Kaskus

News

User telah dihapusAvatar border
TS
User telah dihapus
Gunung Es Kekerasan Seksual di Pondok Pesantren NTB
 Gunung Es Kekerasan Seksual di Pondok Pesantren NTB


Mataram - Maraknya kasus kekerasan seksual di pondok pesantren (ponpes) di Nusa Tenggara Barat (NTB) bak gunung es. Sejumlah kasus pencabulan dan pemerkosaan itu melibatkan pimpinan ponpes di Bumi Gora, sebutan NTB.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram Joko Jumadi mengungkapkan terdapat tiga kasus pelecehan seksual di dalam pondok pesantren yang terkuak baru-baru ini. "Satu kasus di Sumbawa, satu kasus di Lombok Tengah, dan satu kasus di Lombok Barat," kata Joko, Selasa (11/6/2024).

Menurut Joko, jumlah kasus pelecehan seksual di ponpes bisa saja terus bertambah. Musababnya, para korban tidak segera melapor ke LPA Mataram lantaran mendapatkan tekanan dari banyak pihak. Walhasil, kasus yang terungkap hanya segelintir.

Baca juga:
Polisi Periksa Psikologi 4 Santriwati Korban Pencabulan Pimpinan Ponpes

"Korban ketakutan untuk melapor, takut nama baik ponpes-nya jelek, sampai tidak dipercayai orang tua saat bercerita. Itu jadi alasan korban jadi tidak berani melapor," imbuhnya.

LPA Mataram mencatat ada sembilan kasus kekerasan seksual yang terjadi di dalam ponpes yang tersebar di NTB pada 2023. Rinciannya, tiga kasus pencabulan pria dengan pria, satu kasus pencabulan wanita dengan wanita, dan lima kasus pencabulan berpasangan (pria dengan wanita).


Joko menilai kasus kekerasan seksual di ponpes menjadi hal yang pelik. Ia menyebut tiga korban pelecehan di salah satu ponpes hingga kini tidak berani melaporkan kasusnya ke LPA.

Kasus tersebut, Joko berujar, terjadi di salah satu pondok pesantren di Lombok Tengah yang sebelumnya tidak beroperasi. Belakangan, ponpes itu kembali beroperasi dengan hanya menerima santri atau siswa pria.

Joko berharap Kementerian Agama bisa memberikan solusi agar ponpes yang terindikasi kasus kekerasan seksual segera disikapi. "Banyak ponpes yang tertutup, jadi akses ke sana susah. Kami harap Kemenag serius melakukan pencegahan agar tidak terjadi kasus yang berulang," imbuh pria yang juga Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Universitas Mataram (Unram) itu.
1. Pimpinan Ponpes di Lombok Tengah Cabuli Santri

Seorang pimpinan ponpes di Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah, berinisial HD, diduga mencabuli santrinya. Perbuatan asusila tersebut sudah dilaporkan kepada Polres Lombok Tengah pada Rabu (5/6/2024).

"Nggih (iya), sudah ada laporannya," tutur Kasi Humas Polres Lombok Tengah, Iptu Lalu Brata Kusnadi, kepada detikbali melalui WhatsApp, Senin (10/6/2024).
Baca juga:
Modus Pimpinan Ponpes Cabuli-rudapaksa 4 Santri di Lombok: Transfer Ilmu

Menurut Brata, kasus pencabulan tersebut masih diselidiki oleh Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Sat Reskrim Polres Lombok Tengah. Polisi juga sudah melakukan visum terhadap korban pencabulan.

"Visum sudah kami lakukan di RS Bhayangkara, hasilnya sampai saat ini belum keluar," imbuh Brata.

Polisi, Brata melanjutkan, sudah memanggil empat saksi untuk mengungkap dugaan pencabulan tersebut. Namun, polisi belum bisa meminta keterangan dari HD karena ia tengah beribadah haji.
2. Pimpinan Ponpes di Lombok Barat rudapaksa Santriwati

Kasus pelecehan seksual terhadap santriwati juga terjadi di Lombok Barat. Terbaru, Polres Lombok Barat telah memeriksa psikologi empat santriwati korban pencabulan dan pemerkosaan pimpinan ponpes NQW di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat.

"Kami sudah memeriksa psikologi korban. Ini juga nanti sebagai barang bukti di pengadilan," kata Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Lombok Barat Ipda Dhimas Prabowo, Selasa.
Baca juga:
Tak Hanya di Lombok, Pimpinan Ponpes Cabuli Santri juga Terjadi di Sumbawa

Polisi menyebutkan, tiga santriwati itu dicabuli dan satu dirudapaksa pimpinan ponpes NQW berinisial MA. Selain diperiksa, keempat santriwati korban pencabulan dan pemerkosaan itu juga sudah diberikan pendampingan psikologis agar tidak mengalami trauma.

Tersangka MA, Dhimmas berujar, masih bersikeras membantah pernah mencabuli hingga menyetubuhi satu dari empat santriwatinya. Berdasarkan berita acara pemeriksaan (BAP), MA mengaku hanya mengobati santriwatinya.

"Pelaku ini mengaku pernah disumpah oleh warga. Apa yang dituduhkan itu tidak benar," tambah Dhimas.

Meski begitu, penyidik telah mengantongi hasil visum yang menguatkan tindakan pelaku kepada para korban. "Walaupun tersangka tidak mengakui, biarkan di persidangan yang membuktikan benar atau tidaknya nanti kan," pungkasnya.
3. Pimpinan Ponpes di Sumbawa Cabuli Santri

Kasus pencabulan santri oleh pimpinan ponpes di NTB tidak hanya terjadi di Pulau Lombok. Kasus serupa juga terjadi di Sumbawa.

MZ, pimpinan ponpes di Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa, dilaporkan ke Polres Sumbawa karena mencabuli santrinya berinisial AS (19). Kini, polisi tengah menyelidiki kasus tersebut.

"Masih diselidiki," ucap Kasat Reskrim Polres Sumbawa, Iptu Regi Halili, Selasa.

Regi mengungkapkan kasus dugaan pencabulan pimpinan ponpes terhadap santrinya itu dilaporkan ibu korban ke Polres Sumbawa belum lama ini. Polisi telah memeriksa korban dan sejumlah saksi.

"Semalam juga anggota mencari keberadaan terduga pelaku (MZ) di rumah dan ponpes. Namun, tidak ada di tempat," ungkapnya.

Dugaan pencabulan tersebut terjadi beberapa tahun lalu. Ketika itu, korban berusia 14 tahun dan masih duduk di bangku madrasah tsanawiyah (MTs).

"Baru terungkap dan dilaporkan setelah korban berusia 19 tahun dan sudah tamat di MA ponpes," tutur Regi.
Baca juga:
LPA Mataram Soroti Maraknya Kekerasan Seksual di Ponpes NTB

Sesuai pengakuan korban, Regi melanjutkan, MZ diduga mencabuli korban di rumahnya di Kecamatan Lunyuk. Saat melancarkan aksinya, rumah MZ sedang sepi lantaran istrinya sedang berada di luar daerah.

"Modusnya korban dipanggil untuk membantu membersihkan rumah terduga pelaku karena kebetulan istrinya ke luar daerah. Tak lama setelah itu, korban langsung dicabuli," imbuh Regi


Pesantren Adalah Benteng Ahklaq Bangsa


Quote:



agama yg benar2 mencuci otak sampai rusak akut seperti ini,

anak melaporkan kejahatan seksual kepada orang tua, tapi tidak dipercaya orang tuanya sendiri

lalu mau kemana lagi anak2 harus melapor kejahatan dan kebiadaban ustad2 atau kyai2 mereka sendiri ?

orang tua lebh percaya ustad2 atau kyai2 pesantren yg telah mencabuli anak2 mereka sendiri
Diubah oleh User telah dihapus 19-06-2024 17:07
bobulilAvatar border
xneakerzAvatar border
viniestAvatar border
viniest dan 8 lainnya memberi reputasi
9
243
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan