Selama 3 bulan terakhir ini, aku dibuat khawatir oleh masalah kesehatan yang diderita oleh anak laki-lakiku yang berusia 7 tahun. Bagaimana tidak, anakku sering mengeluhkan sakit kepala kambuhan yang tidak jelas apa penyebabnya. Sakit kepala yang diderita oleh anakku biasanya berlangsung selama 2-6 hari dan selalu kambuh setiap 2-4 hari sekali. Hal ini membuat aku merasa sangat khawatir.

Anehnya, setiap kali aku menyuruh anakku untuk pergi ke dokter, anakku selalu ngotot tidak mau, dengan alasan sakitnya pasti bisa sembuh sendiri.

Lama-lama, aku semakin curiga dengan masalah kesehatan yang diderita oleh anakku. Suatu hari, ketika sakit kepala yang diderita anakku sedang kambuh, aku memaksa anakku untuk pergi ke dokter. Awalnya ia ngotot tidak mau, tetapi aku paksakan dengan sekuat tenaga supaya ia mau.

Ketika dokter memberitahu aku tentang hasil diagnosis anakku, rasa khawatirku langsung berubah menjadi rasa marah yang luar biasa. Sepulang dari dokter, aku langsung memarahi dan memukuli anakku habis-habisan.

Tiga tahun terakhir ini, aku mendapati Bella, anak perempuanku yang berusia 12 tahun, mengidap fobia aneh. Setiap kali aku menyuruh Bella untuk membeli makanan di warung makan atau berbelanja di pasar, Bella selalu ngotot tidak mau. Bahkan, untuk sekadar keluar dari rumah pun Bella selalu ngotot tidak mau. Bella hanya mau keluar rumah ketika ia sedang bersekolah saja.

Lama kelamaan, fobia yang diidap oleh Bella semakin parah. Setiap kali Bella pulang sekolah, Bella selalu mengurung diri di dalam kamarnya. Di dalam kamarnya, Bella hanya sibuk melamun sambil membayangkan beberapa laki-laki berwajah tampan yang sedang dikaguminya. Setiap kali aku menyuruh Bella untuk keluar kamar, Bella selalu melawan. Bella menganggap lingkungan di luar kamar sangat berbahaya untuknya. Aku semakin pusing dibuatnya. Apakah aku perlu menelpon psikiater untuk mengatasi fobia yang diidap oleh Bella?

Sampai akhirnya, pada suatu hari, aku menyuruh suamiku untuk memaksa Bella jalan kaki keluar rumah bertiga bersama aku dan suamiku. Untungnya Bella mau menuruti aku dan suamiku walaupun dengan paksaan dan tekanan. Kami bertiga pun berjalan kaki ke sebuah minimarket yang berjarak sekitar 600 meter dari rumah. Ketika kami bertiga sampai di depan rumah seorang kakek tua yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah, kakek tua pemilik rumah tersebut kebetulan sedang berdiri persis di depan rumahnya. Di depan rumahnya, kakek tua tersebut langsung menyapa kami bertiga dan mengelus kepala Bella. Mulai saat itu, barulah aku mengerti, mengapa Bella sangat ketakutan untuk keluar rumah selama 3 tahun terakhir ini.