- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Penyebab Harga Obat RI 5 Kali Lipat Lebih Mahal dari Malaysia


TS
kissmybutt007
Penyebab Harga Obat RI 5 Kali Lipat Lebih Mahal dari Malaysia
Penyebab Harga Obat RI 5 Kali Lipat Lebih Mahal dari Malaysia
Muhammad Idris
3–4 minutes
KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin blak-blakan soal penyebab mahalnya harga obat-obatan di Indonesia. Sebab musababnya yakni banyaknya inefisiensi distribusi.
Bahkan menurut Budi, bila dibandingkan dengan Malaysia, harga obat di Indonesia terutama non-generik lebih mahal tiga hingga lima kali lipat. Kondisi ini yang menyebabkan biaya pengobatan untuk sejumlah penanganan penyakit di Negeri Jiran tersebut cukup terjangkau.
"Bahwa perbedaan harga obat itu 3 kali, 5 kali dibandingkan dengan di Malaysia misalnya. 300 persen kan, 500 persen," kata Budi di Jakarta dikutip dari Antara, Minggu (7/7/2024).
Budi mengakui, pajak juga berkontribusi pada harga produk farmasi, namun sebenarnya persentase tidak sesignifikan tata niaganya. Faktor terbesar tetaplah pada inefisiensi perdagangan.
Baca juga: Yakin Bisa Turunkan Harga Obat dan Alkes dalam 2 Minggu, Menkes Siapkan 3 Jurus Ini
"Pajak kan gampangnya paling berapa, pajak kan 20 persen, 30 persen, nggak mungkin, bagaimana menjelaskan bedanya 300 persen, 500 persen. Sesudah kita lihat ada itu tadi, inefisiensi dalam perdagangannya, jual belinya, banyaklah masalah tata kelola, pembeliannya," ujar Budi.
Mantan Dirut Bank Mandiri itu menyebut, masalah mahalnya harga obat-obatan di Tanah Air bisa diatasi dengan transparansi dalam distribusinya maupun pengadaannya.
Selain harga obat-obatan, masyarakat di Indonesia juga harus membayar lebih mahal untuk alat-alat kesehatan (alkes).
Sementara itu mengutip Harian Kompas, pengenaan bea untuk komponen alat kesehatan ataupun biaya-biaya tak terduga membuat industri kesehatan Indonesia sulit bersaing dengan produk impor.
Baca juga: Menkes Minta Produsen Turunkan Harga Obat Terapi Covid-19
"Itu lebih masalah tata kelola dan desain proses pembelian kita itu seperti apa," tutur Budi.
Ia berujar, mahalnya biaya layanan kesehatan juga secara tidak langsung ikut membebani keuangan negara. Pasalnya, nyaris semua layanan kesehatan di Tanah Air saat ini terlayani BPJS Kesehatan.
"Kalau layanan kesehatan ini sekarang hampir semuanya dibayar BPJS. Jadi, balik lagi, kalau (biaya layanan kesehatan) mahal, nanti pemerintah yang akan bayar (mengeluarkan biaya). Itu sebabnya kita harus mencari kombinasi yan semurah mungkin," kata Budi.
Solusi pemerintah
Budi melanjutkan, harga obat-obatan di Indonesia yang harganya sangat mahal dibandingkan negara tetangga adalah jenis non-generik.
"Ada yang lebih murah sih, kalau yang generik kita sebenarnya relatif murah. Tapi kalau yang obat-obat non-generik itu mahal dan sangat mahal," ujarnya setelah rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, Selasa (2/7/2024).
Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?
Budi menyatakan bakal memangkas tata perdagangan obat dan alkes di Indonesia. Sebab, panjangnya rantai perdagangan obat dan alkes selama ini membuat harga obat dan alkes menjadi mahal karena menimbulkan peningkatan harga yang tidak perlu.
"Dalam tata perdagangannya kita itu terlampau panjang rantainya, itu mesti dirapikan," kata Budi.
https://money.kompas.com/read/2024/0...-dari-malaysia
