Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mnotorious19150Avatar border
TS
mnotorious19150
Makna Menyeramkan di Balik Lagu Propaganda Korut yang Disukai Gen Z


Jakarta -

Ketika Kim Jong-un merilis lagu propaganda terbarunya dua pekan lalu, mungkin dia tidak menyangka bahwa lagu tersebut banyak disukai pengguna aplikasi media sosial TikTok.

Dengan irama synth-electro, lagu bertajuk "Friendly Father" menjadi viral di aplikasi media sosial yang banyak digunakan khalayak Gen Z.

Lagu itu memuji Kim Jong-un yang mengancam akan "memusnahkan" Amerika Serikat, melanggar sanksi PBB, dan meluncurkan berbagai rudal balistik.

"Ayo nyanyikan Kim Jong-un, pemimpin hebat/Mari kita banggakan Kim Jong-un, ayah kita yang ramah," demikian petikan lirik lagu tersebut.

Itu lagu yang sangat bagus, kata sejumlah pengguna TikTok.

"Taylor Swift tidak menyangka akan langsung tersingkir setelah merilis album barunya," tulis salah satu pengguna TikTok dengan nada bercanda.

"Lagu ini pantas mendapat Grammy."

"[Lagu] ini sangat distopia dalam cara yang paling menarik" sebut beberapa komentar di bawah video TikTok tersebut.

Kebanyakan tidak menyadari makna liriknya. Padahal, di balik lagu pop yang ceria itu terdapat sesuatu yang tersembunyi dan lebih menyeramkan, kata para ahli.

Cara menciptakan propaganda yang banyak disukai

"Friendly Father" hanyalah satu dari berbagai lagu propaganda yang dihasilkan oleh para pembuat lagu pop Korea Utara dalam 50 tahun terakhir.

Lagunya ceria, dengan ketukan penuh semangat, dan gampang diingat. Irama dan hook-nya tidak jauh berbeda dengan lagu-lagu pop hits buatan Barat, meski punya ciri khas ala Soviet pada era tertentu.

"Lagu tersebut seperti ditulis oleh [kelompok musik] Abba. Lagunya ceria, gampang diingat, dan kaya rangkaian suara orkestra yang sangat menonjol," kata Peter Moody, analis Korea Utara di Universitas Korea.

Namun ada aturan dasar ketika menulis lagu yang ditujukan untuk menembus pikiran, bukan hanya populer.

Kunci nada mayor? Kunci nada kecil? Komposer harus menulis di dalam ruang yang ditentukan, kata Alexandra Leonzini, seorang sarjana Universitas Cambridge yang meneliti sejarah musik Korea Utara.

Tidak ada ruang untuk lirik abstrak atau pengaturan waktu yang terlalu rumit. Melodi harus sederhana sesuatu yang mudah dipahami orang.

Nadanya harus diatur dalam rentang vokal tertentu sehingga semua orang dapat menyanyikannya.

Tidak ada riff multi-oktaf meskipun Korea Utara mempunyai banyak penyanyi berbakat, kata Leonzini. Massa tidak bisa mengikuti olah vokal berlebihan sehingga yang rumit-rumit harus dihilangkan.

Kumpulan lagu propaganda jarang berisi lagu yang penuh emosi.

"Intinya adalah mereka ingin memotivasi bangsa untuk berjuang mencapai tujuan bersama demi kepentingan bangsa mereka cenderung tidak memproduksi lagu-lagu seperti balada," ujarnya.

Di Korea Utara tidak ada toleransi terhadap seni atau kreativitas di luar kendali negara. Musisi, pelukis, dan penulis yang menghasilkan karya hanya demi kepentingan seni dikategorikan melakukan tindakan ilegal.

"Semua hasil seni di Korea Utara harus memberikan pendidikan kelas bagi warganya dan lebih khusus mendidik mereka tentang mengapa mereka harus merasakan rasa syukur, rasa kesetiaan kepada partai," papar Leonzini.

detik.com
0
198
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan