Di NTT saat ini hanya ada empat kantor imigrasi yang melayani pembuatan paspor bagi warga di 22 kabupaten dan kota.
Oleh : FRANSISKUS PATI HERIN
29 Juni 2024 06:25 WIB.
KUPANG, KOMPAS — Lawatan pemimpin umat Katolik Sedunia Paus Fransiskus ke Dili, Timor Leste, yang direncanakan pada September 2024, diperkirakan akan menarik pergerakan umat Katolik dari Nusa Tenggara Timur. Permintaan dokumen perjalanan bakal meningkat sehingga titik pelayanan paspor di NTT pun akan diperbanyak.
Hingga Sabtu (29/6/2024), Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi NTT terus berkoordinasi dengan pihak gereja Katolik setempat untuk mendata umat yang akan pergi ke Dili. Pendataan itu membantu penentuan lokasi pembuatan paspor.
”Kami sudah menyurati para uskup di seluruh NTT untuk mengumumkan kepada umat. Kami akan terus berkoordinasi untuk membantu mereka yang ingin membuat paspor. Kami perbanyak titik, mendekatkan pelayanan,” kata Kepala Kanwil Kemenkumham NTT Marciana D Jone.
Saat ini, di NTT hanya ada empat kantor imigrasi yang melayani 22 kabupaten/kota. Antara lain Kota Kupang, Atambua di Kabupaten Belu, Maumere di Kabupaten Sikka, dan Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat.
Marciana belum memastikan berapa banyak penambahan titik perekaman paspor yang akan dibuka. Mereka menyesuaikan dengan kebutuhan umat. ”Kemungkinan besar akan ada di Pulau Sumba. Di sana ada empat kabupaten, tetapi belum ada kantor imigrasi,” ucapnya.
Mereka yang ingin mengajukan paspor diharapkan menyiapkan persyaratan yang dibutuhkan. Persyaratan dimaksud adalah kartu tanda penduduk elektronik, kartu keluarga, dan akta kelahiran atau ijazah. Sementara untuk penggantian paspor, pemohon cukup menunjukkan paspor lama dan KTP elektronik. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan paspor baru ataupun perpanjangan sama, yakni Rp 350.000.
Seperti diberitakan sebelumnya, warga di perbatasan Indonesia-Timor Leste berharap agar mereka yang tinggal di perbatasan boleh melintas cukup dengan Pas Lintas Batas seperti yang berlaku selama ini. Mereka yang mendapat hak istimewa itu adalah yang tinggal di perbatasan.
Pemberian Pas Lintas Batas merupakan kebijakan dari Pemerintah Indonesia dan Timor Leste. Alasannya, warga perbatasan memiliki relasi kultural. Pas Lintas Batas tanpa dipungut biaya, cukup rekomendasi dari kepala desa setempat.
Marciana mengingatkan, paspor menjadi dokumen wajib. Adapun penggunaan Pas Lintas Batas selama ini hanya dalam radius kurang dari sepuluh kilometer dari perbatasan, sementara Dili berjarak sekitar 113 kilometer dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Motaain.
MODAL NEKAT.
Berdasarkan informasi yang diperoleh
Kompas, kunjungan Paus Fransiskus bakal menarik ribuan orang dari NTT untuk masuk ke sana. Banyak di antaranya nekat berangkat ke sana melalui ”jalur tikus”. ”Kalau harus urus paspor, banyak warga tidak mungkin mampu bayar. Ada jalur lain yang mudah ditembus,” kata F (56), warga lokal.
Menurut F, mereka nekat ke sana karena kerinduan untuk menghadiri perayaan ekaristi yang dipimpin Paus. Dalam momen itu, mereka akan mendapat berkat. ”Kapan lagi dapat kesempatan berahmat seperti ini? Mungkin sampai tutup usia, kami tidak dapat lagi,” ujar pria tersebut.
Dalam catatan
Kompas, Paus pernah menyapa umat Katolik di NTT dalam rangkaian kunjungan ke Indonesia tahun 1989. Saat itu, Paus Yohanes Paulus II datang ke Maumere, Pulau Flores. Paus juga datang ke Dili yang masih berstatus ibu kota Provinsi Timor Timur, bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Timor Timur berdiri sendiri menjadi negara Timor Leste setelah penentuan pendapat tahun 1999.
Sementara itu, Kepala Pos Lintas Batas Negara Terpadu Motaain Engelberthus Klau mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polri dan TNI untuk membantu pengawasan di gerbang perbatasan. Lonjakan pelintas diperkirakan mulai terjadi sekitar satu minggu menjelang kedatangan Paus. Saat ini, pelintas harian sekitar 700 orang, dan khusus akhir pekan mencapai 1.000 orang.
Editor: MARIA SUSY BERINDRA.
Sumber berita dari Kompas.id
https://www.kompas.id/baca/nusantara...t-diperbanyak?
Jelas, yang masyarakat NTT lebih deket ke Dili Timor Leste daripada ke Jakarta (walau masih satu negara).
Itu warga NTT yang tinggal di radius beberapa kilometer dekat perbatasan Timor Leste sudah biasa
begitu aja masuk ke Timor Leste. Daripada ikut misa di GBK Jakarta, mereka lebih memilih misa di Timor Leste.
NTT secara umum masyarakatnya mayoritas Katolik. Timur Leste mayoritas Katolik hampir 100 persen.