memang lebih murah terbang ke malaysia buat beli obat obatan ketimbang beli di indo
Muhammad Idris
3–4 minutes
KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin blak-blakan soal penyebab mahalnya harga obat-obatan di Indonesia. Sebab musababnya yakni banyaknya inefisiensi distribusi.
Bahkan menurut Budi, bila dibandingkan dengan Malaysia, harga obat di Indonesia terutama non-generik lebih mahal tiga hingga lima kali lipat. Kondisi ini yang menyebabkan biaya pengobatan untuk sejumlah penanganan penyakit di Negeri Jiran tersebut cukup terjangkau.
"Bahwa perbedaan harga obat itu 3 kali, 5 kali dibandingkan dengan di Malaysia misalnya. 300 persen kan, 500 persen," kata Budi di Jakarta dikutip dari Antara, Minggu (7/7/2024).
Budi mengakui, pajak juga berkontribusi pada harga produk farmasi, namun sebenarnya persentase tidak sesignifikan tata niaganya. Faktor terbesar tetaplah pada inefisiensi perdagangan.
Baca juga: Yakin Bisa Turunkan Harga Obat dan Alkes dalam 2 Minggu, Menkes Siapkan 3 Jurus Ini
"Pajak kan gampangnya paling berapa, pajak kan 20 persen, 30 persen, nggak mungkin, bagaimana menjelaskan bedanya 300 persen, 500 persen. Sesudah kita lihat ada itu tadi, inefisiensi dalam perdagangannya, jual belinya, banyaklah masalah tata kelola, pembeliannya," ujar Budi.
Mantan Dirut Bank Mandiri itu menyebut, masalah mahalnya harga obat-obatan di Tanah Air bisa diatasi dengan transparansi dalam distribusinya maupun pengadaannya.
Selain harga obat-obatan, masyarakat di Indonesia juga harus membayar lebih mahal untuk alat-alat kesehatan (alkes).
Sementara itu mengutip Harian Kompas, pengenaan bea untuk komponen alat kesehatan ataupun biaya-biaya tak terduga membuat industri kesehatan Indonesia sulit bersaing dengan produk impor.
Baca juga: Menkes Minta Produsen Turunkan Harga Obat Terapi Covid-19
"Itu lebih masalah tata kelola dan desain proses pembelian kita itu seperti apa," tutur Budi.
Ia berujar, mahalnya biaya layanan kesehatan juga secara tidak langsung ikut membebani keuangan negara. Pasalnya, nyaris semua layanan kesehatan di Tanah Air saat ini terlayani BPJS Kesehatan.
"Kalau layanan kesehatan ini sekarang hampir semuanya dibayar BPJS. Jadi, balik lagi, kalau (biaya layanan kesehatan) mahal, nanti pemerintah yang akan bayar (mengeluarkan biaya). Itu sebabnya kita harus mencari kombinasi yan semurah mungkin," kata Budi.
Solusi pemerintah
Budi melanjutkan, harga obat-obatan di Indonesia yang harganya sangat mahal dibandingkan negara tetangga adalah jenis non-generik.
"Ada yang lebih murah sih, kalau yang generik kita sebenarnya relatif murah. Tapi kalau yang obat-obat non-generik itu mahal dan sangat mahal," ujarnya setelah rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, Selasa (2/7/2024).
Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?
Budi menyatakan bakal memangkas tata perdagangan obat dan alkes di Indonesia. Sebab, panjangnya rantai perdagangan obat dan alkes selama ini membuat harga obat dan alkes menjadi mahal karena menimbulkan peningkatan harga yang tidak perlu.
"Dalam tata perdagangannya kita itu terlampau panjang rantainya, itu mesti dirapikan," kata Budi.
https://money.kompas.com/read/2024/0...-dari-malaysia
memang lebih murah terbang ke malaysia buat beli obat obatan ketimbang beli di indo






aku.hamil.mas dan 6 lainnya memberi reputasi
5
874
71


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan