- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sejarah yanng melahirkan tiga tokoh idiologi bangsa Indonesia


TS
jihadabdul28
Sejarah yanng melahirkan tiga tokoh idiologi bangsa Indonesia
center]

Tiga jurnalis dan tiga tokoh sejarah
bangsa perjuangan dinegara kita ,mereka terlahir dari seorang jurnalis yang mumpuni tatkala Indonesia dijajah Belanda meskipun berbeda pandangan mereka memperjuangkan kemerdekaan terhusus perjalanan media surat kabar pada masa itu ,
Hos Cokroaminoto adalah bapa pergerakan yang menjadi pimpinan redaksi yaitu oetoesan Hindia. Dan sinar dzawa yang menjadi cikal pergerakan PKi, Semaoen dikala umur 18 tahun menjadi pimpinan redaksi Sinar Djawa-Sinar Hindia, koran Sarekat Islam Semarang.
Semaoen adalah figur termuda dalam organisasi. Pada tahun belasan itu, ia dikenal sebagai jurnalis yang andal dan cerdas. Ia juga memiliki kejelian yang sering dipakai sebagai senjata ampuh dalam menyerang kebijakan-kebijakan kolonial.
1 Mei 1918 berubah nama menjadi Sinar Hindia. Di sini, Semaun juga menjadi redaktur yang sering menulis dan mengkritik pemerintah kolonial serta propaganda untuk melakukan pemogokan di kalangan buruh dan pekerja. Atas tulisan dan propagandany ia terkena delictpers dipenjara selama 4 bukang di Yogyakarta .
Fajar asia juga terbit pertama kali 5 Januari 1923 koran ini merupakan corong koran serikat Islam yang dikelola dikelola oleh HOS Tjokroaminoto, KH Agus Salim, dan Kartosoewirjo. Mereka duduk sebagai pemim pin redaksi dan redaksi dari koran ini.
Sementara para jurnalis yang mengangkat isu idiologi di fajar asia terbit pada edisi 172 29 Juli 1929 dengan tulisan Agus Salim dengan mengecam pemahaman nasionalisme Sukarno yang mementingkan dunia daripada nilai nilai Islam .
Tulisan Salim dibantah Soekarno melalui tulisannya yang diberi judul “Ke Arah Persatoean: Menjamboet Toelisan H.A.Salim”. Menurut Soekarno, nasionalisme Indonesia bukan tiruan dari produk nasionalis barat tetapi nasionalisme yang sesuai dengan budaya timur dan menjujung tinggi nilai-nilai moral.
Meskipun begitu persatuan dari pandangan itu tidak membuat hubungan mereka retak .
Pada edisi Nopember edisi tahun yang sama 1929 Kartosuwiryo menulis pandangannya tentang , nasionalisme,islamisme,internasionalisme ,dan terbit dua kali terbit karna tulisannya sangat panjang edisi ke 255 (3 November 1928) dan berikutnya pada edisi ke 258 (6 November 1928).
Edisi pertama Kartosuwiryo menulis seorang muslim adalah nasionalis sejati. Akan tetapi nasionalisme yang dimaksud adalah nasionalisme yang berdasarkan Islam.
Pada edisi kedua Kartosuwiryo menulis menyatakan bahwa paham internasionalisme juga dikenal dalam Islam sebagaimana yang tersirat dari adanya rukun Islam yang ke lima yakni menunaikan ibadah haji ke Mekkah bagi yang mampu.
Kemudian pada edisi 133 bagian HOS Tjokroaminoto,menulis di fajar asia lebih banyak memfokuskan pembahasan nasionalisme bahwa nabi Muhammad adalah nasionalis sejati dan patriotisme untuk menerapkan syariat syariat Islam , kemerdekaan adalah cita cita tertinggi untuk menjalankan syariat Islam sementara nasionalisme adalah patriotisme untuk menjalankan syariat Islam secara menyeluruh
artinya kemerdekahan setiap pandangan terlahir dari seorang tokoh tokoh jurnalis banyak sekali yang tidak bisa saya tulis karna begitu banyak tokoh kemerdekaan terlahir dari seorang jurnalis .
Jadi jurnalis adalah kebanggan tersendiri dan menghormati jurnalis sama halnya kita menghormati tokoh tokoh sejarah .
Lahirkanlah jurnalis jurnalis yang memiliki pandangan keren berargumen untuk memusatkan pada kemerdekaan sekarang apa yang harus kita capai sebagai jurnalis di era modern ini.
Kutipan dari kata kata Sukarno
"Tulislah tentang aku dengan tinta hitam atau tinta putihmu. Biarlah sejarah membaca dan menjawabnya."
Dan Sukarno juga berpesan kepada kita semua sebagai generasi yang akan memegang tanduk kemerdekaan ,
"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit" karena melawan bangsamu sendiri.
0
172
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan