- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
PARALLEL WORLD


TS
dwianggieprase
PARALLEL WORLD
Prologue
Kak Neil : Benerkan kataku kamu menyukai anak perempuan itu?
Hari ini adalah hari dimana kebanyakan orang2 menuggunya dalam kehidupan mereka masing-masing dan mungkin juga menjadi hari terbahagia dalam kehidupan mereka. Yah hari yg kumaksud itu adalah hari pernikahan. Hari dimana semua orang selalu menantinya dan rela mengeluarkan uang dari puluhan hingga ratusan juta bahkan ada yg yg sampai miliaran rupiah hanya untuk 1 hari itu saja. Katanya sih mumpung sekali seumur hidup. Aku pribadi tidak terlalu setuju dengan pendapat mereka.
Hari ini merupakan hari pernikahanku dengan seseorang perempuan yg sudah lama bersamaku. Dia adalah perempuan yg sangat berharga dalam hidupku dan akupun sangat menyayanginya meskipun tidak 100%. Karena selain “perempuan itu” aku tidak pernah lagi mencintai perempuan lainnya secara mutlak. Dia adalah cinta pertamaku di masa kecil yg pada akhirnya tidak ditakdirkan untuk bersamaku di “dunia ini”. Kenapa aku bilang di “dunia yg ini’’ ? ya karena aku percaya di dunia yg lain atau pararell world disana ada “dunia” dimana aku dengan “dia” bisa hidup bersama dan menikah. Hmmm membayangkannya saja sudah membuatku senang sekaligus iri pada “diriku sendiri” yg berada di dunia itu.
-----------
Chapter 1
1 Juli 2000
Pagi ini adalah hari pembagian raport caturwulan ke 3 seluruh siswa disekolahku. Aku yg pada saat ini telah duduk dibangku kelas 1 SD akan segera menerima raport kenaikan ke kelas 2. Sebelumnya aku sudah belajar dengan sangat giat demi untuk meraih peringkat 1 dikelasku, karena pada caturwulan kemaren aku hanya berhasil menduduki peringkat ke 2 di kelas. Segala daya dan upaya telah aku lakukan mulai dari belajar, berdoa, bahkan aku sampai melakukan sholat sunnah thajjud untuk meminta kepada Nya. Tapi pada akhirnya aku tetap saja hanya mendapatkan peringkat ke 2 dikelas sama seperti caturwulan sebelumnya. Mungkin inilah yang dinamakan takdir.
Kulangkahkan kakiku berjalan menuju sekolah untuk mengambil raport bersama ibuku dan beberapa teman2ku. Sesampainya disekolah aku menunggu rapat para wali murid dan wali kelas dengan duduk berdiam diri di sebuah pohon beringin besar yg terdapat disekolahku sambil melihat anak2 lain bermain bola di lapangan. Kalo menurutku pohon ini mungkin usianya sudah sangat tua dan sudah ada mungkin puluhan tahun jauh sebelum sekolah ini bediri. Tanpa kehadiran pohon tua ini aku yakin lapangan dan sekitarnya pasti akan sangat terasa gersang dan tandus.
Meskipun sudah satu tahun aku bersekolah disini tetap saja aku hanya mempunyai sedikit teman bahkan aku juga tidak hapal dengan seluruh wajah teman satu kelasku. Karena aku juga jarang berinteraksi dengan teman-teman satu kelasku paling-paling hanya dengan teman yg duduk disekitarku saja.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya para orang tua siswa keluar dari ruangan rapat termasuk ibuku. Akupun langsung menghampirinya dan menanyakan perihal berapa peringkatku.
“Masih peringkat 2 nak”! jawab ibuku singkat.
Sedikit kecewa tapi yah mau bagaimana lagi mungkin ini sudah menjadi takdirku.
“Anak perempuan itu Nivans, yg mendapat peringkat 1!” Seru ibu sambil menunjuk salah seorang anak perempuan yg sedang berjalan dilorong sekolah bersama ibunya.
“Heh... rasa-rasanya aku baru pernah melihat anak perempuan itu padahal kita berada dalam kelas yg sama selama satu tahun” gumamku dalam hati. Dia adalah anak perempuan yg cukup bahkan sangat manis menurutku dengan rambut lurus sebahu dan kulit yg putih bersih. Dan sepertinya aku menyukai anak perempuan itu. Tapi karena saat ini aku masih kecil jadi aku tidak menghiraukan perasaanku itu.
Seperti biasanya setelah pengambilan raport sekolahku libur panjang selama 3 pekan. Untuk mengisi liburan keluargaku memilih untuk pulang ke kampung halaman selama libur sekolah. Kami berangkat dari statiun Gambir yg ada di jakarta pusat menuju ke kampung kami yg berada di jawa Tengah menggunakan kereta api Fajar Utama.
Hari setelah dimana aku baru menyadari bahwa “dia” adalah teman sekelasku, sesekali aku mengingat wajahnya yg teramat manis itu. Aku yang bahkan saat ini belum mengetahui namanya merasa heran dengan perasaanku sendiri ini.
Karena kereta api yg akan kami tumpaki belum datang kami menuggu di sekitaran ruang tunggu stasiun. Aku bermain2 sendirian disitu dan melihat-lihat ke sebuah toko buku gramedia di situ. Ternyata ditoko itu menjual komik dari kartun favoritku yaitu |Dragon Ball|. Segera saja aku berlari menuju ibuku dan meminta uangku yg kutitipkan padanya sisa dari uang sakuku setiap hari yg kukumpulkan untuk segera membeli komik tersebut. Setelah mendapatkan uangnya aku berlari kembali menuju toko buku tadi dan langsung membeli komik tersebut.
Setelah membelinya aku berkeliling stasiun sendiri mencari tempat yg enak dan nyaman untuk membaca komik baruku itu. Akhirnya aku menemukan bangku kosong yg agak jauh dan sepi dari lalu lalang orang berjalan dan segera duduk disitu dengan santai. Beberapa menit aku membaca komiku itu dengan serius, aku dikagetkan dengan suara seorang laki2 dewasa yg tiba2 berbicara kepadaku.
Laki2 itu : Hei bocah! Kamu yang namanya Neive Redfield kan
Aku : iya bener, kok kakak bisa tahu namaku padahalkan aku gk kenal kaka.
Laki2 itu : Tahulah aku juga tahu kalau kamu suka dengan teman sekelasmu yg bernama Alessa kan?
Akupun kaget mendengar ucapannya tersebut, Alessa siapa?? Atau jangan-jangan anak perempuan itu bernama Alessa.
Aku : Alessa siapa?? Kata siapa ? enak aja kamu bilang....
Laki2 itu : Alessa itu nama anak perempuan yang mendapat peringkat 1 dikelas kamu. Udahlah kamu gk usah bohong. Kaka tahu semuanya kok tentang kamu! Tenang entar kaka bantu kamu buat deketin dia.
Aku : Ah , nggaklah aku kan masih kelas 2 sd ngapain deketin dia !!
Laki2 itu : sudah kamu dengerin apa kata kaka aja atau kamu akan menyesal di saat kamu dewasa nanti. Dah sampai jumpa lagi. (sambil pergi dan melambaikan tangan dengan membelakangiku)
Diapun menghilang diantara kerumanan orang banyak. Aku masih bingung siapa dia? bagaimana bisa tahu tentang persaanku terhadap Alessa? dan apa maksudnya juga aku akan menyesal saat dewasa nanti. Benar-benar orang yang aneh. Ditengah kebingunganku mengenai siapa dia aku putuskan untuk kembali ke tempat ayah dan ibu berada. Jujur saja aku merasa takut dengan sosok laki2 yg tiba2 hadir dan hilang begitu saja.
Liburan dikampung halamanku berlangsung sangat menyenangkan seperti biasanya. Setiap hari aku lewati dengan bermain bersama teman dan saudaraku disini. Benar2 liburan yg sangat seru dan tanpa terasa waktu 2 minggu pun terlewati begitu saja dengan cepat. Sebenarnya selama liburan 2 minggu ini sesekali aku teringat dengan si anak perempuan peringkat satu dikelasku itu. Aku juga penasaran siapa nama anak perempuan itu apaka benar Alessa namanya?? Sehingga meskipun liburan dikampung halaman sangat seru dan menyenangkan tetapi dilain sisi aku ingin segera kembali masuk sekolah agar bisa berjumpa denganya lagi dan aku juga sangat ini mengetahui siapa sbenarnya namanya.
