- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Negara Tetangga Surplus Beras pada 2023, Indonesia Defisit


TS
nada.sela
Negara Tetangga Surplus Beras pada 2023, Indonesia Defisit
Quote:
Surplus/Defisit Beras di Negara Asia Tenggara menurut USDA (2023)*

Menurut data United States Department of Agriculture (USDA), sejumlah negara Asia Tenggara meraih surplus beras pada 2023.
Surplus ini terlihat dari angka produksi beras yang lebih tinggi ketimbang konsumsinya.
Surplus terbesar diraih Thailand. Pada 2023 Negeri Seribu Pagoda ini memproduksi beras 20,9 juta metrik ton, sedangkan konsumsinya 12,5 juta metrik ton.
Dengan demikian, mereka memiliki kelebihan produksi atau surplus beras sekitar 8,4 juta metrik ton.
Surplus serupa diraih oleh Vietnam dan Kamboja.
Pada 2023 Vietnam memproduksi beras 26,9 juta metrik ton dan konsumsinya 21,4 juta metrik ton, sehingga ada surplus 5,5 juta metrik ton.
Kemudian Kamboja memproduksi beras 5,93 juta metrik ton dan konsumsinya 4,05 juta metrik ton, menyisakan surplus 1,88 juta metrik ton.
Sementara itu, Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara dalam basis data USDA yang produksi berasnya lebih rendah dibanding konsumsi, atau mengalami defisit.
Menurut USDA, pada 2023 produksi beras Indonesia mencapai 34 juta metrik ton, sedangkan konsumsinya 35,7 juta metrik ton, sehingga ada defisit sekitar 1,7 juta metrik ton.
Angka yang tercatat dalam laporan USDA ini merupakan data produksi dan konsumsi beras giling (milled rice), yakni beras utuh atau beras yang sebagian lapisan kulitnya sudah dipisahkan (beras pecah kulit), dengan kadar kotoran/batu/gabah maksimal 10%.

Menurut data United States Department of Agriculture (USDA), sejumlah negara Asia Tenggara meraih surplus beras pada 2023.
Surplus ini terlihat dari angka produksi beras yang lebih tinggi ketimbang konsumsinya.
Surplus terbesar diraih Thailand. Pada 2023 Negeri Seribu Pagoda ini memproduksi beras 20,9 juta metrik ton, sedangkan konsumsinya 12,5 juta metrik ton.
Dengan demikian, mereka memiliki kelebihan produksi atau surplus beras sekitar 8,4 juta metrik ton.
Surplus serupa diraih oleh Vietnam dan Kamboja.
Pada 2023 Vietnam memproduksi beras 26,9 juta metrik ton dan konsumsinya 21,4 juta metrik ton, sehingga ada surplus 5,5 juta metrik ton.
Kemudian Kamboja memproduksi beras 5,93 juta metrik ton dan konsumsinya 4,05 juta metrik ton, menyisakan surplus 1,88 juta metrik ton.
Sementara itu, Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara dalam basis data USDA yang produksi berasnya lebih rendah dibanding konsumsi, atau mengalami defisit.
Menurut USDA, pada 2023 produksi beras Indonesia mencapai 34 juta metrik ton, sedangkan konsumsinya 35,7 juta metrik ton, sehingga ada defisit sekitar 1,7 juta metrik ton.
Angka yang tercatat dalam laporan USDA ini merupakan data produksi dan konsumsi beras giling (milled rice), yakni beras utuh atau beras yang sebagian lapisan kulitnya sudah dipisahkan (beras pecah kulit), dengan kadar kotoran/batu/gabah maksimal 10%.
Negara Tetangga Surplus Beras pada 2023, Indonesia Defisit (katadata.co.id)
Quote:
Sama-sama Kena El Nino, Kenapa Thailand Masih Bisa Ekspor Beras?
Jakarta, CNN Indonesia -- El Nino yang terjadi sejak Juli 2023 memicu kekeringan ekstrem di sejumlah negara sehingga banyak yang mengalami gagal panen, termasuk di Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sisa efek ganasnya masih akan bertahan hingga Maret 2024.
Ada negara yang kewalahan, tapi segelintir lain malah sanggup menumpuk cuan. Itu tergambar dalam kondisi perberasan Indonesia dan Thailand yang berbeda 180 derajat, meski sama-sama diterjang El Nino.
Kekeringan di Tanah Air sampai-sampai membuat lonjakan harga beras di pasar, kelangkaan di toko ritel modern, hingga berujung banjir impor demi perut warga Indonesia bisa tetap terisi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menggelontorkan bantuan pangan berupa beras 10 kg hingga bantuan langsung tunai (BLT) El Nino sebesar Rp200 ribu per bulan sebagai bantalan.
Kontras dengan Thailand yang masih gagah perkasa menghadapi kekeringan ekstrem tersebut. Meski terkena El Nino, Negeri Gajah Putih itu tetap bisa mengekspor beras ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardian mengatakan Thailand masih bisa cuan dari ekspor beras karena konsumsi dalam negerinya yang sedikit. Surplus besar itulah yang akhirnya 'dibagi' ke beberapa negara lain.
"Thailand juga terdampak El Nino. Produksi beras 2023 kemarin diprediksi turun 871 ribu ton gara-gara El Nino, total produksinya jadi 25,8 juta ton," jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (23/2).
Eliza mengatakan penduduk Thailand yang lebih sedikit dari Indonesia membuat konsumsi berasnya hanya 11 juta ton per tahun. Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), populasi di Negeri Gajah Putih sekitar 70,27 juta jiwa.
Sementara itu, penduduk Indonesia hampir menyentuh 270 juta orang. Ini berbanding lurus dengan konsumsi beras di dalam negeri yang semakin banyak.
"Kalau Indonesia konsumsinya cukup tinggi, sekitar 30,8 juta (ton per tahun). Sedangkan produksinya pada 2023 karena El Nino 30,9 juta ton," tambah Eliza.
Masih ada surplus tipis tahun lalu. Akan tetapi, pemerintah memutuskan mengimpor 3 juta ton beras tahun yang yang berasal dari India sebesar 1 juta ton dari India, lalu 2 juta ton sisanya dari Thailand.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut keputusan impor ini sudah diteken sejak Februari 2023 lalu. Diharapkan beras-beras impor itu bisa masuk pada Maret 2024 mendatang.
Analis Kebijakan Pangan Syaiful Bahari menilai kenaikan harga pangan dalam suatu periode tertentu adalah hal lumrah. Masalah vitalnya, bagaimana pemerintah merespons dan memitigasi krisis pangan tersebut.
"Di negara-negara lain seperti India, China, Vietnam, Thailand, Kamboja, dan Pakistan, semua negara tersebut telah memiliki sistem pengamanan pangan dalam negeri dengan memperkuat cadangan pangan nasionalnya," kata Syaiful kepada CNNIndonesia.com, Desember 2023 lalu.
Jakarta, CNN Indonesia -- El Nino yang terjadi sejak Juli 2023 memicu kekeringan ekstrem di sejumlah negara sehingga banyak yang mengalami gagal panen, termasuk di Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sisa efek ganasnya masih akan bertahan hingga Maret 2024.
Ada negara yang kewalahan, tapi segelintir lain malah sanggup menumpuk cuan. Itu tergambar dalam kondisi perberasan Indonesia dan Thailand yang berbeda 180 derajat, meski sama-sama diterjang El Nino.
Kekeringan di Tanah Air sampai-sampai membuat lonjakan harga beras di pasar, kelangkaan di toko ritel modern, hingga berujung banjir impor demi perut warga Indonesia bisa tetap terisi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menggelontorkan bantuan pangan berupa beras 10 kg hingga bantuan langsung tunai (BLT) El Nino sebesar Rp200 ribu per bulan sebagai bantalan.
Kontras dengan Thailand yang masih gagah perkasa menghadapi kekeringan ekstrem tersebut. Meski terkena El Nino, Negeri Gajah Putih itu tetap bisa mengekspor beras ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardian mengatakan Thailand masih bisa cuan dari ekspor beras karena konsumsi dalam negerinya yang sedikit. Surplus besar itulah yang akhirnya 'dibagi' ke beberapa negara lain.
"Thailand juga terdampak El Nino. Produksi beras 2023 kemarin diprediksi turun 871 ribu ton gara-gara El Nino, total produksinya jadi 25,8 juta ton," jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (23/2).
Eliza mengatakan penduduk Thailand yang lebih sedikit dari Indonesia membuat konsumsi berasnya hanya 11 juta ton per tahun. Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), populasi di Negeri Gajah Putih sekitar 70,27 juta jiwa.
Sementara itu, penduduk Indonesia hampir menyentuh 270 juta orang. Ini berbanding lurus dengan konsumsi beras di dalam negeri yang semakin banyak.
"Kalau Indonesia konsumsinya cukup tinggi, sekitar 30,8 juta (ton per tahun). Sedangkan produksinya pada 2023 karena El Nino 30,9 juta ton," tambah Eliza.
Masih ada surplus tipis tahun lalu. Akan tetapi, pemerintah memutuskan mengimpor 3 juta ton beras tahun yang yang berasal dari India sebesar 1 juta ton dari India, lalu 2 juta ton sisanya dari Thailand.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut keputusan impor ini sudah diteken sejak Februari 2023 lalu. Diharapkan beras-beras impor itu bisa masuk pada Maret 2024 mendatang.
Analis Kebijakan Pangan Syaiful Bahari menilai kenaikan harga pangan dalam suatu periode tertentu adalah hal lumrah. Masalah vitalnya, bagaimana pemerintah merespons dan memitigasi krisis pangan tersebut.
"Di negara-negara lain seperti India, China, Vietnam, Thailand, Kamboja, dan Pakistan, semua negara tersebut telah memiliki sistem pengamanan pangan dalam negeri dengan memperkuat cadangan pangan nasionalnya," kata Syaiful kepada CNNIndonesia.com, Desember 2023 lalu.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20240223120816-92-1066386/sama-sama-kena-el-nino-kenapa-thailand-masih-bisa-ekspor-beras.
Pembangunan infrastruktur mulai dirasakan negara tetangga







qavir dan 6 lainnya memberi reputasi
7
571
Kutip
50
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan