ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #30 : Toko Kebahagiaan


“Halo Gil, hari ini kau mau beli apa?”

Kakek Sugi tersenyum ramah memamerkan gigi-giginya yang kuning pada Ragil, pelanggan setianya yang sudah seminggu tidak berkunjung. Ragil hanya membalas dengan tersenyum kaku dan Kakek Sugi maklum, bagaimanapun ayah Ragil baru saja meninggal.

Kakek Sugi mengelola sebuah toko serba ada yang selalu dikunjungi Ragil tiap kali dia butuh apa pun. Bagi Ragil toko itu benar-benar serba ada. Bahan makanan, kebutuhan rumah, peralatan sekolah dan kantor, hingga barang-barang yang luar biasa spesifik seperti chip komputer dan gas helium. Bahkan rumornya Kakek Sugil menjual barang-barang khusus dewasa di lantai bawah tanah, tapi dia selalu membantah saat ditanya.

Ragil sering datang kemari. Meski tidak selalu membeli sesuatu tempat ini sempurna untuk cuci mata. Hari ini dia datang tidak untuk membeli apa-apa, dia hanya merasa perlu untuk kembali menjadi dirinya yang biasa.

Kakek Sugi tersenyum tipis dan membiarkan Ragil berjalan-jalan. Ada banyak yang seperti Ragil yang cuma melihat tanpa membeli apa pun dan Kakek Sugi sudah maklum. Dia kembali bekerja seperti biasa dan melayani pelanggan-pelanggan cerewet yang sangat suka meminta diskon.

Saat jam sepuluh malam tiba Kakek Sugi berniat menutup toko dan menyadari Ragil masih ada di sana. Dia cuma menatap barang-barang dengan mata tak fokus. Kakek Sugi tak tega mengusirnya.

“Ayo sini,” ucapnya ke Ragil, “ada barang yang pasti kau suka.”

Betapa terkejutnya Ragil saat dia dibawa ke lantai bawah tanah.

“Ternyata ruangan ini memang ada,” Ragil berdecak kagum. “Jangan-jangan … Kakek menyewakan psk di sini?”

Kakek Sugi tidak menjawab. Dia terus menuruni tangga sampai akhirnya mereka sampai ke sebuah ruangan yang penuh dengan rak tinggi yang terbuat dari kayu. Ragil tidak melihat senjata api atau narkoba seperti yang dia harapkan, yang ada di sana hanyalah botol-botol aneh berisi cairan warna-warni.

“Sedih itu boleh, tapi sebaiknya jangan terlalu lama,” ucap Kakek Sugi tiba-tiba saat tiba di ujung rak. Tangannya menelusuri tiap botol dan akhirnya meraih satu botol berisi cairan kekuningan.

“Apa itu Kek? Kencing kuda?” tanya Ragil bercanda.

“Ini ramuan kebahagiaan,” jawab Kakek Sugi entah bercanda atau tidak. “Siapa pun yang meminumnya akan melupakan semua kesedihan dan hanya bisa merasa bahagia. Harganya sangat mahal, tapi khusus untukmu kukasih satu. Minum di pagi hari dan efeknya akan bertahan sampai malam.”

Ragil hanya mengernyit tak percaya. Kalau benda semacam itu benar-benar ada mengapa dunia ini masih penuh dengan penderitaan?

Meski demikian dia menerima ramuan itu dan pamit pulang. Jarang-jarang Kakek Sugi memberi barang secara gratis. Ragil terus memainkan botol kecil itu di dalam sakunya. Ramuan yang membuat peminumnya bahagia … mungkin Ragil memang membutuhkan kebahagiaan.

Ragil bertanya-tanya, apa sebenarnya yang membuatnya bahagia? Dia melihat para gelandangan yang tidur dalam naungan teras toko dalam perjalanan pulang. Sudah jelas bukan itu yang dimaksud bahagia. Lalu dia melihat seorang pria memasuki hotel dengan dua wanita di sisinya. Yang seperti itu mungkin bisa membuatnya bahagia.

Namun, apa sebenarnya hal yang pernah membuatnya sangat bahagia? Mendapat banyak THR? Mendapatkan pacar? Lulus ujian masuk universitas? Kebahagiaan benar-benar sesuatu yang abstrak untuk diukur.

Namun satu hal yang pasti, semua orang pasti ingin merasa bahagia.

***


“Hari ini kamu masuk kuliah?”

“Hari ini nggak ada kelas, Ma. Mama hari ini kerja?”

“Mama … nggak dulu.”

Keduanya tersenyum dan berharap senyum itu mencapai hati mereka. Jujur saja Ragil merasa khawatir dengan keadaan ibunya. Akan lebih baik jika ibunya menyibukkan diri dengan sesuatu daripada terus memikirkan hal-hal yang membuatnya sedih. Melihat ibunya yang terus merenung membuat Ragil merasa menderita.

“Ramuan kebahagiaan,” bisik Ragil sembari mengangkat botol itu sejajar dengan amtanya. Kalau Kakek Sugi benar maka yang paling membutuhkan kebahagiaan bukanlah Ragil, tapi ibunya.

Akhirnya, tanpa sepengetahuan ibunya, Ragil meneteskan isi botol itu ke kopi ibunya. Dengan perasaan agak was-was dia mengamati efek yang terjadi. Mulanya tak ada apa-apa, tapi perlahan senyum lebar merekah di wajah ibunya.

“Kenapa, Ma?”

“Nggak. Mama cuma keingat pertama ketemu ayahmu dulu. Dulu ayahmu itu anggota geng motor. Dia kecelakaan terus masuk rumah sakit. Mama waktu itu lagi ngerjain skrispi dan butuh narasumber korban kecelakaan, di situlah kami bertemu.”

Meski sudah mendengar cerita itu ratusan kali Ragil tetap tersenyum melihat warna wajah ibunya yang semakin cerah. Tampaknya ramuan itu benar-benar bekerja.
Entah bagaimana tampaknya segala hal menjadi jauh lebih menyenangkan hari itu. Ibunya memilih berangkat kerja dan pulang dengan dua porsi ayam bakar. Ibunya bercerita tentang bagaimana rekan-rekan kerjanya sangat perhatian padanya, bosnya bahkan memberinya kenaikan gaji. Dia merasa semua orang menjadi lebih baik menyenangkan. Hari itu Ragil melihat senyuman terlebar yang pernah ibunya buat.

“Itu cuma kesalahan persepsi,” ucap Kakek Sugi saat Ragil menceritakan semuanya. “Biasanya kita tidak berpikir macam-macam saat berpapasan dengan orang, tapi ramuan itu membuat otak menafsirkan segala hal sebagai positif. Hal-hal positif membuat kita senang dan dari situlah asalnya kebahagiaan.”

Ragil mengangguk paham. Ibunya merasa senang saat melihat Ragil mencuci piring padahal biasanya ibunya tidak mengatakan apa-apa. Siapa yang menyangka kebahagiaan bisa datang dari hal yang amat kecil?

“Tapi tak kusangka kau memberikannya pada ibumu. Apa itu sudah cukup membuatmu bahagia?”

“Ahh, ya … soal itu …. Sebenarnya aku mau minta lagi. Boleh kan?”

Ragil memohon dengan wajah memelas, tapi Kakek Sugi malah memberikan tatapan enggan.

“Buat apa lagi?” tanyanya.

“Besok Mama mau ke nikahan rekan kantornya, aku pengen dia bahagia satu hari lagi saja.”

Kakek Sugi tampak semakin enggan. Ragil sudah mempersiapkan seluruh uangnya jika Kakek Sugi meminta bayaran, tapi di luar dugaan Kakek Sugi malah setuju.

“Biarlah kau belajar sendiri. Kau masih ingat tempatnya kan? Ambil saja sana!”

Ragil mengucapkan terima kasih dan pergi ke ruang bawah tanah sementara Kakek Sugi melayani pelanggan yang baru datang. Di sana dia menemukan sekotak penuh ramuan kebahagiaan dan mengambil satu. Ragil penasaran berapa sebenarnya harga cairan kekuningan itu. Jika satu botol bisa membuat seseorang merasakan kebahagiaan untuk satu hari bukankah lebih baik jika dia mengambil lebih banyak untuk jaga-jaga?

Ragil menoleh ke kanan dan kiri. Dia memang berjanji mengambil satu, tapi jika masih tersisa sebanyak ini Kakek Sugi tidak akan tahu kan?

***


Ragil sama sekali tidak bisa mengeluh selama beberapa hari berikutnya. Semua berjalan dengan indah dan bahagia seolah-olah tak pernah ada duka yang menghampiri keluarga mereka. Ibunya bangun dari tidur, minum kopi, lalu tersenyum lebar dan memuji Ragil atas kopinya yang sangat nikmat.

Tak peduli apa yang Ragil lakukan, ibunya selalu bersikap positif. Saat dia tak sengaja memecahkan piring ibunya malah bersyukur dia baik-baik saja, saat dia ketahuan menonton bokep ibunya hanya tersenyum maklum dan berkata dia sudah besar. Tak ada lagi hal negatif yang perlu dipermasalahkan. Hidup penuh dengan kebahagiaan.

Setiap hari Ragil berpikir, dunia pasti akan lebih indah jika semua orang bisa bahagia hanya dengan secangkir kopi. Tak perlu mempermasalahkan apa pun dan bahagia apa adanya. Mengapa kita mencari masalah dan berselisih saat ada begitu banyak hal di dunia yang bisa kita syukuri?

Hari demi hari berlalu dan Ragil menyadari persediaan ramuan kebahagiaannya sudah habis. Haruskah dia datang lagi ke Kakek Sugi? Tidak, tak mungkin dia memberikannya lagi pada Ragil, apalagi jika dia sadar Ragil sudah mencuri darinya.

Akhirnya Ragil pun memutuskan tidak melakukan apa-apa. Sudah seminggu lebih rumah mereka penuh dengan kebahagiaan, duka itu sudah hilang. Mereka tak memerlukan ramuan itu lagi.

“Pahit.”

Itulah kata pertama yang terucap dari mulut ibunya begitu meminum kopi pagi. Ragil menelan ludah. Dia bisa merasakan sesuatu yang buruk akan datang.

“Gulanya mana?”

“Ahh, maaf. Kemarin lupa kubeli.”

“KAN UDAH MAMA SURUH BELI DARI LAMA?! KENAPA BELUM DIBELI JUGA?!”

Teriakan pertama setelah sekian lama seolah menggetarkan tembok rumah. Ragil meminta maaf dan langsung berlari membeli gula. Ibunya biasanya cuma menambahkan satu sendok teh gula, siapa sangka perbedaan sekecil itu bisa membuatnya marah?

“Ini bau apa sih?” tanya ibunya lagi sedetik setelah Ragil kembali.

“Bau … apa?”

Ibunya mengendus udara dengan raut wajah masam. Perasaan Ragil semakin buruk.

“Kau udah berapa hari nggak mandi sih? Aduh!! Itu baju udah bau bangkai masih aja dipake. MAMA INI CAPEK KERJA TAU! MASA KAMU MASIH HARUS DIINGETIN BUAT MANDI?!”

Pagi itu menjadi pagi yang sangat buruk. Ibunya mengeluhkan segala hal mulai dari giginya yang menguning hingga debu di gagang pintu. Ragil menghembuskan napas lega saat ibunya akhirnya berangkat kerja. Satu jam saja sudah cukup membuat Ragil ingin pindah rumah.

Ragil tidak menyangka efeknya akan separah itu. Padahal ibunya baik-baik saja sebelum meminum ramuan kebahagiaan, tapi kenapa ibunya jadi seperti itu saat berhenti meminumnya? Bukankah harusnya ibunya kembali seperti semula? Rasanya seperti seluruh kebahagiaan yang semula ada di sana hilang bersama ramuan itu.

Saat ibunya kembali ke rumah ocehan-ocehan itu pun dimulai lagi. Dia mengeluhkan teman sekantornya yang tak serius bekerja, bosnya yang tak bisa diandalkan, hingga kerikil yang membuatnya tersandung. Perlahan tapi pasti Ragil melihat ibunya berubah menjadi perwujudan emosi negatif. Rasanya seperti kebahagiaan seminggu penuh yang dia rasakan hanya ilusi semata.

“Sudah kuduga kau mencurinya.”

Kakek Sugi hanya mengangguk saat Ragil menceritakan semua yang sudah dia lakukan. Ragil berlutut dan memohon ampun, tapi Kakek Sugi sama sekali tidak terlihat marah.

“Banyak hal cuma bisa dipelajari kalau dialami sendiri. Aku tahu kau akan mencurinya dan sekarang kau mengerti kenapa aku tidak menjual barang itu.”

Ragil mengernyit tidak mengerti. Kakek Sugi menjelaskan.

“Kebahagiaan dan penderitaan itu cuma masalah perspektif, Anak Muda. Anak yang kelaparan seharian penuh akan bahagia cuma dengan nasi putih, tapi yang biasa mendapat makanan mewah akan marah jika diberi nasi putih. Kau mencecoki ibumu dengan kebahagiaan selama seminggu penuh dan sekarang segala hal kecil akan membuatnya marah. Kau sudah menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk kebahagiaan, karenanya sekarang dia selalu menderita.”

Ragil merasa isi perutnya jatuh ke dasar bumi. Dia sama sekali tidak memikirkan itu. Tak pernah peduli untuk berpikir sedikit lebih jauh.

“Terus … aku harus apa, Kek?”

“Kau sudah merasakan kebahagiaan, Nak. Sekarang kau harus menderita. Cuma yang pernah merasakan penderitaanlah yang bisa merasa bahagia. Itulah hukum alam dan tak ada yang bisa kau lakukan untuk melawan. Rasakanlah penderitaan itu, resapi, dan belajarlah. Kebahagiaan pasti akan datang dengan sendirinya.”

Ada bagian dalam diri Ragil yang tak bisa menerima, tapi pada akhirnya dia menjalankan apa yang Kakek Sugi katakan. Hari demi hari dia bersabar menghadapi kelakuan ibunya. Ragil mencoba yang terbaik demi membuat segalanya sempurna dan perlahan sikap ibunya pun melunak. Dia tak lagi mengeluhkan suara televisi yang berisik, harga beras yang semakin mahal, dan juga tetesan air di luar kamar mandi. Perlahan tapi pasti ibunya mulai tersenyum lagi.

Ragil merasa bahagia dengan satu minggu penuh kebahagiaan itu, tapi satu bulan penderitaanlah yang benar-benar mengajarinya apa arti menjadi bahagia. Jatuh dan bangkit, pahit dan manis. Kebahagiaan hanyalah hasil dari keseimbangan. Layaknya seorang pendaki, mencapai puncak adalah hadiah sesaat, tapi dia harus terus turun dan mendaki lagi. Semua manusia akan terus mengulangi proses itu seumur hidup.

Namun, jika kau ingin kebahagiaan ekstra, tak ada salahnya mengunjungi toko serba ada Kakek Sugi. Dia akan mengajarimu kebahagiaan dengan cara yang tak kau sangka-sangka.

***TAMAT***
ibnusina1453
riodgarp
atalaric
atalaric dan 8 lainnya memberi reputasi
9
741
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan