja telah menggemparkan jagat maya. Dalam kisahnya, wanita pelamar ini juga menemukan fakta bahwa namanya dicatut untuk membuat akun rekening salah satu bank hingga terjerat pinjaman online (pinjol). Cerita ini bermula ketika dirinya hendak mencoba promo di salah satu gerai makanan. Saat menginstal aplikasi sebuah bank BUMN, wanita ini justru menemukan fakta tak terduga karena melihat datanya sudah disalahgunakan oleh HRD perusahaan tempat ia melamar pekerjaan untuk meminjam uang dari pinjaman online sebesar 10 juta rupiah. Merasa dirugikan, ia pun bergegas mendatangi bank tersebut untuk mengecek kebenaran datanya yang digunakan tanpa persetujuannya. Setelah laporannya diterima, wanita ini mengaku dihubungi pihak perusahaan yang meminta dirinya untuk tutup mulut.

Cerita akun X deeewrahmawati ini menjadi perbincangan netizen mengenai keamanan data pelamar kerja. Banyak yang merasa prihatin dan marah dengan kejadian tersebut, mengingat betapa mudahnya data pribadi seseorang dapat disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Kasus ini menyoroti pentingnya perlindungan data pribadi dalam proses rekrutmen kerja dan menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas dan tanggung jawab HRD perusahaan. Pengalaman pahit yang dialami wanita ini juga membuka mata banyak orang tentang potensi risiko yang ada ketika memberikan informasi pribadi kepada pihak ketiga. Dalam era digital seperti sekarang, dimana data pribadi sangat berharga, perlu ada langkah-langkah lebih ketat dan transparan untuk memastikan keamanan data pelamar kerja agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Sumber Gambar

Menurut opini TS, data diri seseorang merupakan hal yang sangat penting dan vital dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam proses melamar pekerjaan. Data ini mencakup informasi sensitif seperti nomor identitas, alamat, dan data keuangan yang bisa disalahgunakan jika jatuh ke tangan yang salah. Dalam konteks rekrutmen, peran HRD sangat krusial dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan data pelamar. Sayangnya, dalam kasus yang dialami oleh wanita ini, HRD tidak bekerja secara profesional dan malah menyalahgunakan data pribadi pelamar untuk keuntungan pribadi. Tindakan ini tidak hanya melanggar etika profesional tetapi juga hukum. Kasus semacam ini seharusnya segera dilaporkan kepada pihak berwajib agar mendapatkan penanganan yang sesuai dan pelakunya bisa dihukum.

Namun, korban dalam kasus ini memilih untuk curhat di media sosial X, yang pada satu sisi memberikan awareness kepada publik tentang bahaya penyalahgunaan data, tetapi di sisi lain mungkin mengaburkan jalur hukum yang seharusnya ditempuh. Tindakan perusahaan yang meminta korban untuk tutup mulut justru memperburuk situasi, menunjukkan adanya upaya untuk menutupi kesalahan daripada menyelesaikannya dengan transparan dan adil. Prediksi TS bahwa hal ini sebenarnya sudah dibereskan oleh pihak perusahaan bisa jadi benar, mengingat korban tidak menyebutkan secara gamblang nama perusahaan tempatnya melamar. Namun, tanpa adanya proses hukum yang jelas, masalah ini bisa saja terulang di masa depan dengan pelaku yang berbeda.

Keamanan data pelamar kerja dan integritas proses rekrutmen harus menjadi prioritas utama bagi setiap perusahaan. Kasus ini menjadi pelajaran penting bahwa seleksi dan pengawasan terhadap HRD harus diperketat untuk memastikan mereka bekerja sesuai dengan standar profesional dan hukum. Pelamar kerja juga harus lebih berhati-hati dalam memberikan data pribadi dan memastikan bahwa perusahaan memiliki kebijakan yang jelas tentang perlindungan data. Semoga tidak ada lagi oknum-oknum yang menyalahgunakan data pelamar, dan perusahaan harus meningkatkan keamanan serta transparansi dalam setiap tahap proses rekrutmen untuk mencegah kejadian serupa.

Sumber Valid (baca baik-baik):
Link Referensi 1 , Link Referensi 2