Tanpa terasa hari ini adalah hari pertamaku duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar. Aku sudah tidak sabar untuk segera berangkat dan berharap bisa segera bertemu dengan dia lagi di kelas. Di hari pertama masuk sekolah ini pasca liburan kenaikan kelas aku dan beberapa temanku berangkat cukup pagi. Kami sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya untuk “membooking” tempat duduk di hari pertama ini. Aku memang tidak mengincar tempat duduk paling depan ataupun dekat dengan meja guru, aku hanya ingin memilih tempat duduk yg cukup strategis menurutku.
Sesampainya disekolah aku dan beberapa temankupun berpisah menuju kelas masing2. Pukul 06.00 aku sudah berada disekolah dan ternyata belum terlalu banyak juga siswa yg berangkat. Kulangkahkan kaki menyusuri lorong sekolah yang sepi ini dan berhenti tepat didepan pintu ruangan yg diatasnya tertulis “Kelas II”. Pintunya masih tertutup rapat tapi tidak terkunci sepertinya akulah sisiwa kelas 2 yg pertama datang kali datang. Setelah mengelilingi kelas kuputuskan untuk memilih bangku baris no 2 kesamping dan urutan bangku no 3 ke belakang. Tempat yg cukup strategis menurutku bisa melihat papan tulis dengan jelas serta tidak terlallu dekat juga dengan guru.
Kumasukkan tasku ke dalam laci meja dan kukeluarkan sebuah buku tulis yg masih sangat baru belum ternoda sedikitpun dan satu buah pen. Kutulis namaku lengkap dengan kelasnya dibuku yg masih kosong itu. Sambil menuggu bel masuk kumain2kan sendiri buku dan pulpen baruku itu. Selang beberapa waktu ada beberapa siswa kelas 2 yg datang dan langsung mencari tempat duduk yg masih kosong. Sebagian ada wajahnya yg menurutku cukup asing dan sebagian ada yg sudah kukenali saat aku dikelas satu dulu. Pandangannku terus mengarah ke pintu kelas berharap anak perempuan itu segera datang.
Hingga aku dikagetkan oleh suara dari seorang teman yg sudah ku kenali sejak kelas 1 yg bernama Harry.
“Disini masih kosong Neivans?” Tanyanya kepadaku.
“Masih kok Harry!” jawabku singkat.
“Aku duduk sini yak?” tanyanya lagi.
“Iya boleh” jawabku singkat.
Akhirnya akupun mendapat teman sebangkuku dikelas 2 ini. Dia adalah teman yg sudah kukenal sejak kelas 1 lalu. Anak yg cukup tinggi untuk ukuran siswa kelas 2 sd dan sifatnya juga lebih dewasa ketimbang anak-anak seumuranya. Diapun duduk disampingku.
Hari sudah cukup siang dan banyak siswa baik dari kelas kami dan kelas lainya yg sudah berdatangan tapi “dia” belum juga datang. Dan hampir semua bangku diruang kelas 2 terisi. Tiba2 datang seorang siswa yg bernama Andreas yg juga temanku sewaktu dikelas 1 dulu menghampiri tempat dudukku dan Harry.
“Aku duduk sini yak Harry?” tanya Andreas kepada Harry.
“yaudah duduk aja” jawab Harry.
“Heh ..??”kenapa dia hanya meminta izin kepada Harry sedangkan tidak kepadaku padahalkan aku yg pertama kali duduk disini, benar-benar seenaknya” Pikirku agak sedkit kesal karena kami jadi duduk bertiga di bangku yg seharusnya diisi oleh 2 siswa saja dan kamipun jadi agak berdesakan.
Ketika bel masuk sekolah tinggal sekitar 5 menitan lagi akhirnya diapun datang dan langsung mencari tempat duduk yg masih kosong. Tampaknya dia agak kebingungan mencari tempat duduk yg masih kosong. Aku yang sebenarnya sudah mengetahui bahwa dia akan duduk persis di depanku pun memanggilnya.
“Heh... sebelah sini masih kosong!” ucapku sambil menunjuk bangku didepanku yg baru diisi seorang siswa perempuan.
Dia lalu mendekati bangku kosong didepanku dan bertanya ke siswa perempuan yg sudah duduk disitu.
“Beneran dsini masih kosong yak?” tanyanya kepada anak perempuan dibangku itu.
“Iya duduk sini aja kamu!” Jawab si anak perempuan itu.
Diapun akhirnya duduk dibangku persis didepanku setelahnya dia menoleh kearahku sambil tersenyum dan mengucapkan “Terimakasih Yah”. Entah kenapa aku merasa benar2 bahagia mendengar ucapan terimakasih darinya.
Sebenarnya kenapa aku tahu dia akan duduk didepanku itu karena saat perjalanan menuju sekolah tadi aku bertemu lagi dengan pemuda misterius itu.
(Sebelumnya)
Pemuda Misterius : Hai, Neivans lama gak ketemu yak?
Aku : Heh ?? Kamu lagi
Pemuda Misterius : hmm namaku bukan kamu, namaku Neils . . .
Aku : oh iya kak Neil. Ada apa?
Kak Neil : Benerkan kataku kamu menyukai anak perempuan itu?
Aku : maksud kaka dia yg mendapat peringkat 1 dikelasku?
Kak Neils : iya tepat. Hari ini dia bakal berangkat agak kesiangan entah karena apa.
Aku : Lalu kenapa?
Kak Neils : nah dia itu bakal mendapat tempat duduk tepat didepan kamu duduk. Dan aku mau saat dia datang dan kebingungan mencari tempat duduk , kamu segera menunjukan tempat duduk kosong didepan kamu!
Aku : Maksudnya gimana ... aku gak ngerti ka?
Kak Neils : Aku juga gk jago kalo masalah ngejelasin sesuatu. Kamu kan cerdas Jadi kamu bakal pham nanti kok. Dah sana berangkat sekarang...
Diapun berlalu begitu saja entah dari dan menuju kemana aku juga tidak tahu. Aku masih bingung maksud ucapanya tadi.
Tepat pukul 07.10 wali kelas 2 memasuki ruang kelas kami. Dia adalah guru yg sangat ramah dan baik menurutku. Namanya adalah Bu Lidya. Setelah salam dan berdoa dia melanjutkan dengan memnggil nama kami satu per satu. Akhirnya aku akan mengetahui siapa nama anak perempuan itu sebenarnya. Dan ketika wali kelas kami memnyebut nama Alessa, diapun mengacungkan jarinya. Heh?!! ternyata namanya adalah Alessa nama yg cocok dengannya dan tepat seperti yang Kak Neil bilang tapi bagaimana dia bisa tahu namanya yak?
Wali kelas : kamu yg kemaren peringkat satu yah Alessa Ashford?
Alessa : Iya bu...
Wali kelas : Hmm hebat udah pinter cakep lagi. Terus yg peringkat 2 nya siapa kemarin?
Semua murid hanya terdiam dan saling memandangi satu sama lain.
“Kamu bukan Harr? tanya Andreas kepada Harry.
“bukan aku peringkat 3 kemarin” jwb harry.
“Terus siapa yak? Andreas.
“Gak tahu dah”Harry.
Akhirnya dengan perasaan malu2 dan grogi akupun mengacungkan jariku lalu semua siswa diruang ini melihat kearahku.
Wali Kelas : Owh kamu ya. Nama kamu Neivans Redfield kan tadi ?
Aku :....iiii...iya bu
Wali Kelas : wah kamu anaknya pemalu yak? Kamu kan anak pinter dan juga ganteng lagi. Pas banget kalau dipasangi sama Alessa yg peringkat 1 hhhaaaha....
Seketika kelaspun menjadi sedikit gemuruh karena candaan wali kelas kami itu.
Wali kelas : Lalu yang peringkat 3nya siapa?
Harry : Saya bu!
Wali kelas : Heh..??!! peringkat 1,2,3 kok kumpul semua disitu duduknya. Bisa makin ketinggalan entar yg lainya kalau gitu..... heheh
Setelah itu perkenalan selesai pelajaranpun dimulai seperti biasanya. Tidak ada hal yg menarik lagi terjadi hari ini hanya hari seperti hari-hari biasa yang lainya. Karena Alessa duduk persis didepanku jadi aku bisa terus memandanginya sesekali sepanjang pelajaran walaupun hanya bagian belakang kepalanya yg tertutupi rambut hitam dan lurus sebahunya yg terlihat olehku.




spaghettimi dan bukhorigan memberi reputasi
2
280
19


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan