Sumber Gambar

Kasus Bullying Siswa SMA, Kuasa Hukum Saksi Sebut Binus Serpong Harus Bertanggung Jawab

Pada tanggal 23 Februari 2024, SMA Binus Internasional BSD Serpong, yang terletak di Kota Tangerang Selatan, mengeluarkan beberapa siswa yang terlibat dalam kasus perundungan yang dikenal sebagai 'Geng Tai' di 'Warung Ibu Gaul'¹. Keputusan ini menuai kontroversi dan kritik.

Bontor Tobing, kuasa hukum salah satu saksi yang terlibat dalam perundungan, menilai bahwa Binus Serpong seharusnya bertanggung jawab atas kasus ini. Hal ini disebabkan oleh ketidakberfungsian pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolah¹. Menurutnya, pembiaran terhadap kelompok anak-anak sekolah di warung telah berlangsung selama 9 tahun di Binus, tempat mereka berkumpul di Warung Ibu Gaul¹.

Selain itu, Bontor juga menyoroti keputusan sepihak yang diambil oleh SMA Binus Serpong terkait klarifikasi atas kasus perundungan pada tanggal 2 dan 13 Februari 2024. Anak-anak yang terlibat diperiksa oleh pihak sekolah tanpa didampingi oleh orangtua pada tanggal 15 dan 16 Februari 2024. Bontor berpendapat bahwa sekolah seharusnya melibatkan orangtua atau pihak yang berkepentingan dalam menyelesaikan masalah ini¹.

Kasus ini menyoroti pentingnya peran sekolah dalam mengatasi perundungan dan memberikan perlindungan kepada para siswa. Semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi semua siswa. Semoga tindakan yang diambil oleh pihak berwenang dapat memberikan keadilan dan mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.

Melawan bullying adalah suatu tindakan yang penting karena dampak yang merusak yang dapat dimilikinya terhadap korban. Bullying bukanlah sekadar perangkat normal dari masa kanak-kanak; ia memiliki potensi untuk menciptakan trauma psikologis jangka panjang pada korban. Dari gangguan mental seperti depresi dan kecemasan hingga masalah perilaku seperti isolasi sosial dan penurunan kinerja akademik, korban bullying dapat mengalami beragam konsekuensi yang mengganggu perkembangan dan kesejahteraan mereka.

Selain itu, melawan bullying penting karena mempromosikan budaya yang lebih baik di mana segala bentuk kekerasan atau penindasan tidak diterima. Dengan menentang perilaku bullying, kita membangun fondasi yang lebih kokoh untuk toleransi, penghargaan, dan empati di antara anggota masyarakat, terutama di lingkungan pendidikan. Inisiatif untuk mencegah dan menangani bullying memperkuat nilai-nilai seperti keadilan dan penghargaan terhadap perbedaan, yang menjadi pondasi bagi masyarakat yang inklusif dan berempati.

Selain menguntungkan korban, melawan bullying juga memiliki manfaat untuk pelaku. Dengan memberikan pendidikan dan dukungan yang tepat, kita dapat membantu pelaku bullying untuk memahami dampak negatif dari tindakan mereka dan memotivasi mereka untuk mengubah perilaku mereka. Ini tidak hanya berpotensi mencegah pelaku dari tindakan bullying di masa depan, tetapi juga membuka kesempatan bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab.

Selanjutnya, melawan bullying merupakan tanggung jawab bersama seluruh komunitas. Dalam lingkungan yang mendukung, guru, orang tua, dan anggota masyarakat secara kolektif dapat berperan dalam mengidentifikasi, mencegah, dan menangani kasus-kasus bullying. Kolaborasi ini memperkuat jaringan dukungan yang vital bagi korban, sementara juga memberikan sinyal kuat kepada pelaku bahwa perilaku bullying tidak akan ditoleransi di lingkungan mereka.

Akhirnya, melawan bullying adalah investasi dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk berbicara dan bertindak melawan bullying, kita membantu menciptakan lingkungan di mana setiap individu merasa didengar, dihargai, dan aman. Ini membangun fondasi yang kuat bagi masyarakat yang lebih damai dan berempati di masa depan, di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk berkembang secara penuh tanpa takut menjadi sasaran intimidasi atau penindasan.


Sumber: Link Referensi