ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #4 : Surat dari Masa Depan


Namanya Aurel. Nama yang indah, tapi dia tidak mencerminkan namanya. Dia adalah seorang gadis 15 tahun yang selalu menyendiri di sudut kelas. Tingginya biasa saja dan postur tubuhnya juga kecil. Rambutnya panjang dan agak berantakan sehingga wajahnya tidak terlihat jelas. Apalagi dia memakai kacamata yang super tebal.

Aku tak pernah melihatnya bicara. Saat hari pertama masuk Sma dulu aku melihat beberapa anak mencoba bicara dengannya, tapi dalam waktu singkat mereka berhenti mencoba. Mungkin seluruh kelas sudah sampai pada satu kesimpulan yang sama.

Dia orang aneh yang suka menyendiri.

Setiap kali aku datang ke sekolah aku melihatnya sudah duduk di kursinya. Mungkin dia selalu menjadi orang pertama yang datang ke sekolah dan juga orang terakhir yang pulang. Dalam kesempatan langka di mana dia berbicara (seperti saat disuruh guru) terdengarlah suaranya yang pelan dan rintih.

Dia selalu memakai baju lengan panjang dan rok panjang. Sepatu yang dia pakai butut dan tasnya juga begitu. Mungkin dia berasal dari keluarga kurang mampu atau sejenisnya. Di kelas dia tidak pernah berinisiatif untuk bicara pada siapa pun dan kami juga tak pernah mencoba bicara dengannya. Semua mengabaikannya dan menganggapnya tidak ada.

Lalu kenapa aku memperhatikannya? Tidak, ini bukanlah cinta atau semacamnya. Jika bukan karna sesuatu yang aku temukan pagi ini aku tidak akan memperhatikannya sama sekali.

Pagi ini aku menemukan sebuah surat di atas meja belajarku. Surat itu dibungkus dengan amplop putih yang merk nya tak pernah kulihat sebelumnya. Di dalamnya ada sebuah surat dengan tulisan tangan yang aku kenal sebagai tulisanku sendiri.

Quote:


Itulah apa yang tertulis di atasnya. Awalnya aku tidak percaya, aku menganggap itu hanyalah ulah iseng dari orang yang ingin mengerjaiku, tapi prediksi masa depannya benar-benar terjadi.

Ibuku yang amat peduli terhadap kesehatan dan selalu menolak mi instan entah mengapa tiba-tiba memasak mi instan untuk sarapan pagi ini. Saat aku bertanya dia bilang bahwa bahan makanan habis dan cuma itu yang tersisa.

Aku menganggap itu hanyalah kebetulan saja, tapi saat aku membuka pintu rumah hendak berangkat ke sekolah aku langsung bertatapan dengan Ami.

“Selamat pagi!” ucapnya dengan semangat tinggi seperti biasa.

Ami adalah tetanggaku sejak lahir dan kebetulan juga sekelas denganku. Sekolah kami agak jauh jadi dia biasa menumpang motorku untuk berangkat ke sekolah. Fakta bahwa dia menyapaku bukanlah hal yang mengejutkan karna setiap pagi kami juga saling sapa, tapi khusus hari ini aku memperhatikan rambutnya. Rambutnya masih basah.

“Kau baru mandi ya?”

“Ah, iya. Entah kenapa air kami mati semalam dan baru nyala sesudah sarapan.”

“Hmm....”

Sudah dua kejadian, itu masih bisa dianggap kebetulan. Di tengah perjalanan mau tidak mau aku terus memikirkan hal tersebut. Jika yang tertulis di surat itu benar maka di gerbang sekolah akan ada guru yang berjaga.

Dan ternyata benar ada. Guru bk dengan gunting di tangannya.

***


Setelah melalui serangkaian tahap yang menakutkan aku pun dilepas oleh guru bk dengan rambut yang tidak rata. Pelajaran pertama adalah matematika. Persis seperti yang tertulis, guru matematika tidak masuk hari ini.

Sudah 4 kejadian beruntun. Dengan begini aku tak lagi bisa menganggapnya sekedar kebetulan. Karna itulah aku mulai lebih memperhatikannya.

Meski begitu aku merasa dia normal-normal saja. Meski diam dan tak diperhatikan dia tidak terlihat seperti orang yang hendak bunuh diri. Namun aku tetap penasaran mengapa dia seperti itu.

“EH Ami, aku ada urusan jadi hari ini kau pulang sendiri ya.”

“Ha?”

“Kau bawa aja motorku. Jangan ditabrakkan ya.”

Dia mengeluh tapi akhirnya setuju. Aku melihatnya pulang terlebih dahulu sementara aku tetap di kelas.

Aurel selalu menjadi yang terakhir meninggalkan kelas. Mungkin karna dia tak ingin berpapasan dengan orang lain jadi dia memilih untuk menunggu semua orang pulang lalu pulang dalam kesendirian.

“Kau nggak pulang?” Tanyaku padanya begitu aku hendak keluar dari kelas.

Dia tampak terkejut dan melihatku sesaat lalu langsung menolehkan pandangannya. Aku melihat dia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Aku diam sesaat lalu memutuskan keluar kelas. Meski demikian aku tidak pulang, aku menunggu di balik pohon yang mengarah langsung ke gerbang keluar. Dengan ini aku bisa melihatnya bila dia pulang.

Aku tak tau apa yang membuatku melakukan hal itu, mungkin karna aku benar-benar mengenal diriku. Aku bukanlah orang yang penakut maupun gampang terpengaruh jadi bila diriku di masa depan sampai mengirim surat seperti ini maka ini pasti masalah serius.

Sepuluh menit aku mengamati kupu-kupu yang hinggap di serbuk sari sampai dia muncul. Dia berjalan dengan hati-hati seolah tak ingin sepatunya yang kebesaran sampai terlepas. Rambutnya yang kering dan berantakan itu tertiup angin tapi tidak memberi kesan yang indah.

Sepelan mungkin aku melangkah mengikutinya sambil mencoba untuk tidak ketahuan. Setiap suara langkahku seolah diperbesar sepuluh kali saat mengendap-ngendap di gang sempit agar tidak kehilangan jejaknya.

Dia membawaku berputar mengelilingi kota dengan berjalan kaki. Entah apa tujuannya tapi dia tidak terlihat seperti ingin pulang ke rumah. Pada akhirnya dia berhenti di salah satu ruang terbuka hijau dan duduk di kursi taman yang disediakan.

Cukup lama dia di sana. Setelah beberapa saat aku mendapat ide cemerlang. Akhirnya aku keluar dari persembunyianku dan mendekatinya seolah kami bertemu secara kebetulan.

“Lo, Aurel?”

Dia menatapku, atau begitulah yang kukira. Wajahnya mengarah kepadaku meski aku tak bisa melihat arah matanya dari balik rambut yang seperti disengaja agar menutupi wajahnya.

“Boleh aku duduk?”

Dia mengangguk setelah diam agak lama. Aku duduk dan memasang sedikit jarak di kursi panjang itu agar dia tidak merasa aku mencoba terlalu dekat dengannya.

“Kau kok belum pulang?” aku bertanya.
Dia tidak menjawab. Dia malah mencengkram roknya dan membuat posisi seolah ingin segera kabur. Aku tidak mendesaknya lebih jauh karna tak ingin dia curiga. Bagaimanapun dia ini memang misterius. Aku tak tau apa pun tentangnya.
Pada akhirnya aku tetap duduk diam di sana meski dia sudah pergi tanpa mengatakan apa pun.

***


Keesokannya dia tidak datang ke sekolah. Guru bilang dia sakit jadi aku tidak begitu khawatir meski aku tetap memikirkan apa yang tertulis di dalam surat dari masa depan itu.

Masalahnya adalah mengapa Aurel memilih kelas ini sebagai tempat bunuh dirinya? Ada banyak tempat untuknya agar bisa mati dengan tenang, tapi kenapa kelas ini? Apa dia ingin membuat kepanikan besar atau dia memang ingin menghantui kelas ini?

“Sin, kau ketua kelas kan? Bisa antarkan ini ke rumah Aurel?” Tanya guru wali kelasku.

“Bisa sih, tapi aku tak tau rumahnya.”

“Aku akan memberitahumu.”

Hari ini kami mendapatkan formulir seputar spp dan pemberitahuan pada orang tua dan itu memang harus segera ditanda tangani, tapi karna Aurel tidak datang seseorang harus mengantar formulir itu ke rumahnya dan tanggung jawab itu jatuh padaku sebagai ketua kelas.

“Let’s go!” seru Ami begitu dia sudah ada di kursi belakang motorku.

Dia memang selalu pergi dan pulang ke rumah bersama denganku. Untungnya alamat yang tertera di kertas searah dengan rumah kami.

“Eh, kenapa stop?” Tanya Ami begitu aku menemukan rumah Aurel.

“Ada titipan buat Aurel dari wali kelas,” jawabku sederhana.

Aku meminta Ami menunggu di pinggir jalan. Rumah Aurel terlihat biasa saja seperti rumah-rumah di dekatnya, tapi entah mengapa aku merasakan aura aneh dari rumah ini. Rasanya seperti rumah yang tidak berpenghuni.

Aku mengetuk pintu rumah tiga kali, tidak ada jawaban. Aku mengetuk lagi dengan lebih keras tapi tetap tidak ada jawaban. Saat aku hendak mengetuk untuk terakhir kalinya aku mendengar suara langkah kaki menuruni tangga dan pintu pun terbuka.

Yang berdiri disana adalah wanita yang cantik. Butuh beberapa saat sampai aku sadar kalau itu adalah Aurel. Mungkin karna tak adanya kaca mata tebal yang biasa dia pakai atau karna rambutnya tidak menutupi wajah membuatku bisa melihat wajahnya dengan jelas.

“Ah, maaf. Ini ada formulir dari sekolah.”

Aku menyerahkan formulir tersebut padanya. Dia menatapku dengan ekspresi terkejut dan juga panik. Aku menyadari pakaian yang dia pakai terlihat berantakan seolah dipakai dengan buru-buru.

“Te-terima kasih,” ucapnya pelan.

“Tidak masalah. Ngomong-ngomong kau absen kenapa? Sakit?”

“Y-yah. Demam,” jawabnya singkat.

Kemudian terdengar suara teriakan dari lantai atas yang memanggil Aurel. Dia terkejut bak disengat ubur-ubur sebelum berterima kasih sekali lagi dan menutup pintu. Meski pintu sudah ditutup aku masih bisa mendengar suara berat itu memanggil dari atas. Nampaknya ayahnya sedang marah besar.

Aku kembali ke Ami yang nampak tak sabaran. Tanpa basa-basi aku langsung menyalakan motor dan pergi dari tempat itu.

“Menurutmu, si Aurel itu gimana?” Tanyaku begitu kami sudah sampai di rumah.

“Eh, gimana ya? Aku bahkan nggak pernah ngobrol sama dia. Kalau dia memang nggak mau ya nggak usah dipaksa berteman.”

“Dia gitu ke semua orang?”

“Iya. Aku nggak pernah lihat dia ngomong. Pakaiannya juga aneh. Eh tau enggak, dulu aku pernah nggak sengaja lihat tangannya. Kan dia biasa pakai lengan panjang tuh, nah disitu aku ngelihat bekas luka mirip cambukan gitu. Kayaknya dia disiksa deh di rumah.”

Kdrt? Itu cukup mengejutkan. Apa jangan-jangan itu penyebabnya bunuh diri?

Keesokan harinya dia sudah kembali masuk sekolah dan seperti biasa dia tak berbicara pada siapa pun. Tidak ada yang berubah dari perilakunya dan semuanya berjalan seperti biasa.

Menurut surat tersebut dia akan bunuh diri 5 hari dari sekarang, tepatnya hari senin, di ruangan kelas. Satu-satunya hal yang bisa aku pikirkan sebagai alasannya untuk bunuh diri adalah kekerasan yang mungkin dia alami. Di kelas dia tidak diganggu dan nampaknya tak ada yang membencinya juga jadi masalahnya pasti berasal dari rumah.

Meski begitu aku tak tau harus bagaimana untuk mencegahnya bunuh diri. Apa sebaiknya kutunggu hingga hari senin dan mencegahnya disana? Ya, kurasa seperti itu saja.


***
Diubah oleh ih.sul 24-01-2024 11:45
hamudaoki989
viensi
bonek.kamar
bonek.kamar dan 9 lainnya memberi reputasi
10
910
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan