Kaskus

Story

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #69 : Buangla Sampah pada Tempatnya
Short Story #69 : Buangla Sampah pada Tempatnya

“Terima kasih sudah berbelanja, silahkan datang kembali!”

Udin membuka botol minuman yang dia beli lalu meminumnya sampai habis dalam satu napas. Hausnya langsung lenyap dengan sensasi dingin air manis yang melegakan tenggorokan. Sambil bersiul-siul dia berjalan ke motornya dan melempar botol minumnya asal saja.

“Mas, jangan buang sampah sembarangan dong!”

Dia menoleh dan mendapati seorang gelandangan yang protes karena botol minuman yang Udin buang mengenainya. Cuek, Udin naik ke motornya dan menyalakan mesin. Betapa terkejutnya dia saat gelandangan tadi sudah mendekat dan menyodorkan sampah itu ke wajahnya.

“Mas, buang sampah itu harus pada tempatnya. Nanti banjir jangan salahin pemerintah.”

“Oi! Urus aja hidupmu sana! Hidup sendiri aja nggak keurus malah ngurusin orang. Minggir minggir minggir!”

Namun gelandangan itu terus mendesaknya untuk memungut kembali sampah miliknya, bahkan sampai menghalangi motornya yang hendak melaju. Hilang sabar, Udin pun menabrak gelandangan itu sampai dia tersungkur di jalanan.

“HEH! RESE BANGET SIH JADI ORANG! KALAU EMANG MAU BUANG SAMPAH YA BUANG AJA SENDIRI! LU PIKIR GUE TUKANG SAMPAH?!”

Udin meludah dan langsung tancap gas meninggalkan area kejadian sebelum memancing terlalu banyak keramaian. Saking kencangnya melaju dia sama sekali tak mendengar ucapan terakhir gelandangan itu.

“Sampah …. Kau itu tempat sampah ….”

***


Udin berbelok dengan mulus memasuki jalan perumahan yang gelap. Lelah rasanya bekerja seharian. Ingin sekali dia merebahkan diri di kasur dan tidur tanpa memikirkan apa-apa. Untungnya besok adalah hari Sabtu, tak akan ada yang peduli jam berapa dia bangun.

Udin berbelok sekali lagi dan melihat rumahnya di ujung jalan. Dia menekan rem dengan pelan saat jalanan berganti dari aspal ke batu. Seolah sudah tahu apa yang perlu dilakukan, tangannya bergerak sendiri memutar stang dan memasuki halaman rumah. Dia pul—

“ASTAGANAGA NGEN*** BANG*** F**K!!!!”

Segala sumpah serapah keluar dari mulutnya ketika gravitasi menariknya turun menghantam kerikil dan lumpur. Suara seretan menyakitkan merupakan tanda motornya terseret dan jatuh ke selokan. Udin mengutuk panjang sebelum akhirnya bangkit berdiri. Tubuhnya sakit, tapi tak ada luka serius. Jatuhnya memang tidak parah.

“Siapa yang buang sampah di sini?!”

Dengan penuh emosi Udin menendang botol plastik yang sudah membuat motornya tergelincir. Botol itu memantul mengenai dinding rumah dan kembali ke kakinya. Sekarang setelah dilihat lagi, itu botol miniman yang sama dengan yang tadi dia minum.

Udin tidak memikirkan hal itu lebih jauh. Dia menarik keluar motornya dan memasuki rumah. Meski ada sedikit insiden, tapi akhir pekan yang nyaman sudah menantinya.

Matahari sudah nyaris di atas kepala saat Udin terbangun. Kebiasaan akhir pekannya itu sama sekali tak berubah. Cuma rasa lapar yang bisa membangunkannya di hari Sabtu. Dengan malas-malasan Udin bangkit dan berjalan ke kulkas. Dia berniat mengambil minuman dingin untuk mengawali hari, tetapi saat dia membuka pintu tumpukan botol minuman kosong langsung meledak membanjiri kakinya.

“BANGS**!!!”

Dia baru saja bangun dan kejadian buruk sudah menimpanya. Siapa yang sudah memasukkan semua sampah ini ke kulkasnya? Adiknya? Atau tetangga?

“Botol semuanya!”

Dengan menggerutu dia memungut botol-botol itu. Setelah kekesalannya hilang Udin baru sadar kalau botol-botol itu tampak familiar. Dia mencoba mengingat-ingat dan kenangannya saat Sd kembali menyala. Betul! Ini minuman botol favoritnya dulu. Katanya mereka bangkrut dan tidak berjualan lagi, tapi kok bisa ada di sini?

Botol-botol itu juga sudah sangat tua. Kotor, basah, penyet, seolah-olah itu sampah dari belasan tahun lalu. Tapi kok bisa?

Udin menggeleng-geleng. Tak ada gunanya memikirkan itu. Apalagi dengan perut yang lapar. Dia membuang semua botol itu ke luar dan bergegas ke meja makan. Namun sekali lagi, tumpukan sampah yang jauh lebih bau dan basah menghujaninya saat dia membuka lemari makanan.

“NGEEEEEEENNNNNNNNNN**********!!!!!!!”

Teriakannya pastilah sampai ke rumah Pak RT. Sumpah serapah Udin sudah menarik perhatian penduduk sekitar. Anehnya, mereka semua membawa sampah.

Belum sempat Udin pulih dari keterkejutan melihat sampah basah sisa makanan keluar dari lemari, dia harus dipusingkan dengan para tetangga yang datang dan pergi begitu saja meninggalkan sampah-sampah mereka di halaman rumah Udin.

Ada yang aneh. Udin merasa masih bermimpi, tapi sampah-sampah di halaman rumahnya tetap tak lenyap meski dia menampar dirinya sendiri. Seolah belum cukup, truk sampah yang biasanya mengangkut sampah di perumahan malah menuang semua isi kontainernya ke rumah Udin.

Rasanya seperti berenang di tengah sampah. Dengan menahan napas Udin berusaha keluar dari kubangan sampah yang mengelilinginya. Bukan usaha yang mudah karena tiba-tiba saja sebuah helikopter yang kebetulan lewat menghujaninya dengan lebih banyak sampah.

Udin langsung berlari saat kakinya menemukan tanah. Udara segar pun tak bisa meredam kepanikan dalam kepalanya. Apa dia benar-benar sudah bangun? Kenapa orang-orang membuang sampah padanya? Apa dia sudah melakukan sesuatu yang membuat orang lain geram?

Karena tidak fokus dia pun menabrak pejalan kaki yang lain. Rasa frustasi Udin semakin memuncak saat menyadari yang dia tabrak adalah gelandangan semalam.

“BANG**T! MAU APA SIH LU?!”

Frustasi yang memuncak menuntut untuk disalurkan. Dengan tangan terkepal sekuat tenaga Udin meninju gelandangan di depannya. Tak sampai kulit mereka bertemu, Udin mundur sempoyongan akibat sampah kaleng yang dilemparkan tepat ke wajahnya. Tak sempat dia marah pada si pelempar sampah lain menghantamnya dari belakang. dengan cepat orang-orang terus melemparinya dengan sampah.

“Buanglah sampah pada tempatnya,” ucap si gelandangan dengan senyum lebar memamerkan gigi-giginya yang hitam. “Buanglah sampah pada tempatnya.”

“Buanglah sampah pada tempatnya! Buanglah sampah pada tempatnya!”

Mereka menyerukan hal yang sama sembari terus melempari Udin dengan sampah. Amarah dan frustasi Udin sudah sepenuhnya lenyap berganti takut. Tanpa memperdulikan apa pun lagi dia berteriak dan berlari sekencang mungkin melarikan diri dari orang-orang yang terus melemparinya dengan sampah seolah dia adalah tempat sampah yang sesungguhnya.

Udin berlari, berlari, dan akhirnya terjatuh. Dia sudah mencapai pinggiran kota, tempat reruntuhan tak berpenghuni yang cuma menjadi tumpukan sampah. Samar-samar Udin mendengar suara dari atas. Saat mendongak dia melihat helikopter itu sudah mengejarnya. Pasti heli itu mau menyiraminya dengan sampah lagi.

Udin kembali berlari, tetapi botol plastik di bawah kakinya membuatnya terjatuh dalam kubangan lumpur. Tak memberinya kesempatan untuk bangkit, tumpukan sampah berhatuhan dari muatan helikopter. Akhirnya Udin hanya bisa berteriak minta tolong, tetapi hanya sampah yang mendatanginya.

***


“Eh eh eh! Jangan buang di situ. Pungut! Ingat apa kata Mama?”

“Buanglah sampah pada tempatnya!”

“Pinter!”

Wanita itu menepuk kepala putranya. Anak itu memungut sampah yang tadi sembarangan dia buang lalu menggenggamnya di tangan. Dia dan ibunya pun berjalan menuju gunungan sampah di pinggir kota. Di sana, anak itu membuang sampahnya.

“Ma, kenapa tempat sampahnya ada di sini? Bukannya harusnya di sini masih bisa ditinggali?”

“Wah, Mama kurang tahu. Sejak dulu sih tempat ini udah jadi tempat sampah. Satu kota buang sampahnya di sini.”

“Ooo …. Tapi Ma, Mama dengar suara aneh nggak dari tempat sampah itu? Suaranya … kayak ada yang minta tolong.”

“Udah nggak usah dengerin. Ingat Nak, sampah itu buangnya di tempat sampah. Kalau buang sampah sembarangan, kau yang jadi tempat sampahnya. Paham?”

Anak itu mengangguk. Bersama ibunya dia berjalan meninggalkan area pembuangan. Anak itu menoleh ke belakang, tapi dengan cepat kembali menatap ke depan. Dia benar-benar yakin mendengar suara orang yang minta tolong.

***TAMAT***
Diubah oleh ih.sul 03-06-2024 11:39
kelomangdaratAvatar border
viensiAvatar border
riodgarpAvatar border
riodgarp dan 8 lainnya memberi reputasi
9
487
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan